“Di mana Alex, kenapa dia belum pulang sampai sekarang,” Aurora yang masih menunggu Alex yang belum pulang.“Apa dia pergi bersama dengan Gabriell, dia juga belum pulang,” ucap Aurora, yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.Aurora yang masih terus menunggu kedatangan suaminya, tiba-tiba ibu tirinya datang menghampiri, ia tau bahwa anak tirinya tersebut menunggu kepulangan sang menantu.Dengan sedikit tersenyum ia berkata, “Untuk apa kau menunggu suamimu pulang, dia belum pulang sekarang karena pergi bersama Gabriell,” ucap Victoria.Aurora yang dari tadi mondar mandir tiba-tiba berhenti dan menatap tajam sang mama, “Apa yang mama katakan,” tanya Gabriell dengan gelagapan.“Apa kau tuli, mereka berdua pergi bersama,” ucapnya sekali lagi.“Kemana, kanapa aku tidak tau,” tanyanya kembali.Victoria tidak menjawab pertanyaan Aurora, ia langsung masuk kedalam rumah dan meninggalkan Aurora sendirian kembali.‘Kemana dia pergi, apa benar yang diucapkan oleh Mama, kenapa Alex tidak memberitah
Tok! Tok!“Mungkin itu Alex dan Gabriel sudah pulang Ma,” ucap Aurora, lalu pergi menuju kepintu masuk untuk membukanya.Mereka berdua pergi menuju ke arah ketukan pintu tersebut, Aurora berharap yang pulang tersebut Alex meskipun ia harus kecewa karena akan melihat Gabriel yang pulang bersama suaminya.Klek!Benar apa yang ia pikirkan ternyata Alex pulang bersama Gabriel, mereka berdua sama-sama mabuk. Supir pribadi Papanya yang mengantarkan mereka berdua pulang, karena tidak memungkinkan untuk mereka berdua menyetir mobil sendiri.“Nyonya, Nona. Nona muda dan Tuan muda mabuk dia masih ada di dalam mobil,” ucap sang supir tersebut, karena ia membawa Gabriel terlebih dahulu untuk keluar mobil.“Baiklah, terima kasih sudah mengantarkannya pulang dengan selamat,” ucap Aurora, dengan suara gelagapan dan dengan nada yang ditekan menahan air mata.Victoria membawa putrinya masuk kedalam bersama dengan sang supir tersebut, sementara Aurora mengangkat Alex yang terlihat masih tak sadarkan d
“Gabriel sangat ceroboh sekali, seharusnya yang mabuk cukup Alex tapi kenapa dia juga mabuk!” gerutu Victoria yang sedikit kesal dengan Gabriel.Victoria menarik nafas panjang sebelum masuk ke dalam kamar, lalu ia membuka pintu tersebut dengan pelan-pelan dan tersenyum melihat suaminya yang masih sibuk dengan leptop.“Pa, kenapa belum tidur?” tanya Victoria, pergi mendekati suaminya yang duduk di atas ranjang.“Belum, Papa masih nungguin Mama. Gabriel itu sudah dewasa jangan di manja terus,” ucap Alano, menasehati Victoria.Mendengar ucapan sang suami yang tidak suka itu, Victoria merasa tersinggung dan marah kepada suaminya yang menganggap dirinya memanjakan Gabriel.“Apa maksud papa, bicara seperti itu. Suka-suka mama mau manjain anak mama atau tidak?!” tanya Victoria penuh dengan emosi.“Loh kok mama emosi, papa cuman bilang,” jawab Alano.“Tapi mama tidak suka cara Papa bicara,” ucap Victoria dengan ketus.Victoria hanya langsung tidur memunggungi suami tersebut, melihat tingkat i
“Iya tidak apa-apa, aku bisa mengerti kok,” jawab Aurora.Aurora langsung keluar dari kamar, lalu ia pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Alex hanya diam ketika Aurora pergi meninggalkan dia begitu saja.‘Sepertinya Aurora benar-benar marah, apa aku sudah keterlaluan,’ batin Alex, menatap Aurora yang pergi kekamar mandi.Setelah selesai memakai pakaiannya Alex turun ke bawah untuk sarapan, begitu juga dengan Aurora. Namun hari ini dia tidak masak dan melakukan pekerjaan yang memberatkan.“Kenapa kau tidak masak untuk sarapan?!” tanya Gabriel, ketika Aurora ingin duduk untuk sarapan.“Untuk apa aku sarapan bukankah masih ada para pelayan di rumah ini,” jawab Aurora, dengan gelagapan.Mendengar ucapan Aurora seperti itu Gabriel merasa sedikit marah, biasaya Aurora hanya menurut jika di minta untuk memasak dan tidak berkomentar apapun, berbeda dengan hari ini.‘Sial. Awas saja Aurora, kau tidak akan pernah bahagia!’ batin Gabriel, kesal melihat Aurora duduk di samping Alex.‘G
“Tolong kalian siapkan mobil untuk membawa Gabriel ke rumah sakit,” perintah Alex, kepada sopir keluarga Zucca.“Baik tuan muda, kami akan menyiapkannya,” jawabnya, lalu pergi meninggalkan mereka semua.Alex menggendong Gabriel untuk membawanya masuk ke dalam mobil, dengan di iringi oleh Victoria di belakang yang sudah menangis melihat putrinya pingsan dan dahinya berdarah.Aurora merasa bersalah karena sudah mendorong Gabriel, ia benar-benar tidak sengaja melakukannya. Tangan Aurora gemetaran, wajahnya pucat dan matanya merah menahan nangis.“Aku benar-benar tidak sengaja,” ucap Aurora dengan sudut bibir yang gemetaran.“Maafkan aku… maafkan aku….” Ungkap Aurora, dengan sudut bibir masih gemetaran.Melihat semua orang pergi membawa Gabriel ke rumah sakit, Aurora mengikutinya juga dari belakang dengan menggunakan mobilnya sendiri.Alano keluar dari ruang bekerjanya setelah mendengar ribut-ribut. Namun, ketika ia datang semua orang sudah tidak ada, dan semua pelayan berbisik-bisik.“No
“Aku sungguh tidak sengaja melakukannya, aku benar-benar tidak sengaja,” ucap Aurora, terlihat sudut bibirnya menahan untuk tidak menangis.“Lalu kenapa kau mendorongnya, kau tau itu sangat berisiko untuk dia. Bisa saja dia tidak terselamatkan,” ucap Alex, dengan nada sedikit lembut.Aurora sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, mutiara bening itu mengalir di pipinya yang imut dan halus tersebut. Alex tidak tau dia harus berbuat apa sekarang, ingin sekali ia memarahi Aurora namun, melihat dia yang sepertinya menyesal membuat Alex tidak tega.Alex mengeluarakan sapu tangannya yang berada di saku depan jasnya, lalu memberikan kepada Aurora untuk menghapus air matanya.“Ini hapuslah air matamu, tidak usah mennagis lagi. Semuanya sudah terjadi dan kau tidak bisa menyesali apa yang sudah terjadi,” ucap Alex, memberikan sapu tangan tersebut kepada Aurora.“Lain kali, sebelum melakukan apapun, pikirkan terlebih dahulu apa risikonya,” jelas Alex, agar Aurora mengerti.Aurora membalut luk
“Untuk apa kau bersujud seperti itu Aurora, kau juga tidak bisa membuat adikmu seperti semula!” ucap Victoria dengan nada yang di tekan.“Berdirilah, jangan membuatku malu dilihat oleh orang lain Aurora. Sungguh aku sangat menyesal karena sudah mempunyai anak sepertimu!” ucap Alano, merasa jijik melihat Aurora, putri kandungnya sendiri.Air mata terus mengalir di pipi Aurora, ia terus berusaha meminta maaf. Namun, semakin ia meminta maaf semakin semua orang membencinya. Mereka semua tidak peduli dengan apa yang telah Aurora lakukan, bahkan mereka merasa Aurora itu memang harus benar-benar di lenyapkan.Operasi Gabriel berhasil dilakukan, Victoria dan jugaa Alano sediikit merasa lega. Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, akhirnya Gabriel di pindahkan di ruangan rawat inap kelas VVVIP.“Pa, Gabriel masih ada. Dan dia juga akan baik-baik saja kan,” ucap Victoria, kepada suaminya dengan memegang erat tangan Alano.“Iya Ma, dia akan baik-baik saja. Jadi kita tidak perlu khawatir lagi
“Aku harus apa sekarang, jangan panik Aurora… jangan panik….” ucap Aurora pada dirinya sendiri.“Lebih baik aku berjalan santai saja, setelah sedikit berada di tempat yang keramaian aku akan lari,” ungkapnya, menyusun rencana.Mobil Jeep Wrangker Rubicon berwarna hitam tersebut masih terus mengikutinya. Bahkan jika Aurora berlari maka kecepatan mobil itu bertambah, jika Aurora berjalan pelan maka kecepatannya berkurang.Aurora sungguh tidak tau harus berbuat apa lagi, dia benar-benar tidak tau dan sudah kehabisan akal. Ia sekarang hanya pasarah dengan apa yang akan terjadi padanya.“Aku tidak boleh seperti ini terus, jika aku lolos darinya maka aku akan mendapatkan bahaya,” pikir Aurora, menghilangkan niatnya yang ingin pasrah.“Aku harus menghubungi Alex kembali, tidak ada orang lagi yang akan membantuku,” cecarnya, lalu mengambil ponselnya.Aurora memeriksa ponselnya kembali berharap ada jawaban dari Alex, tetapi apa yang dia tunggu-tunggu tidak ada dan tidak akan datang.Dia hanya
"Dasar anak tidak tau diri! Beraninya kau membentak ku, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada kita semua?” ucap Allano dengan lantang dan keras.“Maksud Papa?” tanya Aurora yang masih tidak mengerti.Terlihat wajah kesal Allano kepada putrinya itu, ia sungguh sudah muak melihat wanita tersebut. Aurora pura-pura atau hanya memang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allano.Tanpa basa basi lagi, Allano menarik tangan wanita tersebut. Ia membawa wanita itu kelantai atas, lalu ia melempar wanita itu masuk kedalam ruangan yang rahasia. Dimana ruangan itu tidak pernah dibuka selama sepuluh tahun.“Papa… ruangan apa ini? Kenapa Papa membawa Aurora kedalam ini?” Aurora terus bertanya-tanya sang Papa, tetapi laki-laki itu menjawab apapun.“Kau akan menerima hukuman sesuai dengan peraturan keluarga Zucca!” ucapnya dengan tegas, tanpa melihat kearah wanita itu.“Papa….!”“Diam!”Allano melepar sebuah buku kearah putrinya tersebut, disana banyak aturan-aturan yang tertulis untuk keluarg
"Kenapa... k-kau peduli padaku!" tanya Aurora, ketika Genaro memeluk tubuhnya itu.“Kau… mengingatkan aku kepada seseorang di masa lalu! Sudahlah, tidak perlu bertanya lagi. Sekarang aku tidak akan mendengarkanmu!” ungkapnya.Setelah mendengar ucapan dari laki-laki tersebut, Aurora menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan hangat itu. Ia merasa lebih baik, karena ada orang lain yang peduli padanya.Di sisi lain, Gabriel mengambil beberapa foto pelukan dan bersamaan yang terlihat romantis itu. Ia akan menggunakan itu sebagai alat untuk membuat Aurora dan juga Alex berpisah, dan tidak akan bersama untuk selamanya.“Foto ini akan berguna untukku, sebentar lagi kau akan benar-benar sendirian Aurora! Tunggu saja!” ungkapnya, penuh dengan senyuman licik.“Apa kau sudah selesai melakukannya, jika ia ayo kita pulang sekarang?” ucap Victoria kepada putrinya itu.Mereka berdua pergi dari makam tersebut, sehingga hanya tersisa mereka berdua. Aurora sungguh sangat sedih, ia tidak tau apa yang akan
“Kehilangan seseorang yang sangat disayangi, sungguh sangat sakit Dok! Hiks… hiks…!” ucap Aurora kepada Dokter tersebut, dengan menangis sesegukan.“Nona… jangan bersedih, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Tuhan-Nya!” mencoba untuk menenagkan Aurora.Dalam runagan tersebut sungguh sepi. Sehingga suara tangisan Aurora terdengar dengan jelas. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Tetapi, tetap saja tidak berhasil.Dokter tersebut masih menemani wanita malang itu, ia menghapus air mata wanita itu yang terus mengalir. Ia sungguh prihatin melihat Aurora. “Nona, apakah saya perlu memanggil keluarga anda?” tanya dokter tersebut. “Mungkin mereka bisa menjaga dan menghibur anda,” ucapnya.“Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. terima kasih Dok, sudah menenangkan hati saya,” ucap Aurora berterima kasih.Dokter tersebut pergi meninggalkan Aurora yang masih berdiam di dalam ruangan tersebut. Aurora menatap dirinya sendiri, yang seperti orang gila.Begitu banyak hal sudah terjadi, har
“Cukup Gabriel! Jaga ucapan mu itu, jangan sampai tangan ku ini menampar mu lagi,” teriak Aurora, ia sangat marah dengan perkataan Gabriell.“Apa! kau mau mengancamku! Aku tidak pernah takut padamu Aurora! Bagiku kau hanyalah seekor semut yang tidak berguna!” jawab Gabriell.“Sudah cukup!”Allano benar-benar sakit kepala melihat kedua putrinya itu terus bertengkar, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalah. Bahkan pada situasi seperti sekarang juga mereka maasih terus berdebat.Alex hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan keduanya. Meskipun ia masih suaminya Aurora, tetapi setiap orang memiliki privasi dan juga kehidupan yang tidak semua orang tau.“Apa kalian berdua tidak malu hah! Lihatlah siapa wanita yang terbaring itu… dia ibuku… dan juga nenek kalian…,” ucap Allano.“Sekarang terserah kalian berdua saja! Aku akan kerumah sakit,” pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Alex mengikutii sang Papa mertua untuk pergi kerumah s
"Nenek… apa yang harus Aurora lakukan? Bagaimana… Aurora menjelaskan semuanya! Hiks!""Aurora akan membawa nenek pulang! Kita pulang ya Nek!" Ucap Aurora, berusaha menggendong wanita yang sudah tidak bernyawa itu.Wanita muda itu frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah kehilamgan orang yang sangat ia sayang. Begitu cepat waktu berlalu.Aurora mengambil telponya lalu menelpon nomor seseorang. Ia, orang itu adalah suaminya sendiri, Alex."Pa… Aurora memberitahu ku… k-kalau nenek meninggal!" Ucap Alex dengan hati-hati, ia takut Allano kaget."Apa yang kau katakan Alex, becanda mu tidak lucu, menantu!" Jawab Allano, dengan raut wajah tersenyum tidak mempercayai perkataan sang menantu.Alex terdiam tidak bicara apa-apa lagi. Ia masih membeku di samping Allano yang sibuk dengan pekerjaannya. Sesaat kemudian, Alano sadar mungkin apa yang di katakan menantunya itu bener. Ia berdiri sejajar dengan Alex, lalu menatap laki-laki itu."Apa yang kau katakan itu bener Alex? Kau tidak.
"Kita tidak bisa melawan mereka semua? Wanita itu meminta bantuan dari luar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanua salah satu pelayan tersebut, mereka sangat panik dan juga gelisah."Tidak ada pilihan lagi! Ayo kita lawan mereka semuanya!""Iya... kita hanya bisa melawan sekarang! Jika kita gugur itu lebih baik... daripada kita pergi!" Ucap sang nenek, kepada para pelayan-nya tersebut.Mereka pergi keluar dari kamar itu, Nenek mengambil pistol yang selalu tersedia di setiap kamar. Ia mengisi peluruh, lalu menembakan kearah musuh-musuhnya itu.Dor! Dor! Dor!Suara genjatan tersebut mengelilingi Villa itu, seoalah-olah sebuah pertunjukan. Semua para bodyguard di rumah hanya tersisa sedikit begitu juga para pelayan."Hallo... wanita tua bangka!" Sapa Flo, ketika mereka slaing berhadapan dengan menodongkan senjata."Dasar wanita Iblis... kau akan di hukum dengan apa yang sudah kau perbuat!" Ucap sang nenek.Dor! Dor!Mendengar ucapan hukum, Flo sangat marah. Ia melayangkan 2 tembak
"Maafkan kami Nona... setelah bangun tidur Nenek sudah seperti ini! Dia banyak diam dan juga meminta ada orang yang selalu berada di sampingnya," ungkap pelayan tersebut kepada Aurora."Pasti ada yang salah! Nenek kamu kenapa? Apa ada yang salah atau nenek sakit? Apa Sekarang nenek dalam situasi bahaya," Aurora bertanya, berharap ada jawaban dari sang Nenek.Aurora binggung dan tidak tau apa yang akan di lakukan, namun, dia tidak ingin meninggalkan nenek sendirian.Flo sangat senang melihat Nenek tua bangka itu menderita, padahal ia belum memulai rencannanya. Tetepi, sang nenek sudah mulai tidak sehat.'Kalau sudah tua bangka, aku tidak perlu menyakitinya lagi. Tapi... kenapa dia tidak langsung mati saja!' Batin Flo, ketika memandang Aurora yang bersama dengan sang Nenek."Nenek ayo istirahat di kamar! Aurora akan menemani nenek."Aurora memapah sang nenek menuju kekamarnya, nenek terlihat seperti orang yang kebinggungan dan tidak tau arah. Namun, terkadang dia terlihat normal-normal
“Bagaimana dengan wanita sialan itu, aku sungguh muak melihat mukanya Ma!” ucap Gabriel, kepada sang Mama.“Kau tidak perlu khawatir sayang! dia pasti akan mama singkirkan! Sekarang pikirkan dulu kebahagian mu!” ucap Victoria, kepada putri kesayangannya tersebut.Mereka berdua sunguh tidak tahu malu, Victoria melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan Aurora.Sementara, Aurora akan terus berusaha tetap bertahan. Ia tidak ingin semua hak miliknya di ambil ahli oleh wanita ular tersebut."Firasatku tidak enak! Apa akan terjadi sesuatu kepada Nenek. Jika aku menghubunginya, pasti dia tidak akan menerima telponku!" "Besok aku akan bertemu Nenek, harus di pastikan dia baik-baik saja."Matahari mulai bersinar, dari jendela yang tirainya tidak tertutup. Wajah tampan Alex begitu bersinar ketika sinar matahari pagi berhasil menembus kaca jendela tersebut. Sudah saatnya ia bangun, karena hari sudah pagi.Ketika melihat jam di handphone-nya, Alex segera bergegas menuju kamar mandi. Hari ini,
“Bunuh dia! Apapun itu, ambil nyawanya!” “Ma. Apa Mama yakin dengan ucapan, Mama?” tanya Genaro, untuk memastikan ucapan sang Mama-nya tersebut.“Iya. Tidak ada kata-kata yang lain, yang ingin Mama dengar, Genaro!” ucap Lettizia, menekankan suaranya. Sehingga terdengar sedikit bernada marah, dan menyeramkan.Genaro tidak habis pikir dengan rencana Mama-nya untuk membunuh wanita tua itu. Sepertinya sang Mama benar-benar ingin menghabisi wanita itu.Flo juga kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Lettizia. Meskipun dia suka membunuh orang, tetapi tidak untuk seorang Nenek tua bangka yang tidak bisa melawan itu. Bukankah itu di namakan pecundang, ketika hanya bisa melawan orang-orang lemah tidak berdaya.“Tante! Apakah tante yakin dengan keputusan ini?” tanya Flo dengan sedikit ketakutan, menyinggung perasaan Lettizia.“Iya saya yakin! Aku hanya ingin wanita tua bangka itu mati! Meskipun dia mati, rasa sakit hatiku tetap saja tidak akan bisa hilang!” ungkap Lettizia.Mendengar ucapan it