“Nyonya Alenta sudah berjanji untuk tidak akan pernah membuat kita dalam masalah, entah seberapa besar kesulitan yang akan diberikan oleh pria itu kepada kita.” ucap Karem menjelaskan, berharap itu dapat membuat istrinya merasa tenang dan juga berhenti untuk mengkhawatirkan tentang Aruna dan juga anaknya.
Ibunya Aruna menganggukkan kepalanya, dia sendiri juga sudah mendengar janji itu diucapkan secara langsung oleh Alenta sebelum mereka semua berangkat ke luar negeri untuk menjalani kehidupan yang baru.“Yah, kita tidak mungkin akan terus berada di tempat ini, kita tidak akan pernah mungkin terus melarikan diri, bukan?” ujar Ibunya Aruna.Karem menganggukkan kepalanya, jelas apa yang diucapkan oleh istrinya barusan adalah sebuah fakta yang tidak bisa untuk dielak.Mereka tidak akan pernah mungkin menggantungkan kehidupan mereka kepada Alenta seumur hidup, masa lalu tidak boleh menggunakan mereka.Walaupun benar ada sejarah yang terjaViolet tersenyum penuh haru, matanya sampai berair melihat foto bayinya Aruna yang dikirimkan oleh Aruna sendiri belum lama ini. “Ya Tuhan... Ternyata ada ya makhluk kecil yang sangat indah seperti ini, dia benar-benar sangat tampan.” ucap Violet pelan. Saat ini, Violet berada di ruang tamu sedangkan Reiner berada di dalam kamarnya. Saat meninggalkan Reiner tadi, pria itu sedang tertidur karena memang ini sudah waktunya untuk tidur. “Kapan ya aku bisa bertemu dengan keponakan ku?” Violet membuang napas, keinginannya itu pasti akan lama terwujud mengingat situasinya sekarang. Violet kembali menatap wajah keponakannya, tersenyum sembari mengusap dengan lembut layar ponselnya. Harapan terbesarnya saat ini adalah kebahagiaan untuk Aruna, untuk anaknya juga, dan kedua or
“Kenapa hal semacam ini pun kau mencoba untuk merahasiakan, membuatku berpikir macam-macam, dan menuduhmu melakukan hal buruk?” tanya Reiner, menatap Violet dengan tatapan menuntut untuk jawaban. Violet membuang nafasnya, merasa begitu kesal namun juga merasa kecewa karena Reiner sudah mengetahuinya apa yang seharusnya tidak diketahui. “Kenapa kau masih menanyakan hal itu?” tanya Violet, mencoba untuk menghindari pertanyaan yang sulit baginya untuk memberikan jawaban. Reiner mengusap wajahnya dengan kesal, tersenyum dengan ekspresi yang selaras, lalu berjalan untuk bisa lebih dekat dengan Violet. Serius wajah Reiner terlihat saat ini, dia sedang tidak ingin bertele-tele. “Violet, apa yang sedang kau pikirkan terhadapku hingga memilih merahasiakan hal ini?” Violet pun tersenyum kesal lalu menjawab, “Karena aku tidak ingin mele
“Selamat, anda berdua akan menjadi orang tua untuk anak anda yang akan lahir 8 bulan ke depan.” ucap Dokter yang memeriksa Violet. Reiner sontak tersenyum lebar, kehamilan Violet jelas adalah sesuatu yang sangat berharga dan juga menggembirakan untuknya. Bukan bahagia karena ingin memiliki anak, Reiner justru lebih merasa bahagia karena pastinya dia dan juga Violet akan terus terikat berkat kehamilannya. “Bagus, sungguh sangat bagus sekali!” Reiner terlihat benar-benar bahagia. Berbeda dengan Reiner, Violet kini terdiam, dia nampak sangat terkejut. Belum lama dia berhenti meminum pil penunda kehamilan, tidak menyangka kalau secepat itu juga dia akan langsung hamil. Ada yang hilang, setelah lama meminum pil penunda kehamilan, biasanya justru akan lebih sulit untuk memiliki anak, nyatanya itu pun tidak terbukti sama sekali. “Kenapa kau diam
“Apa masih lama?” tanya Reiner, tangannya. bergerak memijat tengkuk Violet yang sejak sarapan pagi terus saja muntah. Tidak bisa menjawab pertanyaan dari Reiner tentunya, Violet masih sibuk dengan muntahnya. Reiner mengusap wajahnya, sebenarnya dia sangat ngantuk karena semalaman Violet sama sekali tidak bisa tidur yang mana Violet jadi terus membuat pergerakan, dan mengganggu tidur Reiner. “Apa kita temui saja Dokter untuk meminta obat anti mual?” tanya Reiner, lagi-lagi tidak mendapatkan jawaban. Setelah beberapa saat, mereka berdua akhirnya bisa keluar dari kamar mandi, mual yang dirasakan Violet sudah berhenti. Mereka duduk di atas tempat tidur. Reiner membuang napas kasarnya, menatap lekat wajah dan tubuh Violet yang nampak pucat dan kurus. Kehamilan sudah masuk ke-3 bulan, bukanya mendapatka
Bug! "Kenapa kau baru datang, sih? Kau tahu kan kalau aku pasti terlambat datang ke kantor?" Begitu membuka pintu kamar keponakannya, Alenta langsung dilempar dengan handuk yang agak basah oleh kakak perempuannya. Gadis yang beberapa hari lalu baru berusia 23 tahun itu tentu saja terkejut. Namun, segera dipaksakannya senyum. “Maaf, Kak,” ucap Alenta pelan. Handuk yang tadi dilemparkan ke wajahnya, gegas diletakkan di tempat untuk mengeringkan handuk. Setelah itu, Alenta bergegas mendekati tempat tidur yang biasanya digunakan oleh Elea, keponakannya yang baru berusia 1 tahun. "Selamat pagi, Elea?" sapanya lembut seperti biasanya. Balita itu sontak tersenyum manis, menghangatkan hati Alenta. Hanya saja itu tak berlangsung lama karena sang kakak masih menatapnya tajam. "Ck! Kerjamu di rumah hanyalah makan tidur saja, kenapa kau sering sekali terlambat?!" Mendengar itu, Alenta terdiam. Dia menegakkan tubuhnya yang sebelumnya menunduk karena melihat Elea yang saat itu tengah sibu
Plak!Satu tamparan mendarat di wajah Alenta. Sang ibu masih mencengkram kedua lengan tangan Alenta dengan marah, "Bagaimana bisa kau membuat kakakmu celaka, Alenta?!" bentaknya frustasi, "apa kau tahu seberapa sulitnya Julia selama ini?” “Kakakmu itu tidak pernah menyusahkan kami selaku orang tuanya! Berbeda dengan kau yang hanya tahu menghabiskan uang untuk sekolah dan lainnya! Baru saja diminta untuk menjaga anaknya, kau justru mencelakai kakakmu sendiri! Dasar, kau benar-benar anak yang tidak berguna!"Cercaan ibu yang tak henti membuat Alenta hanya bisa menangis. Dia tak melakukan perlawanan apapun saat Ibunya terus memukulinya berkali-kali."Maaf, aku benar-benar tidak sengaja...." lirih Alenta, tak kalah frustasi. Dia hanya ingin Ibunya mendengarkan apa yang dia bicarakan.Sayangnya, itu sebatas angan saja. Bagi Ibunya, Alenta adalah anak yang selalu merugikan dan membuat ulah meski sebenarnya Alenta sendiri tak pernah melakukan apapun.Jadi, ditatapnya tajam Alenta. "Kala
Kini Alenta kembali ke rumah milik Julia dan Edward, sesuai yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya. Sejak tadi, Elea terus menangis mencari keberadaan Alenta. Memang dibanding memanggil Ibu yang biasanya akan sering dilakukan oleh para bayi saat pertama kali bisa mengucapkan sebuah kata, Elea justru mengucapkan kata Bibi. Alenta pun langsung memeluk Elea erat setelah mengambilnya dari gendongan pelayan di rumah itu."Maafkan saya yang tidak bisa menenangkannya, Nona Alenta. Saya benar-benar sudah mencobanya dengan sebisa saya, tetapi Nona Elea benar-benar terus mencari keberadaan Anda." Dia tentu saja tahu bahwa saat ini seluruh anggota keluarga sedang pusing karena Nyonya rumahnya sedang berada di dalam rumah sakit. Tapi, Elea terus menangis, hingga dia terpaksa menghubungi Edward dan menyampaikan tentang kondisi bayi satu tahun itu.Sementara itu, Alenta memaksakan senyumnya. “Tidak apa, Bi.”Tentu saja, dia tahu benar bahwa keponakannya itu memang tidak terbiasa dengan si
Entah bagaimana ceritanya, Herin berhasil membujuk Edward dan kedua orangtuanya terkait pernikahan sementara antara pria itu dan Alenta.Sebuah surat perjanjian pun dibuat untuk mengamankan posisi Julia.Intinya adalah Alenta harus menurut pada Edward dan tidak boleh menuntut apapun dari pria itu. Elea juga tak boleh memanggilnya ibu. Selain itu, Alenta tidak boleh menghamburkan uang Edward ataupun mengenalkan diri sebagai istrinya Edward dengan orang luar. Perjanjian ini benar-benar hanya menguntungkan Edward dan sangat merugikan Alenta!Saat dua bulan Julia terbaring di rumah sakit, pernikahan itu pun digelar dengan amat tertutup dan tidak tercatat secara sah pada catatan sipil. Hanya para orang tua dan juga saksi dari luar sebanyak dua orang yang menghadirinya.Sepanjang acara, Alenta benar-benar tak berekspresi sama sekali. Dia sudah lelah untuk menangis. Berat badannya bahkan turun drastis! Dari 48 kg kini menjadi 40 kg saja. Padahal, tinggi gadis itu 163 cm.Setelah acara per