Share

Kejadian Terulang Lagi

Letha terdiam membisu bersama Jay yang sedari tadi memejamkan mata dan menyumpal telinganya dengan airpods. Entah apa yang pria itu dengarkan karena ia pun tidak ingin menganggu. Sudah cukup dirinya di benci dan sedari tadi di hadiahi tatapan tajam, ia tidak ingin semakin membuat hari-hari orang di dekatnya kacau.

Mereka sekarang sedang menuju ke penthouse milik Jay berada di salahsatu property milik keluarganya atau sekarang bisakah Letha bilang milik ayah mertuanya? Dengan membayangkannya saja sudah membuat ia merinding. Apalagi dengan posisi menantu yang tidak diinginkan.

“Ingat baik-baik ini. Gue nggak akan pernah sudi menganggap lo sebagai istri gue. Jadi jaga batasan-batasan lo.”

Letha hanya bisa membuang nafas lelah. Ia sudah diingatkan dengan posisinya. Mereka tidak akan pernah bisa berkompromi bukan? Jadi ia akan mengikhaskan nya saja.

“Pak, kita sudah sampai,” ucap supir yang sedari tadi membisu. Dengan situasi seperti ini, mustahil jika sang supir tidak mengetahui situasi mereka.

Supir itu segera membuka pintu Jay dan kemudian pria itu melesat pergi tanpa harus menunggunya yang baru saja memegang pintu mobil untuk dibuka. Akan seperti apa pernikahan mereka nanti?

Letha baru akan turun ketika supir itu membuka pintu lebih lebar. “Tidak apa-apa, Pak. Saya bisa sendiri.”

“Sudah tugas saya, Bu. Silakan.”

Letha turun dengan perlahan dan kemudian mengucapkan terimaksih kepada supir tersebut. Ia tidak tahu namanya dan Letha yakin usianya jauh di bawah Letha, karena pria itu tampak lebih muda.

Letha menatap gadung besar dan megah di hadapannya. Entah ada berapa lantai total keseluruhannya. Rata-rata geduh itu memiliki kaca besar, mungkin saja untuk melihat pemandangan baik ketika siang maupun malam hari. Ia bisa membayangkan betapa mewah nya interior di dalam ruangan masing-masing. Karena tampak luarnya saja sudah luar biasa apalagi di dalamnya. Ditambah berapa banyak uang yang harus di keluarkan untuk membeli satu penthouse nya. Ah … sudahlah, jika seperti ini ia akan semaki merasa rendah diri.

“Heh! Perempuan norak. Cepetan!”

Letha tersentak dan segera mengalihkan tatapan pada pria yang kini berada di depan pintu masuk dengan wajah kesal. Bahkan pintu kaca yang berputar dengan perlahan secara otomatis itu pun tampak bersih dan indah.

“Amaletha ...,” suara tajam itu menarik perhatian Letha dari mengagumi pintu yang berputar dan membuat tubuhnya merinding.

“Lebih baik Ibu segera pergi daripada semakin membuat Bapak marah,” ucap supir itu pelan.

Amaletha kemudian sedikit menarik gamis putihnya ke atas supaya tidak terjatuh ketika ia mempercepat langkah. Tidak ingin membuat Jay semakin murka. Saking paniknya ia pun tidak ingat bahwa tadi pria itu sudah masuk, tetapi kembali lagi untuk menemuinya.

“Lelet lo!” ucap Jay ketika ia sudah sampai di dekatnya. “Norak juga. Heran kenapa Bunda minta gue nikah sama lo.”

Letha tidak membalas ucapan sarkas itu karena ia pun bingung dan sedih.  Ia juga tidak tahu kenapa harus menikah dengan Jericho Orlando. Bahkan membayangkannya di dalam mimpi pun ia tidak pernah. Jangankan jauh-jauh ke dalam mimpi, bertemu saja tidak pernah. Ia masih bertanya-tanya kenapa Umi harus meminta Bu Jihan untuk menjaga Letha?

Jay menempelkan kartu pada sebuah alat kotak di depan lift dan kemudian ruangan kotak itu terbuka. Mereka masuk bersama-sama dengan Jay yang masih menampilkan wajah kesal. Tidak ada genggaman tangan yang menghangatkan. Tidak ada percakapan sehingga atmosfer panas itu menjadi dingin. Semuanya tampak asing baik itu Letha maupun Jay.

Ternyata penthouse milik Jay berada di lantai paling atas dan berada di puncak tower. Ia tadi tidak begitu memperhatikan karena jantungnya berdetak terus tanpa henti. Ketika pintu lift terbuka otomatis, Letha kembali tertegun dan matanya kontan melebar. Mungkin jika tidak memakai masker, ia akan mendapat teguran lagi dengan kata “norak”.

Sungguh penthouse milik Jay sangat amat bagus. Bukan hanya hanya bagus. Jika bisa mendeskripsikan dalam satu kata, Letha akan menggunakan kata luar biasa. Penthouse ini lebih di dominasi warna putih, coklat, dan abu-abu. Lantai marmer berwana putih dengan ukiran-ukiran indah membuat Letha tidak tega menginjaknya, ia takut merusaknya. Ada tangga melintang di ruang tamu yang sepertinya menghubungkan pada kamar milik pria itu. Karena penthouse ini tanpa sekat, jadi Letha bisa melihat jika meja bar nya saja menggunakan marmer.

Jay duduk di sofa putih yang terlihat empuk dan besar itu. Sepertinya bisa di gunakan untuk tidur juga. Ah … berapa banyak uang yang harus digunakan untuk membeli penthouse seperti ini. Bahkan ia bisa melihat pemandangan langit dan kota dari tempatnya berdiri sekarang.

“Ambilin gue minum!”

“Hah? Apa?” Sungguh Letha tidak mendengar apa yang dikatakan Jay. Ia sedang melamun dengan membayangkan Umi dan Abi nya bisa tinggal di sini. Tetapi Letha segera beristigfar. Lebih nyaman Surga milik Sang Maha Kuasa. Umi dan Abi nya sudah bahagia disana.

“Ck … Jadi selain norak lo juga budeg? Sia-sia lo gue jadiin istri. Ambilin gue minum.”

Jay kembali menorehkan luka di hatinya. Letha menahan hatinya supaya tidak  rapuh. Ia harus kuat. Ini perintah pertama dari suaminya.

“Aa mau minum yang dingin apa yang hangat?”

“Dingin.”

Letha mengedarkan pandangan dan melihat kulkas yang ada di dekat meja bar. Ia bergerak menuju kesana dan membuka kulkas. Ada berbagai minuman disana, termasuk botol air putih. Seperti kebanyakan orang, ada minuman dan makanan cepat saji. Tetapi, untung saja masih ada stok buah-buahan.

Letha mengambil air putih dan membuka segelnya, kemudian menuangkannya ke dalam gelas, dan membawa air itu pada Jay yang sedang memejamkan mata.

“Ini, A, minumnya.”

Jay segera meneguk air minumnya dan memandang Letha dengan tajam. “Denger ini baik-baik. Gue nggak sudi sekamar sama lo, dan jangan membayangkan apapun tentang apa yang harus kita lakukan setelah menikah, karena gue sama sekali nggak suka sama lo. Kamar lo ada di lantai bawah. Dan jangan sekalipun lo nginjak lantai dua. Itu wilayah gue. Jangan pernah naik tanpa seizing gue. Paham lo?”

Apa yang harus Letha katakan selain menuruti perintah suaminya. Walaupun hatinya sakit. Tentu tidak aka nada yang peduli bukan? Karena ia benar-benar sendirian sekarang.

***

Letha baru saja memasak untuk makan malam mereka, walaupun dengan menu ala kadarnya, karena memang tidak ada bahan masakan selain ayam yang berada di kulkas, itu pun dirinya olah seadanya karena tidak ada bumbu dapur. Tidak apa-apakan jika ia secara lancang menerjamah dapur suaminya tanpa izin?

Jay sedang pergi. Tadi ia langsung mengganti baju dan pergi begitu saja tanpa mengatakan akan kemana hari ini. Sebenarnya Letha tidak ada baju ganti karena memang semua baju miliknya berada di rumah. Ia belum sempat pulang dan mungkin besok ia akan meminta izin suaminya.

Tidak banyak yang Letha lakukan, ia hanya duduk di sofa dan menunggu Jay pulang. Tetapi bahkan sampai pukul sebelas malam pun pria itu tidak ada. Kemana sebenarnya? Ia ingin menelfon asisten pria itu namun tidak memiliki nomor ponselnya. Ia khawatir terjadi sesuatu.

Menit demi menit, berganti menjadi jam. Letha bahkan sudah meremas ponselnya dengan tegang. Ia tidak memiliki nomor siapapun untuk bertanya, sampai kemudian ponselnya berdering. Letha berjengit dan kemudian mengucap istigfar. Ia melihat nomor asing disana karena tidak tersimpan di kontaknya. Setelah mengucap Bismillah ia menggeser icon hijau dan menempelkan ponsel itu di telinga.

“Assalamu’alaikum.”

“HAL-ANJIR,” ucap suara di sebrang sana. Letha membulatkan matanya. Dan bertanya-tanya, apa ini hanya orang iseng saja?

“Sorry sorry. Mulut gue emang kadang-kadang error. Wa’alaikumsalam,” jawabnya. Pria itu berdeham pelan. “Ini gue Andre, manager sekaligus sahabat sejatinya suami lo yang kampret itu. Ah … kenapa bacot terus gue. Suami lo kecelakaan. Nanti supir bakal jemput lo kesana.”

Letha tidak mendengarkan apapun lagi yang pria itu bicarakan. Jantungnya sudah berdetak dengan keras. Air mata itu kembali membasahi pipi di kulit pucatnya yang kali ini tanpa masker.

“Innalilahi …”

Letha sebenarnya takut. Takut akan merasakan kehilangan lagi. Tuhan … tolong selamatkan suami nya.

TO BE CONTINUE

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status