Andrew cukup kaget mendengar penuturan Rex Milan soal Venus Harristian. Entah karena pria itu sedang mabuk atau karena ia memang sudah sangat kesal.“Apa kalian akan bercerai?” Andrew balik bertanya dengan raut wajah bodoh nan polos. Ia kembali menyesap minumannya pelan. Musik berdentum makin panas disertai gerakan erotis para gadis penari yang meliuk-liukkan tubuhnya.“Aku tidak tahu.” Rex Milan kembali minum dan tertawa setelahnya. Nadanya seperti sedang stres dengan hubungannya dan Venus. Andrew bisa merasakannya. Tetapi bukan rasa kasihan serta iba yang menyertai hatinya. Baginya, inilah kesempatan besar melepaskan Venus dari Rex Milan.“Sepertinya hubungan kalian bermasalah. Aku baru sekali ke rumahmu tapi aku bisa merasakan itu,” ujar Andrew lagi. Rex Milan lantas menoleh pada Andrew.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” balas Rex Milan kembali bertanya.“Aku pernah menikah, jadi aku tahu persis saat istri tidak lagi merasakan cinta. Aku tahu rasanya,” ujar Andrew berbohong. Rex
Venus sedikit mengernyit saat mendapati menu yang disediakan untuknya agak berbeda. untuk sarapan terlebih dahulu. Rasanya sarapan seperti ini tidaklah asing.“Setelah makan, kita akan jalan-jalan!” ujar Gareth tersenyum dan memegang tangan Venus. Venus menoleh lalu mengernyit. Pria yang tersenyum itu adalah Gareth Moultens, mantan tunangannya. Venus menarik tangannya dari Gareth.“Kenapa aku di sini?” tanya Venus kebingungan. Bukankah Gareth sudah meninggal?“Kamu ke sini bersamaku.” Pandangan Venus kembali mengarah pada bubur lembut yang dihidangkan di depannya.“Ini ....” Venus menyentuh ujung mangkuk bubur.“Seorang chef menghidangkannya untukmu, aku yang memesannya.”Venus lalu menoleh pada Gareth yang menikmati sarapan paginya berupa roti dengan lahap.“Brema,” sebut Venus dalam hatinya. Brema pasti akan menghidangkan bubur yang hangat dengan rempah khas Indonesia demi menghangatkan perut. Venus merasa jika tubuhnya mulai demam dan pucat tapi ia tetap makan sebisanya. Masakan Br
Venus dibantu oleh alat bantu pernapasan setelah bangun dengan syok dari tidurnya. Ia mimpi buruk dan itu mempercepat kinerja jantungnya dari normal. Steven yang semula memegang Venus untuk menyadarkannya kemudian menyingkir perlahan dan keluar dari ruangan tersebut. Jason akan menangani Venus dan melakukan yang terbaik.“Bagaimana Nyonya Venus? Apa yang terjadi?” tanya Emerson pada Steven yang baru keluar dari ruangan utama. Steven menyugar rambutnya dengan gusar.“Dia bermimpi buruk tapi seperti kejang-kejang. Oh, Tuhan.” Steven mendesah gusar lalu duduk sambil memegang kepalanya. Emerson pun tak bisa berbuat apa pun. Ia ikut duduk di sebelah Steven lalu meminta pendapatnya.“Apa menurutmu kita harus menghubungi Tuan Wilson?” Steven spontan mengangkat kepalanya.“Untuk apa?”“Kita beritahukan masalah ini pada Tuan Wilson. Jika terjadi sesuatu pada Nyonya Venus, kita akan dimintai pertanggungjawabannya, Steve!”“Apa kamu tidak mau mendampingi Nyonya Venus dan membantunya? Kamu ingin
Steven alias Dion masih menatap dalam pada Venus yang bercerita tentang adiknya Brema yang tewas dibunuh oleh Rex Milan serta komplotannya.“Wajahnya terlihat begitu jelas. Sampai saat ini aku tidak bisa melupakannya. Brema adalah salah satu Adikku. Dan Dion pernah mengatakan jika Brema dibunuh,” ujar Venus masih bercerita. Air matanya menetes begitu saja dan Steven hanya bisa menundukkan wajahnya. Steven harus menyembunyikan air matanya agar Venus tidak curiga. Sangat sulit tidak ikut merasakan sakit kala Venus bercerita.“Aku harus mencari tahu apa yang terjadi pada Brema. Siapa yang sudah membunuhnya─”“Dokter Thorn mengatakan jika kamu tidak boleh memaksakan dirimu untuk mengingat semuanya sekaligus. Jika terjadi lagi maka kamu akan mengalami hal yang sama seperti yang terjadi hari ini,” ujar Steven memotong dengan cepat.“Tapi Steve, jika aku tidak melakukannya, ingatanku tidak akan kembali,” kilah Venus membantah.“Seharusnya aku tidak melakukan hal seperti itu.”“Seperti apa?”
“Berhentilah membawa-bawa Putraku. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang!” ujar Rex Milan kesal. Padahal ia baru saja mengalami kesenangan usai berhubungan dengan Daniella. Sekarang kekasih gelapnya itu malah membicarakan hal yang sangat mengganggunya.“Apa yang kamu lakukan? Kamu menikah dengan wanita kaya itu karena ingin balas dendam atau merebut kembali harta keluargamu?” tukas Daniella ikut emosi. Rex Milan bangun dari posisi berbaring dan duduk. Jejak keringatnya belum selesai tapi ia sudah harus berdebat lagi dengan Daniella.“Dan, aku mencari ketenangan dengan datang kemari. Kenapa kamu terus menerus membuat aku marah? Apa kamu senang jika hubungan kita terus memburuk?” sahut Rex Milan dengan nada tinggi.“Aku ...” Rex Milan tak peduli dan berbalik. Ia memungut celananya lalu mengenakannya. Rex Milan berdiri sambil mengancingkan celananya ke depan balkon kamar.Daniella pun seketika merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Ia ikut memungut pakaian tidurnya lalu berjala
Waktu istirahat mulai datang. Steven mempersiapkan selimut untuk Venus agar ia makin nyaman. Steven sudah melepaskan jasnya dan jauh lebih santai. Masalahnya ia tidak bisa melepaskan topengnya seharian ini. Rasanya memang tidak nyaman tapi Steven sudah biasa.“Kemarilah, Steve,” ajak Venus menarik tangan Steven. Steven tersenyum dan ikut naik ke ranjang milik Venus dan duduk bersandar. Venus lalu mendekat dan Steven pun membuka lengannya untuk memeluk. Sebuah kecupan diberikan oleh Stevan untuk Venus agar ia semakin tenang.“Aku selalu merasa tenang jika bersamamu. Apa kamu tahu alasannya?” ujar Venus lalu menaikkan pandangannya pada Steven. Steven tersenyum tak menjawab.“Itu karena kamu adalah pria yang memperlakukanku dengan sangat baik, Steve. Jika aku bertemu denganmu lebih dulu, maka aku pasti lebih mau pacaran denganmu saja.” Venus kembali memeluk Steven yang mengeratkan rangkulannya.Steven menyandarkan sisi kepalanya pada Venus. Mereka separuh berbaring bersama.“Sejujurnya a
Dugaan Steven alias Dion jika Sebastian memiliki niat lain pada Rex Milan akhirnya terbukti. Sebastian memang sedang menjebak Sebastian sebagai pecandu. Sebagai Steven, Dion bisa lebih mudah memata-matai Sebastian yang sedang membuat laporan palsu tentang hasil tes darah milik Rex Milan.“Jika ketahuan, maka karierku akan habis. Ini akan sangat berbahaya─”“Apa ini adalah hasil tes darah Rex Milan dahulu?” Dokter itu mengangguk dengan perasaan cemas. Ia menoleh ke semua arah takut ketahuan.“Tenang saja. Ini juga bisa─”“Tapi ini tetap palsu. Ini bukan hasil tes yang sesungguhnya saat ini!” Dokter itu bersikeras.“Kamu punya hutang budi pada keluarga Arson, jangan lupa itu. Aku akan hubungi kamu lagi nanti. Sampai jumpa.”Sebastian memasukkan dokumen tersebut ke dalam jasnya dan pergi meninggalkan dokter yang sudah membantunya. Steven menyusupkan dirinya agar tidak ketahuan oleh Sebastian. Begitu pula dengan Cindy yang ikut mendengar rencana jahat Sebastian.Setelah aman, barulah kedu
Rei datang dan memergoki Venus memeluk pengawalnya Steven dengan penuh kemesraan. Pelukan itu bukanlah pelukan hangatnya persahabatan melainkan pelukan cinta. Terlebih setelahnya Venus malah meminta agar Rei membelikannya apartemen baru.“Apa kamu yakin mau bercerai? Maksudku berpisah?” tanya Rei pada Venus setelah mereka duduk bersama. Venus tersenyum lalu mengangguk.“Aku sudah memutuskannya.” Mata Rei lalu melirik pada Steven yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka.“Lalu dia? Apa kamu pacaran dengan dia?” pungkas Rei dengan nada sedikit menyudutkan. Venus sempat menoleh pada Steven lalu kembali pada Rei.“Aku sayang pada Steven─”“Apa kamu berpisah dari Rex Milan karena dia?” Rei kembali memotong.“Bukan. Aku berpisah dari Rex Milan bukan karena siapa pun, Kak. Aku tidak merasakan hal yang seharusnya aku rasakan jika dia memang kekasih atau suamiku,” jawab Venus mengungkapkan perasaannya.“Apa Rex Milan menyakiti kamu selama ini? Apa dia memukul atau melakukan kekerasan?” Venus