"Aku sumpahkan, hidupmu akan selamanya seperti itu, MENUMPANG!" umpat seorang pria bernama Candra pada mantan istrinya lewat pesan singkat.
"Kita lihat, sumpahmu atau sumpahku yang akan terkabulkan!" imbuh Candra tanpa hentinya mencaci maki seseorang yang telah ia khianati."Apa aku ada menyumpahimu?""Dari awal kita menikah bahkan sampai detik ini, justru kamu yang kerap mencaci maki dan menyumpahiku," jawab Amel."Dan asal kamu tau, sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang akan musnah dalam sekejab mata jika dia berprilaku sombong dan suka merendahkan orang lain!" timpal Amel menambahkan.Lebih dari 60 menit, Candra dan Amel saling berbalas pesan. Tak sedikit hinaan yang di lontarkan Candra pada Amel.Rasa sesak di dada Amel ia tahan sekuat tenaga, tak setetes pun air mata tumpah dari pelupuk matanya. Sebab ia sudah terbiasa mendapat hinaan yang bahkan lebih menyakitkan dari itu selama 8 tahun mereka membina rumah tangga.Kata-kata kotor bahkan Candra lontarkan pada Amel."Semoga ucapanmu tidak berbalik pada kamu," balas Amel."Balik? Hey! Aku tidak pernah menumpang hidup! Aku punya rumah!""Aku juga udah lebih bahagia sekarang!""Memangnya kamu? Masih hidup menumpang sampai sekarang!" balas Candra dengan sombongnya."Dasar nggak tau diri!"Dengan keangkuhannya, Candra meluapkan emosinya pada Amel yang tak lain adalah ibu dari kedua anaknya."Kamu pikir setelah menghinaku dan menyumpahiku, lantas aku akan sedih atau meraung-raung?""Kamu salah besar, tuan Candra yang terhormat!" ketus Amel."Aku bukan wanita selemah itu, aku bahkan sudah melepasmu untuk wanita murahan itu!" tutur Amel panjang lebar lewat balasan pesannya pada Candra."Sudahlah, tidak ada gunanya melayani manusia culas seperti kamu," ketik Amel mengakhiri pertikaiannya dengan laki-laki yang selama 8 tahun ini ia cintai itu.****Di tempat yang berbeda, Candra masih di rundung emosi yang memuncak setelah Amel menyudahi pembicaraan lewat pesan singkat itu."Kamu kenapa sayang?" tanya Pukki seraya bergelayut manja di lengan Candra.Candra bergeming sembari menetralkan emosinya."Pasti kamu ribut lagi sama dia kan!" ketus Pukki sebab Candra tak kunjung merespon pertanyaannya."Aku kan udah bilang, jangan lagi berhubungan dengan perempuan itu!" bentak P**i memberi jarak tubuh mereka."Biar bagaimana pun, dia itu masih istriku yang sah dan saat ini kedua anakku juga bersama dengan dia!" jawab Candra dengan penekanan."Kenapa kamu tidak menceraikannya saja? Untuk apa kalian masih mempunyai status tapi tidak bersama!" pekik Pukki."Dari awal aku menjalani hubungan terlarang dengan kamu, aku tidak pernah terpikir untuk menceraikannya! Meski dia sudah meninggalkanku!" balas Candra."Lalu apa artinya aku di mata kamu?" tanya Pukki membolakan matanya."Bukankah kita juga sudah menikah, meski tidak tercatat? Aku rasa itu sudah lebih dari cukup?" jawab Candra sembari meniupkan kepulan asap rokok dari sela bibirnya."Tapi, aku mau hanya ada satu istri untuk kamu, yaitu aku!""Tolong jangan paksa aku melakukan hal yang nantinya akan merugikan kedua anakku," bujuk Candra."Dari awal kita sudah sepakat menjalani hubungan ini tanpa mengorbankan kedua anakku. Aku harap kamu tidak melupakan itu!" ucap Candra."Tapi Amel sudah memilih mundur dan pergi jauh dari kamu!""Dia pergi karena kesalahan fatal yang sudah aku perbuat, aku tidak bisa melimpahkan kesalahanku pada Amel," tutur Candra."Bagaimana pun juga, Amel sudah mendampingiku selama 8 tahun lamanya. Dari aku yang tidak bisa apa-apa sampai akhirnya aku di kenal banyak orang sebagai seorang teknisi," imbuh Candra."Aku tidak ingin melepaskan salah satu dari kalian, aku menyayangi kamu tapi aku juga tidak bisa menceraikan Amel," tutur Candra lembut."Mau sampai kapan kamu mempertahankan prinsipmu itu?" tanya Pukki.Candra mengangkat bahunya pertanda tidak tau."Aku bakal berusaha supaya kamu segera menceraikan perempuan itu! Hanya aku yang boleh memilikimu!" bisik batin Pukki.****Pagi ini seperti biasanya, Amel tampak sibuk untuk mempersiapkan putra sulungnya yang akan berangkat ke sekolah."Bunda, entar jadi dateng kan ke sekolah Galang?" tanya Galang sembari memakai sepatu sekolahnya."Insha Allah ya nak, kalau nanti bunda dapet pinjeman motor, bunda pasti datang," jawab Amel yang sedang memasukkan botol air mineral ke dalam tas sekolah Galang."Tapi ini kan penampilan perdana Galang, bun...." ujar Galang setengah merajuk."Iya bunda tau, maka dari itu bunda pasti usahain buat dateng," bujuk Amel."Nanti sebelum kamu tampil, jangan lupa baca Bismillahirohmanirohim dulu ya nak? Biar kamu semakin percaya diri! Oke anak bunda yang soleh dan ganteng?" tutur Amel sumringah."Siap bunda!" sahut Galang antusias."Memangnya abang mau ngapain sih bunda?" celetuk Ruby putri bungsu Amel dan Candra itu."Nanti abang mau baca Syahadat di depan orang banyak dek," jawab Amel tersenyum bangga."Di sekolah ya bun?" tanya Ruby lagi."Iya dek...." sahut Amel."Gimana bang, kamu udah selesai beres-beresnya?""Udah bunda.""Yuk, kita berangkat ke sekolah sekarang? Keburu telat," ucap Amel lalu menggendong Ruby yang masih berusia 2 tahun itu."Ya Allah.... meski aku harus berpisah dari laki-laki itu, namun Engkau memberiku dua orang anak yang luar biasa," bisik dewi batin Amel sembari melajukan motor yang ia pinjam dari adiknya.Amel tetap berusaha menerima hasil dari keputusan yang telah ia ambil. Meski tak jarang, batinnya menangis pilu atas apa yang sudah di lakukan Candra padanya dan kedua anak mereka.****Sesampainya di rumah setelah mengantarkan Galang sekolah, Amel memulai kegiatannya. Amel memang sudah 6 bulan ini aktif menjadi seorang penulis di sebuah platform novel online, menyalurkan bakat menulisnya. Ia berharap melalui kegemarannya menulis sejak masa sekolah dulu, ia dapat mencukupi segala kebutuhan Galang dan Ruby kedepannya.Beberapa karya sudah ia terbitkan selama dalam waktu 6 bulan. Meski beberapa hal harus ia korbankan untuk mencapai impiannya, salah satunya adalah waktu. Sampai pada suatu ketika, putra sulungnya melayangkan protes."Bunda, Galang boleh ngomong sesuatu nggak?" tanya Galang dengan sopan pada saat Amel tengah menulis."Boleh dong, memangnya abang mau ngomong apa?" sahut Amel meletakkan ponselnya sejenak."Akhir-akhir ini bunda jarang ngajak Galang dan Ruby becanda, nggak kaya dulu waktu masih di Jawa," tukas Galang sendu."Ya Allah, maafin bunda nak karena udah bikin kamu mikir seperti itu," sahut Amel seraya memeluk Galang."Bunda mohon ya bang, kamu bisa bersabar dengan keadaan kita saat ini.""Dulu, bunda punya banyak waktu buat ngajak kamu dan Ruby main karena masih ada Bapak. Sekarang kondisinya sudah beda nak, sekarang bunda harus kerja keras demi masa depan kamu dan Ruby.""Meskipun begitu, rasa sayang dan cinta bunda tidak pernah berubah sedikit pun pada kalian berdua," tutur Amel dengan bulir air mata yang menggantung di pelupuk matanya."Iya bunda, Galang doain semoga bunda selalu sehat untuk Galang dan Ruby," ucap Galang membalas pelukan sang ibu.Malam ini kedua anak Amel sudah terbuai dalam mimpi indahnya. Saatnya Amel memulai kegiatannya yaitu menulis. Amel memang kerap mengambil waktu disaat kedua malaikat kecilnya itu tertidur pulas. Sebab saat itulah Amel bisa mencurahkan segala yang ia rasakan lewat goresan penanya.Tampak ia sedang duduk sendiri di balkon kamarnya, disanalah sehari-harinya Amel bisa menuangkan semua ide yang ada di kepalanya.Namun tak jarang ia menangis tersedu-sedu, kala harus mengembalikan ingatannya ke masa beberapa bulan yang lalu. Beberapa karya yang sudah ia terbitkan tidak lain adalah kisah nyata kehidupannya sendiri.-eight months ago-"Ceraikan aku!" teriak Amel pada Candra di hari ke empat lebaran idul fitri itu."Aku nggak mau, tolong jangan seperti ini bunda!" jawab Candra yang baru saja di bangunkan Amel dari tidurnya. Bukan tanpa sebab Amel membangunkan laki-laki yang sudah mendampinginya selama 8 tahun itu. Ia yang baru saja mengetahui bahwa Candra ternyata sudah berselingkuh, dengan seo
"Kapan kita akan jadi orang kaya, kalau kamu tidak mengijinkanku untuk menikah lagi?" tukas Candra tanpa rasa malu."Astagfirullah...." gumam Amel, menatap lekat pada kedua netra Candra."Kamu tau kan, di agama kita laki-laki di perbolehkan menikah lebih dari satu kali, selama dia mampu?" imbuh Candra mencari pembenaran atas perbuatan dzolim-nya."Apa kamu sudah merasa mampu?" tanya Amel ketus."Ya, aku memang yakin mampu," jawab Candra dengan entengnya."Candra! Lihat aku!" titah Amel."Kamu lihat saat ini aku dan anak-anakmu tidur dimana?" tukas Amel penuh penekanan.Candra tidak menjawab."Kenapa diam!""Apa kamu malu dengan ucapan kamu yang tadi, yang mengaku sudah mampu?""Aku dan kedua anakku saja, masih tidur di rumah ibumu!""Dimana aku harus banyak bersabar dengan sifat ibumu yang juga kerap membuat masalah! karena aku dan anak-anakku masih menumpang di rumahnya!" tutur Amel tanpa jeda."Tapi kamu juga harus tau satu hal lagi Amel, di agama yang kita anut, juga memperbolehkan
Sejak kepergian Amel dan kedua anaknya yang secara diam-diam, tentu membuat riuh suasana di kediaman orang tua Candra, tempat dimana selama 3 tahun terakhir ini Amel dan anak-anaknya tinggal."Udah, biarin aja Amel pergi. Itu sudah keputusannya dia. Nggak perlu kamu cari lagi," tukas ibunya Candra."Tapi Amel bawa anak-anakku mak! biar gimana pun, aku tetap akan mencari mereka!" sahut Candra pada ibunya.Ibunya mendengus kesal atas jawaban Candra.Tahun ke tiga pernikahan Amel dan Candra, sang ibu pernah meminta Candra untuk meninggalkan Amel. Dengan alasan Amel tidak bisa menempatkan diri sebagai menantu di keluarga besar Candra. Namun itu hanyalah alasan sang ibu semata. Fakta yang terjadi tidak lain adalah masalah keuangan yang seluruhnya di kendalikan oleh Amel sebagai istri."Kalau aja kamu belum punya anak, emak sudah minta kamu ninggalin Amel!" ketus bu Yati pada Candra sang putra.Candra tidak sedikit pun melakukan pembelaan terhadap Amel, ia hanya diam bag kerbau yang di tusu
Satu bulan sudah Amel dan kedua anaknya meninggalkan kota Kediri dan selama itu pula Candra kerap meminta Amel untuk pulang. Tanpa rasa bersalah, Candra meminta Amel pulang namun tidak memberi keputusan bahwa ia akan meninggalkan selingkuhannya.Amel yang sudah bertekad tidak akan pernah kembali lagi ke kota Kediri itu, membuat Candra sempat memberi ultimatum pada Amel."Kalau memang keputusanmu sudah bulat, aku tidak akan memaksamu lagi. Tapi aku akan memperjuangkan hakku sebagai bapak dari Galang dan Ruby!" ucap Candra pada Amel melalui sambungan telepon."Silahkan, satu hal yang pasti, aku tidak pernah berniat untuk memutus hubunganmu dengan anak-anak. Justru kamu sendiri yang menjauh dari anak-anak!" jawab Amel."Aku tidak menjauh, tiap kali aku menghubungi mereka, apa mereka mau bicara denganku?""Apa aku tidak berusaha mendekatkan diriku kembali pada mereka?" imbuh Candra."Jangan tanya aku! tanya pada dirimu sendiri, kenapa anak sekecil mereka bisa sampai mempunyai rasa tidak s
Candra yang tak juga merasa puas, bersikeras memberondong Amel dengan segala pertanyaan yang menyudutkannya."Apa kesalahanku pada mereka, sampai mereka begitu bencinya padaku!""Kalau bukan kamu yang sudah mengotori pikiran mereka!" pekik Candra meradang."Kamu masih tanya, apa kesalahanmu?""Wah, hebat sekali anda tidak menyadari apa yang sudah anda lakukan pada kami?" sarkas Amel."Mereka bukan tumbal untuk masalahmu denganku!" ucap Candra."Hey! secara tidak langsung, mereka sudah jadi korban atas perbuatanmu! meski aku yang kamu sakiti, dampaknya pada siapa!" pukas Amel."Kamu boleh tanya pada orang-orang yang senasib dengan mereka, apa mereka baik-baik saja setelah di jadikan korban keegoisan orang tuanya!" imbuh Amel."Aku cuma minta satu hal sama kamu, Mel!""Jangan memutus hubungan antara Bapak dan anak, kalau kamu mau hidupmu lebih tenang.Tak henti-hentinya Candra menuduh Amel telah mendoktrin pikiran anak-anaknya, meski ia telah mendengar sendiri penolakan kedua anaknya.S
Apa Candra pernah menghubungi anak-anaknya?" tanya salah satu saudara Amel melalui sambungan telepon."Pernah kak, tapi anak-anak nggak ada yang mau ngomong sama bapaknya.""Terutama Galang, dia bahkan ngelarang aku berhubungan dengan bapaknya," jawab Amel pada saudaranya tersebut yang bermukim di kota Medan."Bisa di maklumi, dia anak laki-laki dan sudah cukup mengerti keadaan kedua orang tuanya.""Meski begitu, kamu jangan bosan selalu ingetin dia.""Karena bagaimana pun juga, Candra itu tetap bapaknya.""Tapi jangan terlalu memaksakan, biarkan dia belajar untuk menerima dulu.""Semakin kamu paksa dia untuk menerima, semakin hatinya menjauh dan tidak menutup kemungkinan dia bisa melupakan bapaknya," nasehat dari sang kakak untuk Amel."Iya kak, makasih ya kak untuk semua dukungan dan doanya," ucap Amel sebelum mereka mengakhiri obrolan.****Sudah hampir dua bulan Amel menetap di sebuah kota pusat industri, yang letaknya di seberang negara t
Dua hari Amel mencoba membuat sample martabak mini sebelum ia memasarkannya. Anggota keluarga cukup puas dengan rasa martabak hasil olahan tangan Amel. Amel membuat beberapa varian rasa, yang banyak di gemari anak-anak.Setelah merasa yakin dengan rasa martabak mini buatannya sendiri, Amel pun mulai membuat beberapa toples untuk di titipkan di beberapa tempat yang sebelumnya sudah Amel mintai ijin."Bismillahirahmanirahim...." lafadz Amel sebelum berangkat menuju tempat ia akan menitipkan dagangannya.Kedua tangan Amel sudah menenteng 3 kantong plastik berukuran besar, yang berisi toples untuk wadah martabak-martabak mini buatannya.Mengingat wajah kedua buah hatinya, semangat Amel semakin terpacu meski waktu masih menunjuk pukul 05.30 pagi. Dimana awan biru masih terselimuti awan gelap, ia memantapkan langkahnya menyusuri jalanan yang belum terlalu di padati kendaraan.Pukul 6 tepat, ia sudah berada di rumah. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kamarnya, unt
"Kalian sudah siap?" tanya Amel pada kedua anaknya, dimana pagi ini Amel dan kedua anaknya akan pergi menemui seseorang."Sebenarnya kita mau kemana sih, bunda?" tanya Galang penasaran."Ntar kamu juga tau nak, lebih baik kita berangkat sekarang ya? keburu orang yang akan kita temui itu pulang," sahut Amel bergegas menuruni anak tangga di kediaman Lastry, adiknya.Mereka berjalan kaki menuju lokasi seseorang yang masih di rahasiakan Amel dari Galang dan Ruby."Kok kita nggak naik motor, bunda?" tanya si cantik Ruby dengan gaya manjanya."Ntar motornya mau di pakai kerja nak sama om Handy. Biar kita juga bebas mau pulang jam berapa aja," tutur Amel sembari menggendong Ruby.Lokasi yang cukup jauh itu, mereka tempuh dengan berjalan kaki menyusuri lorong-lorong setapak.10 menit berjalan kaki, Amel tersenyum bahagia karena orang yang akan ia temui masih berada di tempat ia berdagang."Nek, saya mau beli ikan asinnya satu bungkus," ucap Amel ramah pada wa
Candra menatap senyuman Amel yang terukir, ia sedang menunggu respon Amel setelah Pukki menyampaikan kata-katanya."Kamu sudah selesai bicara?" pertanyaan itu Amel ucapkan dengan datar.Tanpa menunggu jawaban dari Pukki, Amel menarik napas panjang lalu melepasnya perlahan."Kamu bilang, kamu wanita dan mengerti perasaanku, bukan?""Wanita baik-baik, tidak akan pernah mau merusak kebahagiaan wanita lainnya!""Wanita baik-baik, tidak akan pernah tergoda sekeras apa pun godaan dari pria yang sudah memiliki anak dan istri!""Kamu hanya pintar bicara! kamu hanya pintar bersandiwara!""Dari awal, kamu sudah tau kalau laki-laki yang mendekatimu itu bukan pria tanpa istri!""Dan dengan kejinya, di belakangku kamu justru mengatakan, kalau kamu tidak serius ingin berpisah dengan suamiku setelah kamu menyetujui permintaanku untuk meninggalkan laki-laki ini!" hati Amel mulai terbakar melontarkan kata-kata yang selama ini ingin ia sampaikan.Di seberang, Pukki bergeming tak mampu menjawab ucapan Am
Galang dan Ruby tampak sangat bahagia, berlari kesana kemari mengitari taman bermain di sore ini. Sementara Candra dan Amel hanya menatap kedua anak mereka tanpa saling bicara."Aku sampai lupa, kapan terakhir kalinya melihat kedua anakku sebahagia ini," bisik dewi batin Amel."Bund," sapa Candra dengan lembut."Ehm," sahut Amel singkat tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya."Mau sampai kapan kamu bertahan seperti ini?""Kamu lihat kan, anak-anak sangat bahagia karena kedua orang tuanya mendampingi mereka?""Aku juga mau tanya, mau sampai kapan kamu memaksaku untuk menerima permintaanmu berpoligami?" jawab Amel membalas dengan pertanyaan."Apa aku salah, kalau aku berniat untuk membantu orang keluar dari kemaksiatan?" Candra menatap Amel meski Amel tidak menghiraukannya.Amel tertawa kecil, seraya menggelengkan kepalanya pelan."Mulia sekali niatmu?" "Tapi sayang, niatmu tidak sesuai dengan tindakanmu...." sarkas Amel ambigu."Maksudmu?" tanya Candra."Kamu mengatakan, kalau niatmu h
Di hadapan Amel saat ini, tampak Galang sedang duduk dengan seorang pria bertopi. Galang duduk di pangkuan pria yang tak lain adalah ayah kandungnya, yaitu Candra.Ingin rasanya Amel berlari ke arah mereka dan menarik Galang, namun pikiran waras Amel melarangnya. Sebab, ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan hal itu."Bagaimana laki-laki ini bisa sampai disini!""Pantas saja, sejak pagi tadi hatiku tidak enak!""Ternyata, aku harus melihat dia lagi setelah 6 bulan kami terpisah jarak dan waktu!" bisik batin Amel."Bu Amel?" sapa bu Widya kepala sekolah yang baru saja tiba."I-ya bu...." sahut Amel gelagapan."Apa benar, laki-laki yang bersama dengan Galang sekarang itu, ayahnya Galang?""Dari satu jam yang lalu, bu Eny sudah mencoba menghubungi ponsel ibu tapi tidak mendapat respon," tutur bu Widya sebelum Amel menjawab pertanyaan mengenai Candra."Tadi, beliau mengatakan kalau dirinya adalah bapak kandungnya Galang. Tapi, kami piha
Akan apa?!" bentak Amel menahan geram."Aku akan menjemput paksa anak-anak dan melaporkan kamu atas tindak pelarian!" Candra mengancam Amel."Pelarian?!" Amel membolakan matanya."Sudah separah itukah ketidak warasanmu, Candra?!""Aku ini ibu mereka! aku yang mengandung dan melahirkan mereka dengan taruhan nyawa! bisa-bisanya kamu mengatakan hal sebodoh itu!" umpat Amel tak habis pikir dengan kekonyolan Candra."Memang kamu ibunya, tapi kamu membawa mereka tanpa seijinku!" kilah Candra."Sudahlah, lama-lama aku bisa tertular dengan kegilaanmu," potong Amel yang tidak merasa gentar dengan ancaman Candra.Tut-tut-tut sambungan di putus sepihak oleh Amel.Braak!!Candra membanting meja di depannya, emosinya kian memuncak karena sikap Amel yang datar dan tidak terpancing sedikit pun."Aku masih sayang sama kamu, Mel! aku tau tindakanku sudah melukaimu tapi aku bisa apa lagi! semua sudah terjadi. Aku tidak mungkin memperbaiki kesalahanku dengan membuat kesalahan lainnya. Aku hanya ingin kam
"Kamu mau apalagi?!""Apa belum cukup semua caci maki yang keluar dari mulutmu?!" suara Amel mendominasi percakapannya dengan Candra, di siang ini."Bukannya selama ini, apa yang aku katakan itu benar?" kilah Candra, membenarkan dirinya sendiri."Stop berdebat denganku!""Sekarang katakan, apa maumu?" titah Amel menahan emosinya."Aku mau, kamu pulang dan bawa anak-anak kembali ke tempat dimana semestinya mereka hidup!" dengan tanpa beban, Candra mengutarakan keinginannya."Pulang??" "Apa kamu sudah tidak waras lagi, tuan Candra?" sarkas Amel."Tolong, mengertilah untuk kondisiku saat ini. Aku hanya minta kamu menerima keadaanku," ucap Candra menurunkan suaranya.Spontan Amel tertawa kecil."Keadaan kamu yang berselingkuh?""Hey, wake up!""Seandainya kamu yang ada di posisiku, bagaimana?""Apa kamu bisa terima dengan kalimat ''tolong mengerti keadaanku....""Gila!" pekik Amel tertawa garing."By the way, aku sudah sangat
"Amel?" tukas Raka yang membuyarkan lamunan Amel."Eh maaf, tadi kamu ngomong apa?" tanya Amel yang setengah kaget."Aku minta nomor ponsel kamu, boleh?""Buat apa?" "Just a friend," sahut Raka.Awalnya Amel tampak ragu untuk memberikan nomor ponselnya, mengingat dirinya yang masih berstatus istri orang."Tenang aja Mel, aku nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya prihatin dengan apa yang sudah kamu alami," tutur Raka tulus."Ya sudah, tapi aku nggak bisa janji untuk selalu membalas pesan dari kamu. Aku punya dua orang anak yang lebih membutuhkan perhatianku," jawab Amel.Raka mengangguk pelan, lalu menyodorkan ponsel miliknya ke tangan Amel. Amel pun mengetik nomor ponselnya sendiri di ponsel Raka."Makasih," ucap Raka.****Pada pukul 10 pagi di hari ketiga kapal berlayar dari Jakarta, suara pemberitahuan dari ruang informasi bahwa kapal akan bersandar beberapa saat lagi di pelabuhan Batu Ampar Batam."Hore...." pekik Galang dan Ruby saa
"Bunda! coba dengerin, ada yang mirip dengan suara bapak!" celetuk Galang mempertajam pendengarannya."Ya Allah.... kasihan anak-anakku," bisik batin Amel."Nggak ada bang, itu suara orang lain. Lihat tuh, udah mulai ramai," jawab Amel seraya menunjuk ke arah orang-orang yang melintasi mereka."Kita ke penginapan sekarang aja ya? biar kalian bisa mandi lalu istirahat," ucap Amel mengalihkan pikiran Galang."Udah dapet penginapannya bund?""Udah dong," sahut Amel antusias."Ayo bund, Galang udah kebelet pipis juga," imbuh Galang yang memang tidak bisa buang air kecil di sembarang tempat.Amel tidak mengijinkan Galang lagi untuk membawa tas mana pun juga, ia membawa ketiga tas berisi pakaian itu sembari menggendong Ruby yang masih tidur nyenyak dalam dekapannya.****Jalanan yang belum terlalu padat kendaraan, mempercepat mereka tiba di penginapan yang berjarak 10KM dari stasiun Pasar Senen itu."Kamarnya bagus bund!" tukas Galang saat mereka su
Amel dan kedua anaknya sudah berada di pelabuhan tanjung priok tepat pukul 10 malam pada tanggal 19 july 2022.Dengan langkah tergesa-gesa Amel menuntun Galang dan Ruby menuju buritan kapal yang sudah bersandar."Kapalnya besar ya bunda?" tukas Ruby dengan riang."Iya nak, ayo bang buruan jalannya," titah Amel pada si sulung Galang yang berjalan di belakang Amel.Tiba-tiba ada seorang pemuda menawarkan bantuan, untuk membawakan barang bawaan Amel yang memang cukup banyak dan berat, sembari menggendong Ruby."Mari saya bantu mbak," ucap pemuda itu."Nggak usah mas, makasih," jawab Amel yang mengira kalau pemuda itu hanya orang iseng. Meski penampilannya rapi dan membawa tas ransel di balik punggungnya."Nggak apa-apa mbak, saya juga mau berangkat kok," ucap pria itu dengan sopan."Ternyata di dunia ini masih ada orang baik...." bisik dewi batin Amel.Tanpa menunggu jawaban dari Amel, pria muda itu meraih tas yang Amel pegang."Ayo mbak," imbuh pria itu lalu menggandeng tangan Galang.Ka
"Apa sampean sudah punya tujuan setelah tiba di Batam nanti? maksud saya pekerjaan," tanya wanita itu."Belum bu, tapi saya yakin kok bu, Insha Allah saya akan menemukan jalan agar saya bisa mencukupi kebutuhan anak-anak," jawab Amel penuh keyakinan."Saya doakan ya mbak, semoga mbak dan anak-anak selalu diberi kemudahan dan kebahagiaan," tukas ibu tersebut."Aamiin...." sahut Amel merasa sangat beruntung dipertemukan dengan seseorang yang begitu baik dan peduli seperti wanita itu.Waktu sudah menunjuk pukul 16.30 wib, Amel pun mulai berpamitan pada wanita itu."Biar saya anter pakai motor ke stasiun ya mbak," tawar wanita itu sembari menyelipkan sesuatu ke dalam saku celana Galang."Buat beli jajan ya nak," ucap ibu itu pada Galang.Amel menolak secara halus, sebab si ibu tersebut sudah sangat baik pada mereka. Namun ibu tersebut memaksa agar Galang tidak mengeluarkan kembali uang yang telah ia berikan.****"Hati-hati di jalan ya mbak," tutur wa