“Kenapa aku disini?” tanya Alex setelah benar-benar terbangun.
“Ais, Sial!” Berusaha untuk mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya.
“Brengsek! Kenapa susah sekali!” berusaha untuk melepaskan ikatan tali di tangan dan kakinya.
Suara ketukan antara sepatu dan juga lantai terdengar mendekati, Alex yang masih fokus untuk membuka ikatan tersebut tiba-tiba terahlikan. Ia penasaran siapa melakukan semua ini padanya.
Sungguh Alex sangat kecewa. Ketika, melihat wanita yang ada di antara mereka adalah orang yang sangat ia cintai. Tidak, hanya itu. Di sana juga ada orang-orang yang sangat Alex percayai, melihat itu semua ia masih tidak percaya dan berusaha untuk tidak berpikir negatif.
“Kau sudah terbangun rupanya,” ucap Florenza, kekasih Alex berjalan mendekatinya.
“Apa yang telah kalian lakukan? Tolong lepaskan aku sayang?” ucap Alex, dengan menatap Florenza penuh harap.
“Untuk apa? Aku yang menculikmu dan sekarang kau ingin aku melepaskan mu?” tutur wanita tersebut.
“Apa maksudmu?” tanya Alex, menatap tajam wanita tersebut.
Alex, masih tidak mengerti dengan ucapan sang kekasih. Wanita itu tidak menjawab, ia hanya berdiri mendekati laki-laki yang sudah bersamanya, dan memeluknya di depan Alex yang masih terikat tersebut.
Melihat hal itu Alex sangat marah dan juga kecewa, ternyata selama ini ia hanya dimanfaatkan. Oleh orang-orang yang sangat ia percayai, lalu sekarang mereka semua berkhianat.
“Sekarang kau sudah tau apa maksudku? Tidak perlu aku jelaskan lagi,” ucap wanita tersebut dengan santai dan tersenyum memandang Alex.
“Maafkan kami Tuan muda, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan untukmu!” ucap Genaro, dengan nada yang sedikit mengejek.
“Hahahahahahaha,” tertawa bersama.
Mereka menertawakan Alex, sementara ia masih terus berusaha untuk melepaskan ikatan tali di tangannya. Alex sangat marah, dan ingin sekali membunuh orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Maafkan kami Tuan muda, untuk mengambil semua harta milikmu kami harus menyingkirkanmu,” jelas Genaro, kepada Alex. Salah satu orang kepercayaannya.
Setelah berusaha melepaskan ikatan tersebut, Alex pun berusaha untuk menojok Genaro. Salah satu orang kepercayaannya dan juga selingkuhan sang kekasih.
Dor!
Sebelum berhasil menonjok Genaro, salah satu anak buah Genaro melayangkan satu tembakan. tepat mengenai tangan Alex. Tangan itu yang ia gunakan untuk menonjoknya sehingga Alex tidak bisa melakukannya.
Setelah itu, anak buah Genaro yang lain menahan tubuh Alex, dan darah dari luka tembak tersebut mulai mengalir di tangannya. Sehingga, baju putih yang ia gunakan berubah menjadi merah, Alex menutup luka tembak tersebut dengan tangannya yang lain.
“Lihatlah,Tuan muda ingin menonjokku dengan tangannya yang sangat berharga ini. Tapi sayang sekarang terluka!” ucap Genaro, dengan nada mengejek.
“Brengsek! Lepaskan aku!” teriak Alex kepada sepupunya tersebut.
Genaro tidak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh Alex, ia juga mengambil pisau dan sebuah kertas yang sudah ada di pojok ruangan tersebut yang sebelumnya sudah mereka siapkan. Setelah itu Genaro berjalan mendekatinya dengan membawa pisau yang terlihat sangat tajam tersebut.
Melihat itu, membuat Alex takut meskipun ia sering membunuh orang lain tetapi tetap saja ia takut hal itu akan terjadi padanya.
“Lihat apa yang aku bawakan untukmu? Bukan hanya pisau tetapi ada juga sebuah kertas yang berisi tentang wasiat mengenai warisan seluruh Grup Romano,” ucap Genaro.
“Dan ini sah karena sudah kau tanda tangani, aku sangat pintar bukan? Lalu sekarang kami hanya tinggal mewujudkan apa yang ada di dalam surat tersebut!” ungkap Genaro tanpa tahu malu.
Genaro mendekati Alex, dan menatap dengan tajam. Ia melihat wajah Alex dari ujung ke ujung dan membisikan sesuatu di telinganya, lalu ia melakukan rencana mereka selanjutnya.
Jleb!
Satu tusukan mengenai perut Alex, darah segar dari tusukan tersebut mengalir. Alex menahan pisau yang masih tertancap di perutnya. Yang belum dilepaskan Genaro, karena ia ingin menusuk lebih dalam lagi.
Melihat perlawanan dari Alex cukup kuat, Genaro menarik pisau tersebut dari perut Alex. Sehingga, membuat ia terjatuh ke lantai dan tangannya yang terluka akibat memegang pisau tersebut.
“Awww! Argh!” rintih Alex menahan sakit.
“Gimana rasanya Tuan muda? sungguh sangat nikmat bukan?” tanya Genaro.
Jleb!
Genaro kembali menusuk bagian dada Alex, sehingga membuat dia benar-benar sangat tidak berdaya. Alex terbaring di lantai membuat darahnya yang masih segar itu mengalir dari luka tusuk di tubuhnya, sehingga membuat mereka sangat puas.
“Aku akan membunuh kalian semua!“ ucapnya sebelum tak sadarkan diri.
“Apa yang akan kita lakukan dengan tubuh yang tidak berguna ini,” tanya Florenza kepada Genaro setelah melihat Alex tidak sadarkan diri.
Genaro masih berpikir apa yang akan mereka lakukan untuk tubuh Alex tersebut, setelah beberapa menit berpikir akhirnya Genaro memiliki ide.
“Kita buang! Ayo angkat masukan ke dalam mobil,” perintah Genaro kepada anak buahnya.
Mereka pergi membawa tubuh Alex, Genaro dan Florenza sangat senang karena mereka berdua berhasil mengambil ahli dan posisi Alex sekarang.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka membuang tubuh Alex di gang gelap dan memberitakan kematian Alex sebagai tuan muda Grup Romano dan juga mengambil posisi organisasi raja mafia dan pemimpin Grup Romano.
Mereka berdua pulang ke rumah Alex, lalu menikmati seluruh harta kekayaan dan juga mengambil ahli apa yang sudah menjadi milik Alex selama memimpin.
“Sekarang kita benar-benar memilikinya,” ucap Florenza yang merasa lega karena semua sudah berhasil.
“Kita hanya perlu meyakinkan investor untuk menyetujui bahwa pemimpin Grup Romano sudah berubah,” ungkap Genaro yang masih khawatir.
Hujan turun sangat deras sehingga membuat Alex tersadar dari pingsannya, dan ternyata ia sudah berada di dalam gang gelap. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki Alex berusaha untuk berdiri, dan menahan sakit dari luka tusuk tersebut yang terus mengeluarkan darah.
“Aku harus keluar dari neraka ini!” ucapnya yang masih terus berusaha.
“Kalian semua memang tidak tau terima kasih! Aku tidak pernah menyakiti kalian tapi kenapa orang-orang yang aku percaya terus menyakitiku!” keluh Alex pada dirinya sendiri.
Alex terus mencari jalan untuk keluar dari gang gelap tersebut, setelah keliling akhirnya ia menemukan jalan untuk keluar. Bekal sisa tenaga yang ia punya dan juga hujan turun yang sangat deras. Alex terus mencari tempat untuk berlindung agar tidak tertangkap oleh anak buahnya Genaro.
Ia berjalan tanpa tujuan sampai ia berada di sebuah gang yang sama sekali sangat familiar baginya, ia sudah kehabisan tenaganya dan terjatuh ke tanah. Hujan deras terus membasahi tubuhnya yang sangat tampan, dan juga kekar tersebut.
“Kenapa aku harus mengalami ini,” ucapnya dengan menatap langit.
“Apa aku pantas mendapatkan ini semua,” memikirkan apa yang sudah ia lakukan selama ini.
"Hujan lagi, Mobilku lumayan jauh,” berjalan mendekati mobilnya yang tidak jauh terparkir.“Sudah gelap hujan pertir lagi,” ucap Aurora menyetir mobil dengan hati-hati, lalu melirik ke kiri dan kanan jalan yang ia lewati.Aurora menyetir mobil dengan santai di temani dengan lagu favoritenya. Agar ia tidak terlalu mendengarkan petir, yang membuat dia takut. Ia bernyanyi dengan riang dengan suara yang terdengar kekanak-kanakan, namun merdu untuk didengar.Setelah beberapa menit menyetir, ia melihat seseorang yang seperti membutuhkan pertolongan. Tiba-tiba keluar dari gang yang tidak jauh dari rumahnya. Laki-laki yang penuh dengan luka, dan sangat menyedihkan. Tetapi terlihat sangat tampan, dan juga memiliki tubuh yang atletis.“Sepertinya dia butuh bantuan,” turun dari mobil lalu menghampiri laki-laki tersebut.“Wajah itu? Tapi tidak mungkin,” masih terus berjalan dan melihat laki-laki itu tergeletak di tanah.Aurora sengaja memarkirkan mobilnya yang cukup jauh untuk melihat laki-laki t
“Ternyata mereka juga begitu kejam kepada anak sendiri,” ucap Alex yang jauh dari mereka.Alex mendengar keributan di luar, ia memberanikan diri untuk keluar dan memeriksa apa yang sudah terjadi di sana. Ternyata papanya Aurora yang memarahinya, karena sebuah dokumen. Alex hanya diam saja tidak berani melakukan sesuatu, ia juga tidak ingin ikut campur urusan orang lain.“Tapi kasian juga dia, hanya karena dokumen dia harus dimarah sampai seperti itu,” kata Alex berusaha untuk mengabaikan mereka.Akhirnya Alex kembali ke dalam kamarnya dan juga berbaring kembali, agar lukanya cepat pulih dan dia akan keluar dari rumah tersebut. Karena tidak bisa diam saja lalu merasa gelisa, Alex akhirnya berkeliling kamar Aurora yang cukup luas.Ia melihat sekeliling dan di kamar tersebut tersusun rapi kebutuhan Aurora, dimulai dari sepatu, tas, baju dan aksesoris miliknya, dan ia menemukan sebuah pintu tetapi tidak tau pintu tersebut menuju ke arah mana.“Apa aku termasuk lancang jika membuka pintu
“Mari kita menikah,” ucap Alex menawarkan diri kepada Aurora yang ternyata sudah sadarkan diri.“Apa kau sudah memutuskan untuk menikah dengan ku? Kau yakin akan menikahi ku?” tanya Aurora, dengan dengan gelagapan ia masih tidak percaya.Alex hanya tersenyum tidak mengeluarkan satu kata pun, dengan senang hati Aurora memeluk tubuh Alex yang masih berada di samping tersebut.“Terima kasih, Aku berjanji akan menjadi istri yang baik lalu merawatmu dengan baik,” ucap Aurora yang terlihat sangat bahagia.Satu bulan telah berlalu, Alex menikahi wanita tersebut yang bernama Aurora Violetta Zucca, putri sulung dari grup Zucca, yang bernama Alano Zucca. Sekarang ia masih tidak mengerti keluarga seperti apa yang ia dapatkan sekarang.“Kenapa Tuan besar mau menikahkan tuan muda tampan itu kepada nona Aurora. Bukankah dia lebih cocok menikah dengan nona muda Gabriell, yang lebih pintar dan menggoda?” ucap pelayan rumah tersebut.“Iya kau benar, nona Aurora dan juga nona Gabriell sangat jauh berb
“Alex! Bolehkah aku ikut pergi ke kantor bersama mu,” ucap Gabriell, penuh dengan semangat.“Mobilmu, bukankah kau punya mobil sendiri?” tanya Alex.“Lagi di bengkel,” jawab Gabriell dengan santai.Melihat Alex yang ingin pergi ke kantor, Gabriel mengambil kesempatan untuk pergi bersama dengan kakak iparnya tersebut dengan alasan tidak membawa mobil, Alex menerima tawarannya dan mereka pergi bersama.“Terima kasih sudah mau pergi bersama,” ucap Gabriell.“Iya, kita satu kantor juga!” jawabnya ketus.Selama diperjalanan Alex hanya diam dan tidak bicara satu katapun kepada adik iparnya tersebut, dia hanya fokus menyetir.Sementara, Gabriell yang merasa sangat bahagia dan juga tidak ingin menyia-yiakan kesempatan. Ia terus mempercantik dirinya dengan memakai lipstik kembali agar Alex tergoda oleh dirinya.“Alex menurut mu lipstik mana yang cantik,” menunjukan dua lipstik ke pada Alex.Alex merasa terganggu namun, dia juga tidak mungkin mengabaikan Gabriell akhirnya Alex pun menjawab. “Se
“Maaf aku tidak sengaja menabrak seseorang, untung saja tidak apa-apa,” ucap Aurora.“Kenapa bisa menabrak mereka?” tanya Alex kepada istrinya.Aurora hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari suaminya tersebut. Tetapi Alex yang menggambil kotak P3K berhenti melangkahkan kakinya ketika tidak ada jawaban dari sang istrinya.Setelah menggambil kotak tersebut, Alex pergi kearah Aurora yang duduk di sofa. Tatapan tajam A;ex seakan-akan ingin menelan Aurora hidup-hidup, Aurora yang takut dengan tatapan tersebut langsung menundukan kepala tidak berani menatap Alex.“Kenapa diam, aku bertanya padamu?!” tanya Alex dengan nada sedikit marah.“Aku… mengantuk,” jawab Aurora berbohong.Mendengar jawaban itu, Alex hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tau harus berkata apa lagi. Alex membuka kota obat tersebut, lalu mengambil kapas dan menggoleskan betadin di kapas.“Jika kau mengantuk kenapa pergi ke kantor, kau bisa istirahat di rumah,” ucap Alex, menggoleskan obat di dahi Aurora yang
"Tema apa yang akan diambil kali ini?” tanya Genaro, kepada Florenza yang massih fokus dengan komputernya.“Aku tidak tau, lebih baik kau tanyakan saja kepada tim desain sendiri. Aku masih sibuk dengan pekerjaan, di tambah gagalnya kita mendapatkan investor tersebut!” jawab Florenza, dengan sedikit ketus.Genaro hanya bisa menarik napas panjang mendengar jawaban dari sang kekasihnya itu, lalu ia pergi dari ruangannya dan menuju ke ruangan tim desain.Saat berjalan menuju ke ruangan tim desain, tiba-tiba Genaro merasa bahwa ia pernah melihat wanita Aurora. Namun, ia lupa kalau pernah melihat Aurora dimana.“Apa perasaan ku saja ya, tapi aku merasa pernah melihatnya. Tetapi dimana ya?” tanya Genaro kepada dirinya sendiri, lalu melajutkan tujuannya keluar dari ruangannya tersebut.“Tunggu… bukankah wanita itu mirip sekali dengan… tapi tidak mungkin,” ucap Genaro yang bingung dengan dirinya sendiri.Genaro masuk kedalam ruang desain Romano Grup, ia melihat direktur desain yang masih sibuk
“Tidak ada hal yang harus aku jawab,” ucap Aurora, lalu pergi meninggalkan Alex yang masih berada di toilet tersebut.Alex berjalan menggikuti Aurora dari belakang, ia ingin melihat kemana istrinya tersebut akan pergi. Kali ini Alex juga ingin tau apa rencana Gabriell untuk mencelakai Aurora.“Dia sangat keras kepala, aku sungguh tidak bisa melakukan apa-apa,” ucap Alex yang masih kesal dengan tingkah Aurora.Gabriell melihat Aurora dan Alex yang terlihat berjalan beriringan, dia yang sangat penasaran akhirnya mengikuti mereka berdua. Tidak sampai di sana, Gabriell juga melihat raut wajah sanga kakak yang terlihat sangat sedih, membuat dia sangat bahagia.Menurut Gabriell kebahagiannya adalah melihat sang kakak yang menderita dan dibenci oleh orang di sekitarnya. Ditambah sang Nenek dan juga seluruh keluarga besar Zucca tidak menyukainya.“Ini baru permulaan Aurora, kau tunggu saja hal menarik dan kejutan untukmu akan segera tiba!” ucap Gabriell yang masih memandang Aurora dan juga A
“Ada apa, apa yang kau temukan?” tanya Leon penasaran, lalu mendekati Renzo.“Oh Tuhan… apa ini nyata?” ucap Leon, masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Mereka bertiga masih menggali informasi tentang sniper tersebut, ternyata selama ini sniper tersebut yang belum berhasil ditundukan oleh Genaro. Achilleo Cammaro, seorang laki-laki keturunan Afganistan. Ia adalah seorang tentara angkatan udara, yang difitnah lalu pergi dari Afganistan, dan menjadi anak buah Alex pada beberapa tahun yang lalu.“Renzo, coba lihat dengan teliti lagi. Mungkin kita bisa menemukan tempat tinggalnya sekarang,” ucap Roman.“Informasinya sudah tidak ada lagi, tidak mungkin kita akan menemukannya dengan mudah. Kau tau pekerjaannya itu berurusan dengan nyawa,” jawab Leon.“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Renzo.Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk meretas data pribadi Achilleo Cammaro lebih dalam lagi, setelah selesai mereka menemukan petunjuk tentang Achilleo.Achilleo adalah
"Dasar anak tidak tau diri! Beraninya kau membentak ku, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada kita semua?” ucap Allano dengan lantang dan keras.“Maksud Papa?” tanya Aurora yang masih tidak mengerti.Terlihat wajah kesal Allano kepada putrinya itu, ia sungguh sudah muak melihat wanita tersebut. Aurora pura-pura atau hanya memang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allano.Tanpa basa basi lagi, Allano menarik tangan wanita tersebut. Ia membawa wanita itu kelantai atas, lalu ia melempar wanita itu masuk kedalam ruangan yang rahasia. Dimana ruangan itu tidak pernah dibuka selama sepuluh tahun.“Papa… ruangan apa ini? Kenapa Papa membawa Aurora kedalam ini?” Aurora terus bertanya-tanya sang Papa, tetapi laki-laki itu menjawab apapun.“Kau akan menerima hukuman sesuai dengan peraturan keluarga Zucca!” ucapnya dengan tegas, tanpa melihat kearah wanita itu.“Papa….!”“Diam!”Allano melepar sebuah buku kearah putrinya tersebut, disana banyak aturan-aturan yang tertulis untuk keluarg
"Kenapa... k-kau peduli padaku!" tanya Aurora, ketika Genaro memeluk tubuhnya itu.“Kau… mengingatkan aku kepada seseorang di masa lalu! Sudahlah, tidak perlu bertanya lagi. Sekarang aku tidak akan mendengarkanmu!” ungkapnya.Setelah mendengar ucapan dari laki-laki tersebut, Aurora menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan hangat itu. Ia merasa lebih baik, karena ada orang lain yang peduli padanya.Di sisi lain, Gabriel mengambil beberapa foto pelukan dan bersamaan yang terlihat romantis itu. Ia akan menggunakan itu sebagai alat untuk membuat Aurora dan juga Alex berpisah, dan tidak akan bersama untuk selamanya.“Foto ini akan berguna untukku, sebentar lagi kau akan benar-benar sendirian Aurora! Tunggu saja!” ungkapnya, penuh dengan senyuman licik.“Apa kau sudah selesai melakukannya, jika ia ayo kita pulang sekarang?” ucap Victoria kepada putrinya itu.Mereka berdua pergi dari makam tersebut, sehingga hanya tersisa mereka berdua. Aurora sungguh sangat sedih, ia tidak tau apa yang akan
“Kehilangan seseorang yang sangat disayangi, sungguh sangat sakit Dok! Hiks… hiks…!” ucap Aurora kepada Dokter tersebut, dengan menangis sesegukan.“Nona… jangan bersedih, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Tuhan-Nya!” mencoba untuk menenagkan Aurora.Dalam runagan tersebut sungguh sepi. Sehingga suara tangisan Aurora terdengar dengan jelas. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Tetapi, tetap saja tidak berhasil.Dokter tersebut masih menemani wanita malang itu, ia menghapus air mata wanita itu yang terus mengalir. Ia sungguh prihatin melihat Aurora. “Nona, apakah saya perlu memanggil keluarga anda?” tanya dokter tersebut. “Mungkin mereka bisa menjaga dan menghibur anda,” ucapnya.“Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. terima kasih Dok, sudah menenangkan hati saya,” ucap Aurora berterima kasih.Dokter tersebut pergi meninggalkan Aurora yang masih berdiam di dalam ruangan tersebut. Aurora menatap dirinya sendiri, yang seperti orang gila.Begitu banyak hal sudah terjadi, har
“Cukup Gabriel! Jaga ucapan mu itu, jangan sampai tangan ku ini menampar mu lagi,” teriak Aurora, ia sangat marah dengan perkataan Gabriell.“Apa! kau mau mengancamku! Aku tidak pernah takut padamu Aurora! Bagiku kau hanyalah seekor semut yang tidak berguna!” jawab Gabriell.“Sudah cukup!”Allano benar-benar sakit kepala melihat kedua putrinya itu terus bertengkar, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalah. Bahkan pada situasi seperti sekarang juga mereka maasih terus berdebat.Alex hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan keduanya. Meskipun ia masih suaminya Aurora, tetapi setiap orang memiliki privasi dan juga kehidupan yang tidak semua orang tau.“Apa kalian berdua tidak malu hah! Lihatlah siapa wanita yang terbaring itu… dia ibuku… dan juga nenek kalian…,” ucap Allano.“Sekarang terserah kalian berdua saja! Aku akan kerumah sakit,” pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Alex mengikutii sang Papa mertua untuk pergi kerumah s
"Nenek… apa yang harus Aurora lakukan? Bagaimana… Aurora menjelaskan semuanya! Hiks!""Aurora akan membawa nenek pulang! Kita pulang ya Nek!" Ucap Aurora, berusaha menggendong wanita yang sudah tidak bernyawa itu.Wanita muda itu frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah kehilamgan orang yang sangat ia sayang. Begitu cepat waktu berlalu.Aurora mengambil telponya lalu menelpon nomor seseorang. Ia, orang itu adalah suaminya sendiri, Alex."Pa… Aurora memberitahu ku… k-kalau nenek meninggal!" Ucap Alex dengan hati-hati, ia takut Allano kaget."Apa yang kau katakan Alex, becanda mu tidak lucu, menantu!" Jawab Allano, dengan raut wajah tersenyum tidak mempercayai perkataan sang menantu.Alex terdiam tidak bicara apa-apa lagi. Ia masih membeku di samping Allano yang sibuk dengan pekerjaannya. Sesaat kemudian, Alano sadar mungkin apa yang di katakan menantunya itu bener. Ia berdiri sejajar dengan Alex, lalu menatap laki-laki itu."Apa yang kau katakan itu bener Alex? Kau tidak.
"Kita tidak bisa melawan mereka semua? Wanita itu meminta bantuan dari luar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanua salah satu pelayan tersebut, mereka sangat panik dan juga gelisah."Tidak ada pilihan lagi! Ayo kita lawan mereka semuanya!""Iya... kita hanya bisa melawan sekarang! Jika kita gugur itu lebih baik... daripada kita pergi!" Ucap sang nenek, kepada para pelayan-nya tersebut.Mereka pergi keluar dari kamar itu, Nenek mengambil pistol yang selalu tersedia di setiap kamar. Ia mengisi peluruh, lalu menembakan kearah musuh-musuhnya itu.Dor! Dor! Dor!Suara genjatan tersebut mengelilingi Villa itu, seoalah-olah sebuah pertunjukan. Semua para bodyguard di rumah hanya tersisa sedikit begitu juga para pelayan."Hallo... wanita tua bangka!" Sapa Flo, ketika mereka slaing berhadapan dengan menodongkan senjata."Dasar wanita Iblis... kau akan di hukum dengan apa yang sudah kau perbuat!" Ucap sang nenek.Dor! Dor!Mendengar ucapan hukum, Flo sangat marah. Ia melayangkan 2 tembak
"Maafkan kami Nona... setelah bangun tidur Nenek sudah seperti ini! Dia banyak diam dan juga meminta ada orang yang selalu berada di sampingnya," ungkap pelayan tersebut kepada Aurora."Pasti ada yang salah! Nenek kamu kenapa? Apa ada yang salah atau nenek sakit? Apa Sekarang nenek dalam situasi bahaya," Aurora bertanya, berharap ada jawaban dari sang Nenek.Aurora binggung dan tidak tau apa yang akan di lakukan, namun, dia tidak ingin meninggalkan nenek sendirian.Flo sangat senang melihat Nenek tua bangka itu menderita, padahal ia belum memulai rencannanya. Tetepi, sang nenek sudah mulai tidak sehat.'Kalau sudah tua bangka, aku tidak perlu menyakitinya lagi. Tapi... kenapa dia tidak langsung mati saja!' Batin Flo, ketika memandang Aurora yang bersama dengan sang Nenek."Nenek ayo istirahat di kamar! Aurora akan menemani nenek."Aurora memapah sang nenek menuju kekamarnya, nenek terlihat seperti orang yang kebinggungan dan tidak tau arah. Namun, terkadang dia terlihat normal-normal
“Bagaimana dengan wanita sialan itu, aku sungguh muak melihat mukanya Ma!” ucap Gabriel, kepada sang Mama.“Kau tidak perlu khawatir sayang! dia pasti akan mama singkirkan! Sekarang pikirkan dulu kebahagian mu!” ucap Victoria, kepada putri kesayangannya tersebut.Mereka berdua sunguh tidak tahu malu, Victoria melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan Aurora.Sementara, Aurora akan terus berusaha tetap bertahan. Ia tidak ingin semua hak miliknya di ambil ahli oleh wanita ular tersebut."Firasatku tidak enak! Apa akan terjadi sesuatu kepada Nenek. Jika aku menghubunginya, pasti dia tidak akan menerima telponku!" "Besok aku akan bertemu Nenek, harus di pastikan dia baik-baik saja."Matahari mulai bersinar, dari jendela yang tirainya tidak tertutup. Wajah tampan Alex begitu bersinar ketika sinar matahari pagi berhasil menembus kaca jendela tersebut. Sudah saatnya ia bangun, karena hari sudah pagi.Ketika melihat jam di handphone-nya, Alex segera bergegas menuju kamar mandi. Hari ini,
“Bunuh dia! Apapun itu, ambil nyawanya!” “Ma. Apa Mama yakin dengan ucapan, Mama?” tanya Genaro, untuk memastikan ucapan sang Mama-nya tersebut.“Iya. Tidak ada kata-kata yang lain, yang ingin Mama dengar, Genaro!” ucap Lettizia, menekankan suaranya. Sehingga terdengar sedikit bernada marah, dan menyeramkan.Genaro tidak habis pikir dengan rencana Mama-nya untuk membunuh wanita tua itu. Sepertinya sang Mama benar-benar ingin menghabisi wanita itu.Flo juga kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Lettizia. Meskipun dia suka membunuh orang, tetapi tidak untuk seorang Nenek tua bangka yang tidak bisa melawan itu. Bukankah itu di namakan pecundang, ketika hanya bisa melawan orang-orang lemah tidak berdaya.“Tante! Apakah tante yakin dengan keputusan ini?” tanya Flo dengan sedikit ketakutan, menyinggung perasaan Lettizia.“Iya saya yakin! Aku hanya ingin wanita tua bangka itu mati! Meskipun dia mati, rasa sakit hatiku tetap saja tidak akan bisa hilang!” ungkap Lettizia.Mendengar ucapan it