Malam PertamaAyah dan ibu Ayra kembali ke kost Ayra untuk mengambil beberapa barang, mereka akan tinggal selama dua hari ke di hotel Galaksi, lalu pulang ke kampung halaman. "Bu, saya kok heran ya, apa benar besan kita sekaya itu, lalu kenapa tidak ada ritual sebelum pernikahan, tidak ada lamaran atau setidaknya minta izin secara resmi untuk menikah," ucap ayah Ayra di dalam kamar hotel terbaik di hotel Galaksi."Pak, jangan mikir yang aneh aneh, itu hanya kekhawatiran biasa. Lihat, besan kita saja menyediakan kamar hotel semewah ini, mereka orang yang baik dan kaya," ucap ibu Ayra.“Lihat pak, seumur umur kita tidak pernah melihat kamar hotel, ternyata sangat bagus dan mewah. Kita bisa tidak bangun bangun pak, ini seperti mimpi, keindahan dunia yang hanya bisa dibeli orang kaya,” lanjut ibu Arya seraya melihat ke sekeliling kamar hotel."Mungkin mereka orang orang sibuk, tidak punya waktu untuk hal begitu, kita berdoa saja untuk anak kita, dan satu lagi, bapak tahu uang mahar itu d
Malam Pertama Part 2Tak terasa air mata Ayra menetes, malam pertamanya sebagai seorang istri harus dilewatkannya seorang diri, penuh kesedihan. Ayra berusaha tegar, memahami situasi dengan pikiran baiknya. "Mungkin Ardian benar benar ada urusan mendesak, dia adalah orang sibuk, urusannya begitu banyak, aku harus mengerti," gumam Ayra berusaha membesarkan hatinya. Di luar hotel, Ardian segera masuk ke dalam mobil mewah berwarna putih yang sedari tadi sudah parkir di dekat hotel, sepertinya mobil itu sengaja menunggu Ardian. "Sayang, kenapa lama sekali, aku menunggumu," ucap seorang wanita seraya memeluk erat Ardian. "Aku harus mandi dulu dan berpamitan dengan Ayra, aku tidak ingin ada masalah di hari pertama," ucap Ardian. "Aku sangat mencintaimu," ucap wanita itu, wajahnya belum terlihat dengan jelas, masih samar tertutup kegelapan malam. Wanita itu terlihat memeluk Ardian dengan pelukan penuh pengharapan dan dari mata biasa pun sudah dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki hubu
Memulai RealitaAyra melambaikan tangan pada ibu dan bapaknya, mereka sudah berada di dalam mobil alphard warna putih, mereka akan segera menuju ke kampung halaman. Oleh oleh dan barang mereka cukup banyak, rencananya akan dibagikan kepada tetangga dan kerabat, jadi mereka pulang dengan berkendara darat, tidak naik pesawat atau kereta.Mobil melaju, lama lama menghilang, lalu Ayra berbalik kembali ke kamarnya, kamar hotel yang seharusnya menjadi kamar pengantin baru.Di kamar hotelnya, Ayra hanya duduk sendiri, melihat semua dekorasi yang masih sama. Kasurnya masih rapi, tadi malam dia tidur di sofa panjang, seraya menangisi keheningan dan kesendiriannya. Walaupun dia berusaha kuat dan berpikiran positif, tidak memungkiri hatinya terselip perasaan sedih, tidak bisa ditutupi. Kepedihan itu tergambar jelas, mana ada seorang wanita yang bahagia ketika ditinggalkan seorang diri di malam pengantinnya.Malam pertama yang selalu diimpikan anak perempuan sebagai malam indah penuh kasih sayang
Memulai Realita Part 2"Tidak ada orang di rumah?" tanya Ayra."Ibu sedang di Laviva Cafe, ada arisan, ibu sangat senang karena ini hari pertamanya setelah beberapa bulan absen dari arisan, begitulah ibu ibu," ucap Rose."Benarkah? kenapa?" tanya Ayra."Hmmm, tidak apa apa, entahlah, aku juga tidak mengerti," ucap Rose."Loly ada di atas, sedang istirahat," ucap Rose.“Oh iya, kenapa kemarin Loly tidak dating?” Tanya Ayra. Mendengar itu, Rose melihat kearah Ayra.“Sakit, ya, sakit, tidak enak badan,” ucap Rose."Oh iya, ini daftar yang bisa kakak kerjakan selama di rumah, supaya tidak jenuh. Ini buku panduan untuk merawat Loly, daftar obat, makanan yang boleh dan tidak boleh, ya semua hal tentang Loly sudah ibu ringkaskan di sini," ucap Rose seraya menyerahkan dua buku dan satu kertas panjang berwarna putih yang di sana terdapat jadwal harian seperti halnya jadwal sekolah.“kakak dokter, jadi pasti akan mudah mengerti,” ucap Rose seraya tersenyum.Ayra mengerutkan dahi, bingung, namun
Seperti PenyiksaanAyra membuka buku selanjutnya yang berisi kegiatan harian Loly.Pagi : Membantu Loly mandi pagi, memberi sarapan, memberi vitamin, menyiapkan keperluan sekolah, bekal sekolah, menunggu jemputan dari sekolah dating.Siang : Menunggu Loly pulang sekolah, makan siang, minum vitamin, menemani menonton acara televisi kesukaan Loly, bercerita, membantu Loly istirahat siang.Sore dan Malam : Membantu Loly mandi sore, jalan jalan dan sejenisnya. MEnemani Loly berkumpul dengan keluarga, membantu makan malam, minum vitamin sore, membantu istirahat malam.“Loly minum vitamin tiga kali?” guman Ayra.Melihat jadwal Loly, Ayra segera melihat jam, menunjukkan pukul sepuluh pagi dan sebentar lagi Loly akan pulang dari sekolah.Ayra segera meletakkan kopernya di pinggir tangga, dia berusaha memahami semuanya, berpikir dengan cepat.“Apa aku harus mengerjakan semua ini?” Tanya Ayra pada dirinya sendiri. Ayra terlihat berkeliling, dia tidak menemukan satupun orang. Dia melihat rumah i
Seperti Penyiksaan Part 2Ayra segera mengepel lantai, dengan begitu serius, seraya bernyanyi nyanyi, berusaha menikmati pekerjaan barunya sebagai seorang istri, menantu juga kakak ipar. Dia tidak tahu apa yang dia kerjakan benar atau tidak, hanya berbekal buku panduan, dia berasumsi semua ini harus dia kerjakan.Mengepel buka hal berat, itu mudah, namun lelahnya tidak bisa dianggap biasa. Dia mengepel lantai bawah, lalu setelah selesai segera berganti ke lantai atas, sungguh rumah ini begitu luas dan banyak ruang yang harus selalu dibersihkan. Ayra juga membersihkan debu di perabot rumah, mengelapnya dengan pelan, lembut bahkan terasa penuh kasih.Setelah satu jam, pekerjaannya selesai. Ayra menghela nafas panjang, dia tersenyum melihat semua hasil kerjanya, lumayan bersih, rapi dan tercium aroma wangi dari sabun pel rasa sereh yang digunakan.Ayra membereskan semua perlengkapan pelnya, dia harus bergegas menyiapkan meja makan, lalu membantu Loly mandi.Ayra segera membawa makanan
Hari PertamaDari pintu depan terlihat Rose masuk ke dalam rumah, berteriak memanggil nama Loly, lalu menghampirinya dan memeluknya manja.“Adek cantik, cantikku,” ucap Rose seraya memeluk Loly."Kakak," ucap Loly ketika mendapat pelukan dari Rose."Loly wangi sekali," ucap Rose."Iya, kakak baru mengurus Loly dengan baik," ucap Loly sumringah."Kakak, kamu hebat juga, kamu bisa mengambil hati Loly dengan cepat," ucap Rose seraya tersenyum.Mata Rose melihat ke arah sudut ruang, ada koper Ayra masih tergeletak di sana."Kamu belum masuk ke dalam kamar?" tanya Rose heran."Oh itu, iya, aku bingung harus masuk ke kamar yang mana, kamu tidak memberitahuku," ucap Ayra seraya tersenyum."Ya Tuhan, aku lupa. Maafkan aku, seharusnya aku menyuruhmu istirahat dulu, aku malah memberimu jadwal pekerjaan," ucap Rose seolah menyalahkan dirinya sendiri."Ayo, aku akan mengantarkanmu ke kamar kakakku," ucap Rose.Rose dan Ayra berjalan menuju ke kamar Ardian yang terletak di lantai atas."Ini kamar
Kamar PengantinAyra terlihat membantu Ardian makan, mengambilkan beberapa lauk. Ardian memakan apa yang Ayra berikan, dia memang menyukai telur gulung, itu membuatnya ingat dengan masa kecilnya."Ibu, apa ibu tidak berencana mencari asisten rumah tangga?" tanya Ayra. Mendengar hal itu tiba tiba nyonya Sisca terbatuk. Nyonya Sisca meraih segelas air putih lalu meminumnya."Ayra, kamu tahu bukan, ibu sudah berusaha mencari asisten rumah tangga, mereka tidak pernah betah tinggal di rumah ini, mereka selalu saja membuat kesalahan dan masalah, ibu bisa gila," ucap nyonya Sisca. "Apa kamu terlalu kelelahan di hari pertama sebagai menantu di rumah ini?" tanya nyonya Sisca menelisik."Bu-bukan begitu ibu, jika ada asisten rumah tangga, semua pekerjaan akan lebih maksimal, Ayra bisa mengawasinya juga membantu sebisa mungkin," ucap Ayra."Jadi begitu, baiklah, ibu akan mencari asisten rumah tangga, aku harap rumah ini lebih bersih dan meja makan lebih beragam dari sebelum sebelumnya," ucap ny