Jebakan PernikahanAyra dan kedua orang tuanya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan ruangan mempelai wanita. Betapa kagetnya dia setelah mendapati di dalam ruangan ada Paramita Hanum dan juga Rudy Hun. Bukankah mereka sudah bertemu dengan Rudy Hun kemarin? Bukankah beberapa jam lalu mereka juga bertemu Paramita Hanum? Ada apa ini? Ayra dan kedua orang tuanya belum mengerti."A-ada apa ini sebenarnya?" tanya Ayra bingung. "Sebelah sini nona, saya akan segera merias nona," ucap Paramita Hanum seraya mengisyaratkan supaya Ayra duduk di kursi yang telah di persiapkannya. "Nona Paramita Hanum, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kamu sudah merias wajahku tadi? Bahkan riasan ini masih utuh," tanya Ayra bingung. "Silahkan nona, saya akan menjelaskan sembari memoleskan make up, waktu kita hanya empat puluh menit nona, maafkan saya, saya harus memulainya dengan segera," ucap Paramita Hanum. Dengan gesit Paramita Hanum memasang beberapa jepit rambut, menutup dada Ayra dengan kain hi
Jebakan Pernikahan Part 2Ayra berjalan dengan begitu anggun, diapit oleh ayah dan ibunya, memasuki gedung pernikahan yang dihias mewah. Di dalam gedung sudah penuh dengan tamu undangan. Ini bukan pernikahan sederhana, seluruh sudut dihiasi dengan bunga bunga mewah, bunga asli, yang tentu memiliki harga fantastis. Ayra masih bergelut dengan kebingungannya, semua ini tidak akan mungkin direncanakan dengan mendadak, semuanya pasti sudah dipikirkan matang matang dan direncanakan, minimal beberapa hari yang lalu. Ini tidak mungkin terjadi dalam semalam, dekorasi, segala kelengkapan pernikahan, ini terencana dengan matang.Ayra berjalan dengan anggun, dia melihat beberapa tamu menatapnya dengan takjub. Ayra memang memiliki kecantikan alami, apalagi dengan tangan ajaib make up artis Paramita Hanum, kecantikannya akan semakin terpancar walaupun hanya dengan bubuhan riasan sederhana. Dia menjadi bintang, ratu yang tercantik, pusat perhatian.Ayra terlihat begitu anggun dan cantik, berjalan l
Jebakan Pernikahan Part 3Ayah Ayra berusaha menahan air mata yang hendak menerobos keluar. Moment ini sungguh sangat menguras perasaan.Pernikahan Ayra dan Ardian telah terjadi, pernikahan agung dengan segala kemewahan. Tamu undangan terlihat bahagia menikmati pestanya. Suguhan hidangan dari berbagai negara menjadi pembahagia mulut den hati yang tak terhingga. Pernikahan ini menjadi pernikahan mewah abad ini, pernikahan yang dihadiri orang orang penting, pernikahan yang menelan biaya fantastis, mewah, bergaya dan penuh kesan.Ibu Ayra terlihat begitu takjub, pesta ini benar benar istimewa. Dia diperlakukan dengan sangat baik, disuguhi hidangan yang beraneka warna hingga membuatnya bingung karena tidak tahu harus menyantap makanan yang mana, semuanya terlihat asing.Ibu dan ayah Ayra duduk di meja VVIP, meja khusus untuk keluarga dan undangan penting. Mereka tidak mendapat diskriminasi sedikitpun, mereka dipandang dengan mata penuh, diperlakukan selayaknya tamu lain, tanpa memandang l
Malam PertamaAyah dan ibu Ayra kembali ke kost Ayra untuk mengambil beberapa barang, mereka akan tinggal selama dua hari ke di hotel Galaksi, lalu pulang ke kampung halaman. "Bu, saya kok heran ya, apa benar besan kita sekaya itu, lalu kenapa tidak ada ritual sebelum pernikahan, tidak ada lamaran atau setidaknya minta izin secara resmi untuk menikah," ucap ayah Ayra di dalam kamar hotel terbaik di hotel Galaksi."Pak, jangan mikir yang aneh aneh, itu hanya kekhawatiran biasa. Lihat, besan kita saja menyediakan kamar hotel semewah ini, mereka orang yang baik dan kaya," ucap ibu Ayra.“Lihat pak, seumur umur kita tidak pernah melihat kamar hotel, ternyata sangat bagus dan mewah. Kita bisa tidak bangun bangun pak, ini seperti mimpi, keindahan dunia yang hanya bisa dibeli orang kaya,” lanjut ibu Arya seraya melihat ke sekeliling kamar hotel."Mungkin mereka orang orang sibuk, tidak punya waktu untuk hal begitu, kita berdoa saja untuk anak kita, dan satu lagi, bapak tahu uang mahar itu d
Malam Pertama Part 2Tak terasa air mata Ayra menetes, malam pertamanya sebagai seorang istri harus dilewatkannya seorang diri, penuh kesedihan. Ayra berusaha tegar, memahami situasi dengan pikiran baiknya. "Mungkin Ardian benar benar ada urusan mendesak, dia adalah orang sibuk, urusannya begitu banyak, aku harus mengerti," gumam Ayra berusaha membesarkan hatinya. Di luar hotel, Ardian segera masuk ke dalam mobil mewah berwarna putih yang sedari tadi sudah parkir di dekat hotel, sepertinya mobil itu sengaja menunggu Ardian. "Sayang, kenapa lama sekali, aku menunggumu," ucap seorang wanita seraya memeluk erat Ardian. "Aku harus mandi dulu dan berpamitan dengan Ayra, aku tidak ingin ada masalah di hari pertama," ucap Ardian. "Aku sangat mencintaimu," ucap wanita itu, wajahnya belum terlihat dengan jelas, masih samar tertutup kegelapan malam. Wanita itu terlihat memeluk Ardian dengan pelukan penuh pengharapan dan dari mata biasa pun sudah dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki hubu
Memulai RealitaAyra melambaikan tangan pada ibu dan bapaknya, mereka sudah berada di dalam mobil alphard warna putih, mereka akan segera menuju ke kampung halaman. Oleh oleh dan barang mereka cukup banyak, rencananya akan dibagikan kepada tetangga dan kerabat, jadi mereka pulang dengan berkendara darat, tidak naik pesawat atau kereta.Mobil melaju, lama lama menghilang, lalu Ayra berbalik kembali ke kamarnya, kamar hotel yang seharusnya menjadi kamar pengantin baru.Di kamar hotelnya, Ayra hanya duduk sendiri, melihat semua dekorasi yang masih sama. Kasurnya masih rapi, tadi malam dia tidur di sofa panjang, seraya menangisi keheningan dan kesendiriannya. Walaupun dia berusaha kuat dan berpikiran positif, tidak memungkiri hatinya terselip perasaan sedih, tidak bisa ditutupi. Kepedihan itu tergambar jelas, mana ada seorang wanita yang bahagia ketika ditinggalkan seorang diri di malam pengantinnya.Malam pertama yang selalu diimpikan anak perempuan sebagai malam indah penuh kasih sayang
Memulai Realita Part 2"Tidak ada orang di rumah?" tanya Ayra."Ibu sedang di Laviva Cafe, ada arisan, ibu sangat senang karena ini hari pertamanya setelah beberapa bulan absen dari arisan, begitulah ibu ibu," ucap Rose."Benarkah? kenapa?" tanya Ayra."Hmmm, tidak apa apa, entahlah, aku juga tidak mengerti," ucap Rose."Loly ada di atas, sedang istirahat," ucap Rose.“Oh iya, kenapa kemarin Loly tidak dating?” Tanya Ayra. Mendengar itu, Rose melihat kearah Ayra.“Sakit, ya, sakit, tidak enak badan,” ucap Rose."Oh iya, ini daftar yang bisa kakak kerjakan selama di rumah, supaya tidak jenuh. Ini buku panduan untuk merawat Loly, daftar obat, makanan yang boleh dan tidak boleh, ya semua hal tentang Loly sudah ibu ringkaskan di sini," ucap Rose seraya menyerahkan dua buku dan satu kertas panjang berwarna putih yang di sana terdapat jadwal harian seperti halnya jadwal sekolah.“kakak dokter, jadi pasti akan mudah mengerti,” ucap Rose seraya tersenyum.Ayra mengerutkan dahi, bingung, namun
Seperti PenyiksaanAyra membuka buku selanjutnya yang berisi kegiatan harian Loly.Pagi : Membantu Loly mandi pagi, memberi sarapan, memberi vitamin, menyiapkan keperluan sekolah, bekal sekolah, menunggu jemputan dari sekolah dating.Siang : Menunggu Loly pulang sekolah, makan siang, minum vitamin, menemani menonton acara televisi kesukaan Loly, bercerita, membantu Loly istirahat siang.Sore dan Malam : Membantu Loly mandi sore, jalan jalan dan sejenisnya. MEnemani Loly berkumpul dengan keluarga, membantu makan malam, minum vitamin sore, membantu istirahat malam.“Loly minum vitamin tiga kali?” guman Ayra.Melihat jadwal Loly, Ayra segera melihat jam, menunjukkan pukul sepuluh pagi dan sebentar lagi Loly akan pulang dari sekolah.Ayra segera meletakkan kopernya di pinggir tangga, dia berusaha memahami semuanya, berpikir dengan cepat.“Apa aku harus mengerjakan semua ini?” Tanya Ayra pada dirinya sendiri. Ayra terlihat berkeliling, dia tidak menemukan satupun orang. Dia melihat rumah i