Aaron berdiri menatap ke arah jendela ruangannya. Kedua matanya menatap jauh ke arah langit yang begitu cerah pagi itu. Batin dan pikirannya melayang ke kejadian kemarin. Wajah cantik wanita yang tanpa sengaja ditabraknya kemarin begitu membekas diingatannya.
Lamunannya buyar begitu mendengar suara ketukan pada pintu ruangannya.
“Masuk!” perintah Aaron pada seseorang yang berada dibalik pintu ruangannya.
Aaron membalikkan tubuhya begitu mendegar suara langkah yang berjalan masuk ke arahnya.
“Sudah kamu temukan siapa wanita itu?” tanya Aaron dengan serius.
“Sudah, Pak. Ini semua identitas dan foto yang telah kami temukan.”
Aaron mengambil beberapa berkas dari tangan sekretarisnya itu.
“Kamu tidak salah orang kan? Sudah kamu periksa benar-benar nomor polisi mobil yang saya berikan kemarin?”
“Sudah, Pak.” Sekretarisnya menganggukkan kepalanya dengan yakin. “Silahkan bapak cek dulu foto yang ada di dalam, apakah benar dia yang bapak cari.”
Aaron membuka berkas itu dan mengambil lembaran foto wanita yang ada di dalam. Wajah seriusnya berubah sumringah begitu melihat wajah cantik yang begitu mirip dengan yang ada di pikirannya sejak tadi.
“Benar. Ini dia.” Aaron menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
“Dia seorang aktris dan juga model yang sedang naik daun saat ini.”
“Bagus! Segera hubungi managernya. Saya ingin dia yang menjadi pemeran utama film yang akan kita garap bulan ini.”
“Tapi kita sudah menghubungi artis lain untuk menjadi pemeran utamanya, Pak.”
“Ganti! Aku ingin dia yang menjadi pemeran utamanya bagaimanapun caranya!”
“Baik, Pak.”
“Silahkan kembali ke ruangan kamu. Lakukan perintah saya secepatnya.”
“Baik, Pak.”
Sekretaris Aaron menganggukkan kepalanya kemudian berjalan keluar dari ruangan Aaron.
“Film ini akan menjadi jalanu untuk bisa lebih dekat dengannya,” gumam Aaron dengan wajah yang sumringah.
Aaron segera mengambil ponselnya dan memasukkan kontak Dona yang di dapat oleh orang kepercayaannya itu ke dalam daftar kontak ponselnya.
***
Dona terbangun dari tidurnya. Dilihatnya Doni masih bergulung dalam selimut tanpa mengenakan sehelai benangpun disampingnya. Tatapan dingin Dona masih terus melekat pada tubuh lelaki yang semalam terus memuji dan memanjakannya. Tubuh lelaki itu tiba-tiba bergerak, membuat Dona tersadar dan dengan cepat berusaha beranjak dari tempat tidur itu. Namun sayang, gerakannya kalah cepat dengan tangan Doni yang sudah meraih lengan tangan Dona.
“Mau kemana sayang? Mana morning kissku?” ucap Doni manja dengan suara khas bangun tidurnya yang seksi.
“Aku mau ke kamar mandi dulu sayang. Sebentar ya nanti aku kembali lagi ke sini.” Dona dengan lembut menepis tangan Doni dari lengannya.
“Jangan lama, Oke?” Doni mengedipkan mata kanannya sambil tersenyum manis pada Dona.
Dona menganggukkan kepalanya kemudian segera beranjak menuju ke kamar mandi. Begitu pintu kamar mandi tertutup dan terkunci, Dona mengambil tisu toilet yang ada di dekatnya dengan membabi buta kemudian mengoyaknya sampai sangat kecil. Matanya telah basah dengan air mata yang tak bisa lagi di bendung.
Dona tergugu. Tubuhnya melemas seketika dan jatuh ke lantai. Di sandarkannya tubuhnya ke dinding.
“Maafin Dona ya, Bu. Dona terpaksa melakukan hal ini. Dona akan balaskan semua sakit yang kita rasakan dulu, bu.” Dona menahan suaranya agar tidak keluar. Salah satu tangannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.
Tidak lama kemudian terdengar seseorang membuka kenop pintu kamar mandi, membuat Dona terkejut. Dengan segera di bersihkannya potongan-potongan tisu yang ada di lantai dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Segera dibukanya pakaiannya dan memakai kimono mandinya.
“Sayang, are you okay?”
Terdengar suara Doni dari sisi luar pintu kamar mandi.
“Fine, Honey,” teriak Dona dari dalam.
Setelah mengusap wajahnya dengan air agar memanipulasi sisa tangis di wajahnya tadi, Dona segera membuka pintu kamar mandi.
“Baru juga mau mandi,” jawab Dona sambil bersedekap di depan kamar mandi.
“Mandi? Barengan yuk.” Doni memeluk Dona sambil terus mencium leher jenjang nan Indah milik istri keduanya itu.
“Gak. Aku gak mau masuk angin terus. Kalau mandi bareng mas itu bakalan gak mandi-mandi.” Dona mendorong pelan Doni.
“Mas janji ini gak akan lama. Kali ini kita mainnya cepet.” Doni kembali memeluk Dona dengan erat.
“Janji?” Dona menatap Doni.
“Janji.”
Dengan cepat Doni menggendong Dona masuk ke dalam kamar mandi. Teriakan yang diikuti tawa renyah terdengar dari mulut Dona begitu tubuhnya diangkat oleh tubuh tinggi nan atletis Doni. Beberapa menit kemudian terdengar suara desahan yang bersahut-sahutan dari dalam kamar mandi diikuti bunyi air dan peraduan yang bertubi-tubi.
Sejam kemudian, Dona dan Doni keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai handuk dan kimono mandi mereka masing-masing.
Dona duduk di depan meja riasnya dan mulai mengeringkan rambutnya yang basah.
“Kenapa, Mas?” tanya Dona yang bingung melihat ekspresi serius di wajah Doni dari pantulan cermin meja riasnya.
“Jihan nelpon rupanya dari tadi. Sampai 20 panggilan tak terjawab,” jawab Doni.
“Telpon balik aja, Mas,” ucap Dona sambil terus mengeringkan rambutnya yang basah dengan alat pengering rambut.
“Sayang, boleh gak mas minta tolong pengering rambutnya dimatikan dulu sebentar? Hanya selama mas menelpon Jihan saja,” pinta Doni.
“Oke.” Dona mematikan alat pengeringnya dan meletakkannya di atas meja.
“Thank you Honey,” ucap Doni.
Doni segera menghubungi Jihan. Belum selesai satu deringan, Jihan sudah mengangkat panggilan teleponnya.
“Halo sayang, tadi kamu menelpon ya? ada apa?” tanya Doni lembut pada istri pertamanya itu.
Terdengar suara jawaban dari dalam ponsel Doni. Walaupun terdengar tidak jelas, namun Dona sudah bisa menebak topik apa yang sedang di bicarakan oleh Jihan pada suaminya.
“Baik sayang. Kamu tunggu ya, sebentar lagi mas pasti pulang,” ucap Doni setelah mendengarkan Jihan bicara panjang lebar di telepon.
Ponsel Doni menyala, pertanda panggilan telepon sudah diputuskan oleh Jihan. Doni menarik napas dengan kasar.
“Mbak Jihan marah lagi?” tanya Dona.
“Ya begitulah. Entah kenapa dia selalu menuntut dan marah-marah. Beruntungnya mas punya istri sebaik dan sesabar kamu sayang.” Doni memeluk Dona dari belakang.
“Dulu Mas juga begitu tergila-gila kan dengan mbak Jihan?”
“Itu dulu. Jihan yang mas kenal dulu begitu berbeda dengan Jihan yang bersama mas sekarang. Sangat bertolak belakang,” Ucap Doni tepat di ssamping telinga Dona.
“Jadi aku hanya pelampiasan kekecewaan Mas terhadap mbak Jihan?” Dona dengan cepat mendorong Doni agar menjauh darinya kemudian berdiri menjauh.
“Bukan begitu sayang. Mas mencintaimu setulusnya. Sejak awal kita bertemu, mas sudah merasa kalau kamulah yang selama ini mas cari. Kamu memang takdir yang tepat untuk mas.” Doni kembali mendekati Dona.
Dona membalikkan tubuhnya dan tersenyum sinis.
“Kamu percayakan dengan Mas?” Doni memeluk Dona dari belakang.
Dona menganggukkan kepalanya membuat Doni menghelakan napas lega sambil tersenyum dan memeluk tubuh Dona dengan erat.
“Oh iya mas, kalau tidak salah tadi aku lihat cincin mas di kamar mandi. Mbak Jihan bisa marah kalau tahu mas tidak memakainya nanti,” ucap Dona.
“Astaga iya.” Doni melihat ke arah tangannya.
“Sana ambil. Nanti kelupaan loh.”
Doni dengan segera berjalan menuju kamar mandi. Selagi Doni di kamar mandi, dengan cepat Dona memasukkan lipstiknya ke dalam kantong celana yang akan di pakai oleh Doni. Bertepatan dengan itu, Doni keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekati Dona.
“Kok cincinnya gak ada sih? Sudah mas cariin tadi.”
“Ah masa? Perasaan tadi ada kok disana,” jawab Dona.
“Kamu ngapain pegang celana, Mas?”
“Tadi gak sengaja aku duduki, Mas. Terus aku ngecek apa celananya kusut atau gak. Kan mas itu publik figur yang sanagt terkenal. Kalau ada yang lihat mas pakai pakaian yang kusut di luar kan bisa merusak citra keartisan mas.”
“Kamu memang istri yang sangat perhatian.” Doni menyentuh pelan ujung hidung Dona.
“Mas pakai dulu celananya, biar aku lihat cincinnya di kamar mandi.” Dona menyerahkan celana yang sedang di pegangnya pada Doni.
Setelah memastikan Doni memakai celana itu barulah Dona berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
“Kok gak ada ya mas? Perasaan tadi ada disana deh,” ucap Dona sambil keluar kembali dari kamar mandi.
“Gak ada kan? Mas juga tadi nyari loh. Dimana ya cincin itu? Bahaya kalau mas pulang tanpa cincin itu di jari mas.”
“Oh itu mas.” Dona menunjuk ke atas meja nakas yang ada di dekat tempat tidur.
“Kok bisa ada disana ya?”
“Mas lupa kali. Nih buruan pakai.”
Doni mengambil cincin itu dari tangan Dona kemudian memakainya.
“Untunglah ketemu. Terima kasih ya sayang.” Doni mencium puncak kepala Dona.
Dona menatap Doni sambil tersenyum.
“Besok Mas akan ke Singapura selama tiga hari. Mas ada pertemuan kerjasama pembuatan drama asia di sana,” ucap Doni sambil mengelus lembut rambut hitam nan halus Dona. Menyingkirkan setiap anak rambut yang menutupi kening putih nan mulus Dona.
“Mas pemeran di drama itu?”
“Nggak. Mas produsernya, Sayang. Kalau Mas pemerannya, sudah pasti kamu lawan main Mas di sana.”
“Kenapa aku nggak didapuk menjadi pemeran film itu sih mas? Aku kan juga ingin merambah ke film internasional.”
“Mas nggak ikhlas kalau kamu main dengan aktor selain Mas, Dona. Mas nggak sanggup melihat bibir lembut nan ranum ini dikecup oleh pria lain.” Doni mendekatkan wajahnya hendak mencium Dona.
Dengan cepat Dona memundurkan tubuhnya, menolak bibir yang mendekat hendak meraup bibirnya itu
“Jangan mulai lagi, Mas. Mbak Jihan sudah menunggu. Aku tidak ingin ada cakaran lagi di tubuh Mas karena amarah Mbak Jihan.”
Doni terkekeh mendengar ucapan Dona sambil menganggukkan kepalanya.
“Baiklah kalau begitu. Mas pulang dulu ya, Sayang. Kamu baik-baik di sini. Jangan coba-coba nakal!”
Dona hanya menyunggingkan sebuah senyuman sambil mengantarkan Doni keluar dari dalam apartemennya.
“Selamat overthinking malam ini, Jihan. Hidup dalam kecurigaan dan rasa khawatir itu benar-benar menyiksa,” gumam Dona sambil tersenyum.
“Mas kemana semalam? Ada syuting dimana sampai tidak pulang? Bukannya Mas syutingnya sudah selesai?” cecar Jihan begitu Doni masuk ke dalam rumah.“Mas ada meeting sampai larut malam dengan sutradara dan beberapa artis yang akan terlibat dalam project mas selanjutnya. Mas sudah kecapekan jadi Mas memutuskan menginap di hotel tempat kami meeting. Mas ketiduran waktu akan mengabari kamu. Baru ingat pagi ini.”Jihan terdiam sambil menatap suaminya.“Kamu nggak lagi bohong dengan aku kan, Mas? Kamu harus lebih cerdas kalau mau berbohong dengan aku. Aku juga sudah lama berkecimpung di dunia hiburan, Mas.”“Kamu kenapa sih, Sayang? Lagi dapet ya? Dari tadi marah-marah mulu sih.”“Aku tahu bagaimana liarnya wanita di dunia hiburan, Don. Aku tidak mau kamu terpatuk bisa ular betina yang berkeliaran di sekitar kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu. Kamu tahu kan betapa besarnya rasa cintaku padamu?” Jihan menatap dalam kedua manik hitam suaminya dan merangkul dada bidang Doni.Doni tersenyum tip
"Ada tawaran pekerjaan yang menggiurkan untuk kamu, Don," ucap Gina sambil tersenyum. Kedua matanya berbinar sembari berjalan dengan cepat menghampiri Dona yang sedang asyik menyeruput kopinya di balkon apartemennya."Tawaran pekerjaan apa? Jangan bilang tentang naked photoshoot atau semu blue film ya. Gin. Aku sudah pernah mengatakan kalau aku tidak akan mengambil job seperti itu.""Ini bukan job seperti itu, Dona. Aku tidak mungkin mengajukan job seperti itu padamu. Ini job film layar lebar dengan peran aman namun bayaranmu tiga kali lipat dari standar yang sudah kita tetapkan."Dona terkesiap. Wajahnya yang tadi terlihat santai menikmati kopinya berubah menjadi serius menatal manajernya itu. Siapa yang berani membayar tiga kali lipat honor fantastis artis yang sedang naik daun itu?"Siapa yang sanggup membayar honorku tiga kali lipat?" tanya Dona serius. Gina menyunggingkan senyum puasnya karena akhirnya berhasil menyita perhatian Dona."Kamu baru saja bertemu dengannya beberapa h
"Maaf sudah mengganggu waktu sibuk kamu," ucap Aaron begitu duduk bersama dengan Dona di sebuah kafe yang berada tidak jauh dari lokasi syuting Dona."Bisa kita langsung ke inti pembicaraan? Tidak perlu berbasa basi."Aaron tersenyum geli bercampur kagum mendengar respon ketus Dona. Senyum tipis bercampur tatapan tajam merupakan kombinasi yang begitu mempesona di wajah cantik Dona bagi Aaron."Baiklah." Aaron menganggukkan kepalanya. "Saya menerima balasan penawaran kerjasama dari manajer kamu pagi ini, isinya menyatakan bahwa kamu menolak kerjasama itu. Boleh saya tahu alasan kenapa kamu menolaknya?""Aku sedang terikat banyak kontrak kerja saat ini. Mungkin lain kali. Itupun kemungkinannya sangat kecil mengingat banyak mitra bisnis yang berlomba-lomba ingin bekerja sama dengan saya."Gotcha! Kesan sombong dan angkuh. Seharusnya Aaron tersinggung dan muak dengan respon dan kesan arogan yang terang-terangan ditunjukkan oleh Dona. Tapi kenyataannya, Aaron malah semakin tertarik dengan
"Sial! Kenapa Jihan bisa ada di sini?" umpat Doni dengan geram setelah membaca isi pesan yang dikirimkan Jihan padanya."Ada apa, Mas?" "Jihan ada di sini sekarang dan dia melihat mobil Mas terparkir di depan.""Pergilah. Temui dia.""Arghh! Aku muak jika harus mendengar cecara interogasi dari mulutnya. Entah sudah berapa ribu kali aku harus mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama berulang-ulang."Dona tersenyum sambil menyesap minumannya pelan."Dia istrimu, Mas. Pantas dong dia menanyakan segala hal tentang kamu. Akupun pasti akan melakukan hal yang sama jika menjadi dia.""Dia memuakkan, Sayang. Berbeda dengan kamu.""Pergilah. Temui dia dan ajak dia makan siang. Aku akan keluar dari tempat ini diam-diam." Dona mengambil handbagnya kemudian mulai berdiri."Dona..""Its okay, Mas. Aku juga ingin istirahat. Syuting hari ini lumayan menghabiskan tenagaku."Dona melemparkan senyum manisnyabke arah Doni kemudian perlahan keluar dari dalam ruangan privat itu meninggalkan Doni.Dona
"Dia datang hanya untuk menanyakan tentang alasan kenapa kontrak kerjasama yang dia ajukan kamu tolak tadi pagi?" Suara Gina menggema dalam apartemen Dona.Dona menganggukkan kepalanya pelan sambil menyeruput pelan teh lemon hangat di tangannya."Itu artinya dia memang benar-benar serius ingin bekerjasama dengan kamu, Don. Tidak mungkin seorang pemilik perusahaan turun gunung langsung menemui kamu kalau tidak karena hal yang serius.""Aku tidak peduli, Gina. Aku tidak suka dengan caranya yang menggampangkan segala sesuatu dengan uang. Selain itu, aku tidak ingin Doni berpikir yang tidak-tidak antara aku dan laki-laki itu.""Tentang Doni lagi.." Gina menghelakan napasnya dengan kasar. "Doni itu hanya kekasihmu, Dona. Jangan pertaruhkan masa depan karirmu demi seorang laki-laki buaya seperti dia. Sudah punya istri masih aja gatal dengan perempuan lain."Dona tersenyum tipis sambil melihat ke arah managernya itu. Dia dan Doni memang sengaja merahasiakan pernikahan siri mereka dari manage
“Meet and greet? Untuk apa, Sayang?” tanya Doni setengah berbisik saat Dona menelpon siang itu.Doni baru saja terbangun dari tidurnya, langsung tersentak duduk mendengar permintaan dari istri sirinya itu. Pusing akibat semalaman berperang hebat dengan Jihan masih belum hilang, sekarang Dona dengan semangat menambah intensitas nyeri di sekujur isi kepalanya.“Aku mendapat banyak DM di semua sosial mediaku, Mas. Komunitas penggemar kita berdua sangat ingin kita mengadakan meet and greet. Kebetulan bulan ini adalah anniversary sinetron pertama kita sebagai couple yang ketiga. Ayolah, Mas. Aku nggak mau membuat mereka kecewa. Nama besar kita sekarang kan karena loyalitas mereka yang terus aktif mengkampanyekan apapun projek yang kita jalani.”“Tapi hal seperti itu bukan hal yang mudah dilakukan begitu saja, Sayang. Kita harus membicarakannya dengan pihak managemen juga. Pemilihan lokasi dan sistem keamanannya juga harus dipersiapkan dengan matang.”“Iya, Mas. Aku ngerti kok maksudnya. Ak
Dona menyunggingkan senyum bahagia di wajahnya tatkala melihat sebuah postingan di beranda media sosialnya. Sebuah foto profil yang menampilkan sepasang sejoli nan rupawan menghiasai akun si pembuat status itu. Foto sepasang selebriti yang sempat digadang-gadang sebagai couple goal oleh seluruh orang.Sebuah foto langit hitam tampak pada postingan itu. Sang pemilik akun menyematkan sebuah kalimat yang mewakili postingan itu.“Aku pernah mati-matian memperjuangkanmu. Mengabaikan semuanya hanya demi kamu. Bahkan mengorbankan impianku hanya demi impianmu. Menjadi tahu diri adalah adab penting dalam hidup.”Dona tertawa lepas begitu selesai membaca status yang diposting oleh Jihan lima menit yang lalu itu. Hatinya merasa begitu bahagia membaca status yang menyiratkan makna kekecewaan itu. Jelas Dona tahu pada siapa status itu ditujukan.“Satu tikus usdah masuk ke dalam perangkap. Kita lihat nanti apakah tikus dalam perangkap ini bisa menarik pasangannya untuk mati bersamanya?” ucap Dona s
“Ada denganmu, Sayang?” “Maksudnya apa sih, Mas?” tanya Dona balik sabil menyeruput minumannya. Kejadian tabrakan tadi membuatnya memerlukan asupan yang bisa membuat pikirannya lebih dingin. “Kamu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi? Gosip kita di media sosial sudah sangat viral, Dona.” “Gosip apa, Mas?” Dona berpura bingung. “Gosip tentang meet and greet kita. Padahal kan kita masih belum mempersiapkan apapun untuk itu. Bagaimana mereka bisa mengetahui hal itu?” “Aku sudah mengumumkannya di salah satu fanbase kita. Nggak masalah kan, Mas? Toh nanti juga akan terlaksana. Aku juga sudah minta izin dengan Mas tadi pagi.” “Tapi event seperti itu bukan hanya tentang kita berdua saja, Sayang. Ada managemen kita yang juga harus tahu dan semuanya butuh proses persiapan yang matang. Mas kan sudah jelasin tadi pagi.” “Sudahlah, Mas. Kan mas bisa langsung bicara dengan managemen nanti.” Doni menghelakan napasnya. Putus asa mendengar setiap bantahan dari Dona yang begitu ringa
“Kamu dimana?” tanya Doni saat Dona mengangkat teleponnya. “Di apartemen.” “Mas ke sana sekarang.” “Tidak usah. Sebentar lagi aku akan tiba di kantor. Kita bertemu di sana saja.” “Ada yang mau Mas tanyakan denganmu. Ini penting. Tidak bisa dibicarakan di kantor.” “Bicarakan saja sekarang. Mas tidak perlu ke apartemenku.” “Apakah sekarang Mas tidak boleh lagi ke apartemenmu?” “Tidak.” “Kenapa?" "Mas tidak boleh datang ke sini selama Mas belum menceraikan Jihan." "Tapi kamu juga istriku, Don." "Aku hanya istri pelampiasan, bukan istri yang sebenarnya. Aku muak disembunyikan selayaknya sesuatu hal yang memalukan." "Jangan begini, Don. Please. Mas tidak sanggup kalau kamu begini terus. Mas kan sudah janji akan menepati janji Mas untuk menceraikan Jihan. Kamu bersabar sebentar ya," mohon Doni. "Sudahlah, Mas. Buktikan saja apa yang menjadi janji Mas padaku." "Apa kamu sengaja melakukan hal ini karena laki-laki itu?" "Cih! fitnah apa lagi ini, Mas?" Dona terdec
Doni menghelakan napasnya dengan kasar. Hidupnya begitu dipenuhi oleh konflik. Jihan dan Dona sama-sama berang padanya. Tuntutan mereka sama persis, cemburu.“Aku harus apa sekarang?” batin Doni sambil menyugar kasar rambutnya. Penampilannya sudah sangat kacau.“Dona tidak bisa dihubungi sejak tadi, Don.” Roland, pihak management Dona dan Doni tiba-tiba datang dan masuk ke dalam ruangan Doni.“Aku akan membuat janji dengannya besok pagi jika dia sudah bisa dihubungi. Acara meet and greet itu harus kita meetingkan bersama dulu tentang waktu, tempat serta konsepnya. Dona juga harus hadir,” lanjutnya sambil berjalan mendekati tempat duduk Doni.Langkah Roland melambat seiring perubahan ekspresi pada wajahnya melihat keadaan Doni yang begitu menyedihkan dan kusut.“Kamu baik-baik saja, Don? Apa ada masalah?” tanya Roland bingung.Doni mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Roland sambil tersenyum.“Tidak ada. Aku hanya kelelahan hari ini. Aku ingin pulang dan beristirahat.”“Kamu yakin
Jihan berdiri menatap ke arah luar dari balkon kamarnya. Dicecapnya beberapa kali wine yang ada di dalam gelas bordeaux di tangannya. Pikirannya melayang jauh. Dia sama sekali tidak menyangka suami yang selalu dibanggakan dan diperjuangkannya tega melakukan hal sejahat itu padanya. Meski belum melihatnya secara langsung, namun firasatnya sebagai seorang istri tidak dapat dibohongi.“Apa kurangku di matamu sampai kamu tega mengkhianati aku, Mas?” ucap Jihan sambil menatap kosong ke luar.“Aku terus menemanimu sejak kamu bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Aku tetap mempertahankan kamu meskipun aku memiliki banyak pilihan lain yang lebih mapan dan mencintai aku, bahkan aku menjual semua yang aku punya demi bisa membangun sebuah perusahaan untukmu. Tapi sekarang apa balasanmu padaku, Mas? Kamu diam-diam mengkhianatiku bermain api dengan wanita lain!”Tangan Jihan yang tidak memegang gelas dengan cepat mengepal kuat. Hatinya begitu sakit dan emosinya meluap. Di satu sisi, dia ta
Suara bel di depan pintu apartemennya membuat Dona terkesiap. Dengan cepat diselesaikannya step terakhir riasan wajahnya dan berjalan menuju ke pintu apartemennya. “Dia menepati janjinya,” gumam Dona sambil menyunggingkan senyum sinisnya. “Hai,” sapa Aaron yang berdiri tepat di depan Dona. “Bagaimana kamu tahu alamatku?” “Mendapatkan alamat orang yang aku cari adalah hal yang sangat mudah bagiku, terlebih orang itu adalah artis terkenal seperti kamu,” jawab Aaron sambil tersenyum. “Uang memang bisa memudahkan segalanya.” Dona memutar kedua bola matanya. “Tunggu sebentar, aku ambil tas dulu.” Dona bergegas mengambil tasnya kemudian kembali keluar dari dalam apartemennya. “Kamu sudh lama menungguku?”tanya Aaron sambil berjalan di samping Dona. “Aku tidak sedang menunggu kamu, Tuan Arogan. Jangan terlalu percaya diri.” Aaron menahan tawanya mendengar penyangkalan Dona. “Lalu kamu sedang menunggu siapa dengan gaun dan riasan wajah seperti itu?” “Aku memiliki banyak ja
“Ada denganmu, Sayang?” “Maksudnya apa sih, Mas?” tanya Dona balik sabil menyeruput minumannya. Kejadian tabrakan tadi membuatnya memerlukan asupan yang bisa membuat pikirannya lebih dingin. “Kamu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi? Gosip kita di media sosial sudah sangat viral, Dona.” “Gosip apa, Mas?” Dona berpura bingung. “Gosip tentang meet and greet kita. Padahal kan kita masih belum mempersiapkan apapun untuk itu. Bagaimana mereka bisa mengetahui hal itu?” “Aku sudah mengumumkannya di salah satu fanbase kita. Nggak masalah kan, Mas? Toh nanti juga akan terlaksana. Aku juga sudah minta izin dengan Mas tadi pagi.” “Tapi event seperti itu bukan hanya tentang kita berdua saja, Sayang. Ada managemen kita yang juga harus tahu dan semuanya butuh proses persiapan yang matang. Mas kan sudah jelasin tadi pagi.” “Sudahlah, Mas. Kan mas bisa langsung bicara dengan managemen nanti.” Doni menghelakan napasnya. Putus asa mendengar setiap bantahan dari Dona yang begitu ringa
Dona menyunggingkan senyum bahagia di wajahnya tatkala melihat sebuah postingan di beranda media sosialnya. Sebuah foto profil yang menampilkan sepasang sejoli nan rupawan menghiasai akun si pembuat status itu. Foto sepasang selebriti yang sempat digadang-gadang sebagai couple goal oleh seluruh orang.Sebuah foto langit hitam tampak pada postingan itu. Sang pemilik akun menyematkan sebuah kalimat yang mewakili postingan itu.“Aku pernah mati-matian memperjuangkanmu. Mengabaikan semuanya hanya demi kamu. Bahkan mengorbankan impianku hanya demi impianmu. Menjadi tahu diri adalah adab penting dalam hidup.”Dona tertawa lepas begitu selesai membaca status yang diposting oleh Jihan lima menit yang lalu itu. Hatinya merasa begitu bahagia membaca status yang menyiratkan makna kekecewaan itu. Jelas Dona tahu pada siapa status itu ditujukan.“Satu tikus usdah masuk ke dalam perangkap. Kita lihat nanti apakah tikus dalam perangkap ini bisa menarik pasangannya untuk mati bersamanya?” ucap Dona s
“Meet and greet? Untuk apa, Sayang?” tanya Doni setengah berbisik saat Dona menelpon siang itu.Doni baru saja terbangun dari tidurnya, langsung tersentak duduk mendengar permintaan dari istri sirinya itu. Pusing akibat semalaman berperang hebat dengan Jihan masih belum hilang, sekarang Dona dengan semangat menambah intensitas nyeri di sekujur isi kepalanya.“Aku mendapat banyak DM di semua sosial mediaku, Mas. Komunitas penggemar kita berdua sangat ingin kita mengadakan meet and greet. Kebetulan bulan ini adalah anniversary sinetron pertama kita sebagai couple yang ketiga. Ayolah, Mas. Aku nggak mau membuat mereka kecewa. Nama besar kita sekarang kan karena loyalitas mereka yang terus aktif mengkampanyekan apapun projek yang kita jalani.”“Tapi hal seperti itu bukan hal yang mudah dilakukan begitu saja, Sayang. Kita harus membicarakannya dengan pihak managemen juga. Pemilihan lokasi dan sistem keamanannya juga harus dipersiapkan dengan matang.”“Iya, Mas. Aku ngerti kok maksudnya. Ak
"Dia datang hanya untuk menanyakan tentang alasan kenapa kontrak kerjasama yang dia ajukan kamu tolak tadi pagi?" Suara Gina menggema dalam apartemen Dona.Dona menganggukkan kepalanya pelan sambil menyeruput pelan teh lemon hangat di tangannya."Itu artinya dia memang benar-benar serius ingin bekerjasama dengan kamu, Don. Tidak mungkin seorang pemilik perusahaan turun gunung langsung menemui kamu kalau tidak karena hal yang serius.""Aku tidak peduli, Gina. Aku tidak suka dengan caranya yang menggampangkan segala sesuatu dengan uang. Selain itu, aku tidak ingin Doni berpikir yang tidak-tidak antara aku dan laki-laki itu.""Tentang Doni lagi.." Gina menghelakan napasnya dengan kasar. "Doni itu hanya kekasihmu, Dona. Jangan pertaruhkan masa depan karirmu demi seorang laki-laki buaya seperti dia. Sudah punya istri masih aja gatal dengan perempuan lain."Dona tersenyum tipis sambil melihat ke arah managernya itu. Dia dan Doni memang sengaja merahasiakan pernikahan siri mereka dari manage
"Sial! Kenapa Jihan bisa ada di sini?" umpat Doni dengan geram setelah membaca isi pesan yang dikirimkan Jihan padanya."Ada apa, Mas?" "Jihan ada di sini sekarang dan dia melihat mobil Mas terparkir di depan.""Pergilah. Temui dia.""Arghh! Aku muak jika harus mendengar cecara interogasi dari mulutnya. Entah sudah berapa ribu kali aku harus mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama berulang-ulang."Dona tersenyum sambil menyesap minumannya pelan."Dia istrimu, Mas. Pantas dong dia menanyakan segala hal tentang kamu. Akupun pasti akan melakukan hal yang sama jika menjadi dia.""Dia memuakkan, Sayang. Berbeda dengan kamu.""Pergilah. Temui dia dan ajak dia makan siang. Aku akan keluar dari tempat ini diam-diam." Dona mengambil handbagnya kemudian mulai berdiri."Dona..""Its okay, Mas. Aku juga ingin istirahat. Syuting hari ini lumayan menghabiskan tenagaku."Dona melemparkan senyum manisnyabke arah Doni kemudian perlahan keluar dari dalam ruangan privat itu meninggalkan Doni.Dona