Setelah Venus terlelap, Steven mengambil kesempatannya untuk bicara pada Andrew Miller. Steven menyudutkan diri di ruangan tersebut sambil terus mengawasi Venus di ranjangnya.“Emerson sudah memberikan kunci mobilnya padaku. Mobil itu ada di samping gang dekat rumah Wilson. Ponsel dan dompet juga ada di dalam,” ujar Steven alias Dion melaporkan pada Andrew.“Aku akan ke sana untuk mengambilnya. Bagaimana keadaan di sana? Apa Rex Milan masih mengganggumu?”“Iya. Venus dengan lantang meminta cerai tadi pagi gara-gara ia memaksa masuk ke kamar dan ingin mencium Venus. Rasanya ingin kupatahkan lehernya,” rutuk Steven dengan geraman tertahan.“Iya, aku bisa bayangkan. Rex Milan pasti sedang sangat penasaran denganmu. Sebentar lagi dia pasti akan mencariku.”“Aku harap begitu. Aku ingin membawa Venus pergi secepatnya. Pria itu memang brengsek dan tidak bisa menjaga Istriku.” Steven melirik lagi
Pertanyaan Steven hanya membungkam Emerson sekali lagi. Tidak ada gunanya menasihati orang yang sedang jatuh cinta. Cinta memang tidak memiliki logika. Akan tetapi, Emerson merasa jika Steven adalah temannya kini. Jika terjadi sesuatu padanya, maka ia pun tidak akan tenang.“Kamu sedang berselingkuh, Steve,” ujar Emerson dengan nada pasrah. Steven tersenyum lalu mengangguk.“Aku tahu. Aku jatuh cinta dan akan menjalani semuanya, Em. Aku akan menghadapi risikonya.”Emerson pun hanya bisa diam saja. Ia mencemaskan Steven tapi juga tidak ingin terlalu mencampuri urusannya.Satu jam kemudian, Emerson bergantian makan malam dengan Steven. Salah satu orang akan menjaga Venus sedangkan yang satunya akan makan di luar. Saat tiba giliran Steven, ia pun pergi sendiri.Ketika Steven berjalan ke parkiran, ia tidak sengaja melihat Sebastian Arson keluar dari mobilnya. Steven langsung bersembunyi. Sebastian keluar sendirian, dua pengawalnya tidak bersamanya.“Apa yang dia lakukan di sini?” gumam St
Andrew cukup kaget mendengar penuturan Rex Milan soal Venus Harristian. Entah karena pria itu sedang mabuk atau karena ia memang sudah sangat kesal.“Apa kalian akan bercerai?” Andrew balik bertanya dengan raut wajah bodoh nan polos. Ia kembali menyesap minumannya pelan. Musik berdentum makin panas disertai gerakan erotis para gadis penari yang meliuk-liukkan tubuhnya.“Aku tidak tahu.” Rex Milan kembali minum dan tertawa setelahnya. Nadanya seperti sedang stres dengan hubungannya dan Venus. Andrew bisa merasakannya. Tetapi bukan rasa kasihan serta iba yang menyertai hatinya. Baginya, inilah kesempatan besar melepaskan Venus dari Rex Milan.“Sepertinya hubungan kalian bermasalah. Aku baru sekali ke rumahmu tapi aku bisa merasakan itu,” ujar Andrew lagi. Rex Milan lantas menoleh pada Andrew.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” balas Rex Milan kembali bertanya.“Aku pernah menikah, jadi aku tahu persis saat istri tidak lagi merasakan cinta. Aku tahu rasanya,” ujar Andrew berbohong. Rex
Venus sedikit mengernyit saat mendapati menu yang disediakan untuknya agak berbeda. untuk sarapan terlebih dahulu. Rasanya sarapan seperti ini tidaklah asing.“Setelah makan, kita akan jalan-jalan!” ujar Gareth tersenyum dan memegang tangan Venus. Venus menoleh lalu mengernyit. Pria yang tersenyum itu adalah Gareth Moultens, mantan tunangannya. Venus menarik tangannya dari Gareth.“Kenapa aku di sini?” tanya Venus kebingungan. Bukankah Gareth sudah meninggal?“Kamu ke sini bersamaku.” Pandangan Venus kembali mengarah pada bubur lembut yang dihidangkan di depannya.“Ini ....” Venus menyentuh ujung mangkuk bubur.“Seorang chef menghidangkannya untukmu, aku yang memesannya.”Venus lalu menoleh pada Gareth yang menikmati sarapan paginya berupa roti dengan lahap.“Brema,” sebut Venus dalam hatinya. Brema pasti akan menghidangkan bubur yang hangat dengan rempah khas Indonesia demi menghangatkan perut. Venus merasa jika tubuhnya mulai demam dan pucat tapi ia tetap makan sebisanya. Masakan Br
Venus dibantu oleh alat bantu pernapasan setelah bangun dengan syok dari tidurnya. Ia mimpi buruk dan itu mempercepat kinerja jantungnya dari normal. Steven yang semula memegang Venus untuk menyadarkannya kemudian menyingkir perlahan dan keluar dari ruangan tersebut. Jason akan menangani Venus dan melakukan yang terbaik.“Bagaimana Nyonya Venus? Apa yang terjadi?” tanya Emerson pada Steven yang baru keluar dari ruangan utama. Steven menyugar rambutnya dengan gusar.“Dia bermimpi buruk tapi seperti kejang-kejang. Oh, Tuhan.” Steven mendesah gusar lalu duduk sambil memegang kepalanya. Emerson pun tak bisa berbuat apa pun. Ia ikut duduk di sebelah Steven lalu meminta pendapatnya.“Apa menurutmu kita harus menghubungi Tuan Wilson?” Steven spontan mengangkat kepalanya.“Untuk apa?”“Kita beritahukan masalah ini pada Tuan Wilson. Jika terjadi sesuatu pada Nyonya Venus, kita akan dimintai pertanggungjawabannya, Steve!”“Apa kamu tidak mau mendampingi Nyonya Venus dan membantunya? Kamu ingin
Steven alias Dion masih menatap dalam pada Venus yang bercerita tentang adiknya Brema yang tewas dibunuh oleh Rex Milan serta komplotannya.“Wajahnya terlihat begitu jelas. Sampai saat ini aku tidak bisa melupakannya. Brema adalah salah satu Adikku. Dan Dion pernah mengatakan jika Brema dibunuh,” ujar Venus masih bercerita. Air matanya menetes begitu saja dan Steven hanya bisa menundukkan wajahnya. Steven harus menyembunyikan air matanya agar Venus tidak curiga. Sangat sulit tidak ikut merasakan sakit kala Venus bercerita.“Aku harus mencari tahu apa yang terjadi pada Brema. Siapa yang sudah membunuhnya─”“Dokter Thorn mengatakan jika kamu tidak boleh memaksakan dirimu untuk mengingat semuanya sekaligus. Jika terjadi lagi maka kamu akan mengalami hal yang sama seperti yang terjadi hari ini,” ujar Steven memotong dengan cepat.“Tapi Steve, jika aku tidak melakukannya, ingatanku tidak akan kembali,” kilah Venus membantah.“Seharusnya aku tidak melakukan hal seperti itu.”“Seperti apa?”
“Berhentilah membawa-bawa Putraku. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang!” ujar Rex Milan kesal. Padahal ia baru saja mengalami kesenangan usai berhubungan dengan Daniella. Sekarang kekasih gelapnya itu malah membicarakan hal yang sangat mengganggunya.“Apa yang kamu lakukan? Kamu menikah dengan wanita kaya itu karena ingin balas dendam atau merebut kembali harta keluargamu?” tukas Daniella ikut emosi. Rex Milan bangun dari posisi berbaring dan duduk. Jejak keringatnya belum selesai tapi ia sudah harus berdebat lagi dengan Daniella.“Dan, aku mencari ketenangan dengan datang kemari. Kenapa kamu terus menerus membuat aku marah? Apa kamu senang jika hubungan kita terus memburuk?” sahut Rex Milan dengan nada tinggi.“Aku ...” Rex Milan tak peduli dan berbalik. Ia memungut celananya lalu mengenakannya. Rex Milan berdiri sambil mengancingkan celananya ke depan balkon kamar.Daniella pun seketika merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Ia ikut memungut pakaian tidurnya lalu berjala
Waktu istirahat mulai datang. Steven mempersiapkan selimut untuk Venus agar ia makin nyaman. Steven sudah melepaskan jasnya dan jauh lebih santai. Masalahnya ia tidak bisa melepaskan topengnya seharian ini. Rasanya memang tidak nyaman tapi Steven sudah biasa.“Kemarilah, Steve,” ajak Venus menarik tangan Steven. Steven tersenyum dan ikut naik ke ranjang milik Venus dan duduk bersandar. Venus lalu mendekat dan Steven pun membuka lengannya untuk memeluk. Sebuah kecupan diberikan oleh Stevan untuk Venus agar ia semakin tenang.“Aku selalu merasa tenang jika bersamamu. Apa kamu tahu alasannya?” ujar Venus lalu menaikkan pandangannya pada Steven. Steven tersenyum tak menjawab.“Itu karena kamu adalah pria yang memperlakukanku dengan sangat baik, Steve. Jika aku bertemu denganmu lebih dulu, maka aku pasti lebih mau pacaran denganmu saja.” Venus kembali memeluk Steven yang mengeratkan rangkulannya.Steven menyandarkan sisi kepalanya pada Venus. Mereka separuh berbaring bersama.“Sejujurnya a