Share

Bab 61 - Rela?

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 21:00:39

Kirana yang masih berada di kamar sesekali menoleh ke arah jam dinding. Sudah sekitar dua puluh menit suaminya pergi, tapi dia belum pulang juga.

Padahal cuma cari sate doang, di dekat rumah juga ada, gumam Kirana. Ia menghela napas berat.

Sebab, sudah mulai bosan menunggu, ia memilih beranjak dari duduknya. Kemudian, keluar kamar. Mungkin akan lebih baik menunggu suaminya di bawah saja.

Perlahan, ia melangkah menuruni anak tangga. Hingga sampai di tangga terakhir, asisten rumah tangganya menghampiri.

“Loh, Non, jam segini keluar kamar. Emang Tuan Dzaka belum pulang kerja?” tanya Bi Marni yang tampak melihat ke arah jam dinding.

“Udah, Bi. Tapi keluar lagi buat beli sate. Dede bayi lagi kepengen makan sate soalnya,” jawabnya sembari tertawa cengengesan dan mengelus perut.

“Owalah.” Bi Marni manggut-manggut paham. “Kalau gitu, Bibi tinggal ke belakang dulu ya, Non.”

Kirana mengangguk mengiyakan. Bersamaan dengan itu,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 62 - Kekhawatiran Seorang Istri

    “Enzy! Enzy! Bukain atuh pintunya!” Wanita berhijab pashmina itu menggedor-gedor pintu tanpa henti.Dia seakan tak sabaran tuan rumah segera menyambut kedatangannya yang tak terduga.Setelah beberapa kali menekan bel sambil menggedor pintu, barulah ada wanita berbadan gempal membukakan pintu tergesa-gesa.“Bu Andari,” ucap wanita berhijab itu. “Enzy kamana, Bi? Aku ingin bertemu dengannya,” katanya ramah sambil melirik ke dalam rumah. “Ada, di kamarnya, Bu. Sebentar, Bibi panggilkan.”Andari mengangguk, bersamaan dengan asisten rumah tangga Enzy yang berlalu cepat. Hingga tak berselang begitu lama, Enzy datang. Dia bersedekap sembari menyenderkan bahu di bibir pintu. Seperti tak berniat sama sekali memberi izin tamunya masuk rumah.“Eh, ada mantan istri suamiku. Tumben ke sini? Ada perlu apa rupanya?” tanyanya pada Andari yang tengah berdiri membelakangi pintu. Spontan, Andari memutar badan. Dia men

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 63 - Tidak Beres

    Pertanyaan Fikri tak mendapatkan respons apa pun dari Dzaka. Pria itu hanya bergeming. Pandangannya fokus ke depan. Namun, siapa yang tahu jika sebenarnya pikirannya justru melanglang buana ke mana-mana. “Aku hanya takut, sebelum kita selesai dengan urusan saksi, Tuan Danial malah bertindak cepat. Dia bisa saja melukai Clarissa jika tau Clarissa adalah orang yang berani buka suara ke publik. Papa Anda terlalu nekat dan kadang ga berpikir jika ingin melakukan sesuatu, Tuan.” Fikri mengungkapkan ketakutannya sembari terus menyetir. Membawa mobil hingga membelah jalanan kota yang tak terlalu padat di pagi ini.“Dia tidak akan melakukan apa pun. Dia tidak tau tempat tinggal Clarissa,” ucap Dzaka tanpa menoleh ke arah Fikri. Dia cukup yakin dengan argumentasinya.Fikri mengangguk ragu. Entah mengapa, ia justru belum bisa yakin dengan jawaban Dzaka. Ah, maksudnya kayak tidak kenal saja dengan Danial? Bukankah dia tipe manusia yang sangat licik dan licin? Berbag

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 64 - Ingin Bekerja?

    “Aku pun berpikir begitu, Tuan,” ujar Fikri yang masih melajukan mobil dengan kecepatan sedang.Hingga sampai di perempatan jalan, tatapan Dzaka justru menangkap seseorang yang tengah berjalan entah akan ke mana. Terlihat dari kejauhan, Dzaka sepertinya mengingat wajah itu. Seakan pernah bertemu, tetapi di mana. “Berhenti, Fik,” pintanya pada Fikri. Tatapannya masih terus mengamati seorang pria bertopi lusuh itu.Fikri spontan menengok ke arah sang atasan, lalu menghentikan laju mobilnya di bawah sebuah pohon rindang. “Ada apa, Tuan?” tanyanya. “Itu Pak Abdul bukan, sih?” Dzaka mengarahkan telunjuknya ke arah orang yang dimaksud. Fikri pun sigap melihat ke arah telunjuk Dzaka. Dengan cepat, ia merogoh ponsel dari saku jasnya. Membuka galeri dan mengamati sebuah foto pria yang terpampang di sana. “Benar, Tuan. Dia Pak Abdul,” ujar Fikri seketika.Cepat, Dzaka membuka pintu mobil. Hendak mengikuti Pak Abdul,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 65 - Sebuah Pengertian untuk Kirana

    Hingga malam tiba, Kirana masih kepikiran dengan permintaan sang kakak yang tiba-tiba ingin bekerja. Kirana bukan tidak mau mengizinkan, tapi jika Kak Jihan bekerja, otomatis semua keluarga tidak ada yang bisa mengawasinya lagi.Berbeda jika di rumah, keluarga, asisten rumah tangga, sampai satpam bisa mengawasi setiap gerak-geriknya. Bagaimana kalau tiba-tiba depresinya kumat ketika berada di luar? Apa dia bisa mengantisipasi kecemasannya sendiri? Lingkungan di Jakarta pun malah boleh dibilang lebih kejam daripada di Makassar. Otomatis, Jihan akan bertemu dengan banyak laki-laki di luar sana nantinya.Bagaimana kalau kejadian di Makassar terulang? Ada banyak orang yang bukannya berpihak padanya, tapi justru menghakiminya keadaannya? Kirana takut sang kakak tidak mampu meminimalisir ketakutannya atas apa yang telah dialami di masa lalu.Hmm, Kirana sangat bingung. Ia bahkan kini mondar-mandir di depan meja riasnya sambil menget

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 66 - Ancaman Danial

    Setelah raga sang suami menghilang dari balik pintu kamar, Kirana hanya bisa mematung. Ada sesuatu yang seolah sengaja ditancapkan pada hatinya agar terasa perih. Laksana belati tajam yang mengenai kulit. Perih tersayat. Entah Kirana tak tahu apa yang sedang dirasakan. Mendadak, dadanya sesak dihadapkan oleh sebuah kenyataan. Ia tidak tahu harus kasihan atau justru menyimpan dendam pada Clarissa yang selalu merebut perhatian suaminya tanpa perlu melakukan banyak cara. Entahlah, Kirana sungguh tak paham, mungkinkah hanya dia yang cemburu berlebihan atau memang instingnya yang menduga sang suami memang menyimpan rasa pada Clarissa benar adanya. Ah, tapi bukankah Dzaka sendiri mengakui bahwa ia dan Clarissa tidak ada hubungan apa-apa? Hanya sebatas teman dan tanggung jawab atas janji yang dititipkan oleh Almarhum Randy. Semestinya, jika demikian itu, Kirana tak perlu cemburu. Bukankah Dzaka sudah mengatakan kalau hatinya hanya milik Kir

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 67 - Fitnah Pembunuhan

    Tubuh yang berdiri tak jauh dari Danial dan Clarissa itu tampak menahan amarah. Tangannya terkepal laksana ingin menghantam. Mata elangnya menatap tajam pria yang semenjak kejadian itu tak sudi dipanggilnya sebagai papa. “Apa yang kau lakukan padanya?!” tanyanya setengah berteriak. Lalu, melangkah mendekati Clarissa dan Danial yang melihatnya bak tak percaya keberadaannya. “Berani-beraninya kau memukul seorang perempuan?”“Oh tidak. Kau hanya salah paham, Putraku.” Danial berusaha ingin meraih tubuh Dzaka, tetapi sang putra justru menepis tangan Danial dengan kasar. “Tidak katamu? Kau menamparnya, lalu kau bilang tidak?!” bentak Dzaka. Dia menunjuk Clarissa yang memegangi pipinya.Lama, Danial tak merespons. Sekilas, ia melihat ke arah Clarissa, lalu sesaat kemudian tertawa keras dan licik.“Itu hanya sedikit pelajaran bagi orang yang mengusik kedamaian jiwa dan ragaku,” ucapnya tanpa merasa bersalah. Kepalan Dzaka semakin kua

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 68 - Dzaka Ditahan

    “Siapkan pengawal yang bisa berjaga 24 jam untuk berjaga di rumahku selama aku di sini, Fik. Awasi Kirana dan jangan biarkan dia pergi sendirian,” perintah Dzaka saat mereka ditinggal berdua. Dzaka masih harus ditahan sampai kondisi Danial stabil. Entahkah bersalah atau tidak, tapi penusukan yang terjadi tadi memang seolah-olah memojokkan Dzaka yang dituding sebagai pelaku. Sebab, posisinya saat itu, dia terlihat memegang pisau yang tertusuk di perut Danial.“Baik, Tuan. Aku juga akan berusaha untuk menemui Pak Abdul untuk meluruskan fitnah Tuan Danial kepada Anda,” jawab Fikri. Dzaka menepuk bahu sang sahabat. “Terima kasih, Fik. Aku titip istriku. Jangan biarkan dia terluka.” Ia tersenyum masam. Fikri mengangguk. Sesaat obrolan mereka terhenti karena kedatangan Clarissa dan Wina yang hendak pulang. “Ka, aku minta maaf. Karena gara-gara nolongin aku, malah kamu yang kena batunya. Harusnya kamu tidak perlu melakukan itu.” Raut bersala

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 69 - Melapor

    Baik Kirana dan Fikri berdiri kaku melihat wanita dengan tongkatnya itu sudah berdiri di teras. Tampaknya, ia telah mendengar pembicaraan meraka. Kirana memejamkan mata sekilas seraya menelan ludahnya yang kelu.“Siapa yang ditahan?” Wulan berjalan tertatih menghampiri dua insan yang dalam keadaan bungkam itu.“Nana, ke mana Dzaka? Kenapa Ibu tidak melihatnya pagi ini?” tanya Wulan yang membuat Kirana semakin tak berdaya. Sementara Fikri, ia juga tidak tahu harus bagaimana. Dia merasa tak perlu menjelaskan. Akan lebih baik jika istri atasannya itu yang menjelaskan sendiri pada ibunya. “Maaf, Nona. Aku harus permisi, masih ada urusan. Kalau Nona ingin keluar, tolong jangan sungkan untuk menghubungiku atau minta bantuan sama pengawal yang sedang berjaga. Mereka akan mengantar Anda," tutur Fikri. Ia lalu menangkupkan tangannya di depan dada, sambil tersenyum ke arah Kirana dan juga Wulan yang masih berdiri penuh tanda tanya. Sel

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12

Bab terbaru

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   END

    Pelan, Kirana membuka mata sembari menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya. Walau matanya masih berat terbuka, ia meraih ponsel untuk melihat jam. Sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.Sekilas ia menoleh ke samping. Memandangi wajah suaminya yang masih tidur nyenyak dengan dengkuran halus di dekat telinganya. Tangan kekarnya pun berada di atas perut Kirana.“Sayang, bangun. Sudah subuh,” bisik Kirana. Ia menyentuh pipi suaminya. Lantas, menarik menarik pelan hidung mancung Dzaka. Tak butuh waktu lama, Dzaka bergerak karena merasa terganggu, tapi masih enggan membuka mata. Dia tetap betah pada posisinya. Justru meringkuk seolah mencari kehangatan di sisi istrinya dengan mengeratkan pelukan. “Hei ... sudah subuh, Mas. Bangun, yuk.” Lagi, Kirana menyentuh lengan suaminya. Sesekali, mencubit daging yang terasa keras itu. “Biar seperti ini dulu sebentar, Sayang. Aku masih mau menikmati waktu sama kamu. Kalau Baby Dzakir bangun, yang

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 122 - Baby Dzakir

    Baru saja, sepasang kaki Dzaka menjejaki teras, tetapi langkahnya seketika terhenti. Tubuhnya seolah beku di tempat manakala memikirkan Kirana yang tengah hamil. Perasaan bersalah pun menyeruak di hatinya. Mengingat, tadi ia tak sengaja membentak sang istri karena tengah dikuasi amarah yang hendak membalas dendam atas kematian papanya. Padahal, sejatinya balas dendam tak pernah ada dalam kamus kehidupan seorang Dzaka Hakeem.Rasa takut seolah sengaja mencekiknya. Isi kepalanya pun kian berkelana ke masa lampau, saat-saat di mana ia harus kehilangan calon buah hati karena keteledorannya sendiri.Dia tak mau, kehilangan kembali. Sungguh, ia tidak rela. Sebuah helaan napas berat terdengar darinya sembari mengingat kembali pesan-pesan Danial tadi malam. Dzaka menggeleng pelan, menyadari diri telah sangat berlebihan menyingkapi kehilangan yang mencekam batinnya. Detik kemudian, ia kembali melangkah. Bukan untuk melanjutkan misi, melainkan k

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 121 - Kehilangan yang Mencekam

    Tatapan tajam itu berubah jadi sayu. Seakan di dalam sana terdapat sebuah penyesalan yang tak berujung. Terlebih, butiran bening juga tampak menghiasai pipi yang berisi kini tinggal sedikit daging terlapisi kulit. Tenaga yang kuat juga seolah sudah terkikis. Pria itu berbaring sangat lemah laksana tiada lagi ada daya untuk bergerak lebih banyak. “Maafkan atas semua kesalahan Papa pada kalian,” ucapnya lagi disertai dengan isak pilu mencekam. “Papa sangat jahat,” imbuhnya sembari menghapus air mata. Sesekali tersenyum masam. “Kami teh sudah memaafkan kamu, Danial.” Bunda Andari angkat bicara. Ekspresinya cukup tenang bak terpancar ketulusan yang tak pernah pupus.Dzaka dan Sekar pun ikut mengangguk sekadar memberi keyakinan pada sang papa. Sesaat, Dzaka membungkuk dan menyangga badan dengan kedua tangan di ranjang Danial.“Apa perlu aku mengambil tindakan untuk pelaku penganiayaan Papa?” tanya Dzaka. Terlihat jelas d

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 120 - Maafkan Papa, Nak!

    Tangan Dzaka dan Kirana saling bertaut menyusuri koridor bangunan berdinding mayoritas putih itu. Cemas dan panik menghiasi wajah keduanya, bersama derap langkah memburu. Sampai di depan sebuah ruangan, sudah ada dua orang berkostum penjaga lapas baru saja selesai mengobrol dengan dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa saya, Pak?” tanya Dzaka setelah sang dokter berlalu.Dua pria itu saling berpandangan sebentar.“Mohon maaf, Pak Dzaka. Sebenarnya Pak Danial sering mendapatkan tindak kekerasan dari penghuni lapas lain,” ungkap Pria bertopi hitam itu. “Beberapa penghuni lapas tau kasus Pak Danial sehingga dipenjara. Mereka tak terima dengan Pak Danial yang terlibat dalam kasus pelecehan dan perselingkuhan. Menurut mereka, tindakan itu sama sekali tak bermoral.”Dari ekspresinya, Dzaka terlihat kaget dengan pernyataan pria itu. Selama ini, tak ada tanda-tanda kekerasan ketika dia menjenguk Danial. Papanya pun seakan-akan terliha

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 119 - Papa?

    Kirana menarik napas panjang barang tiga kali. Dalam genggamannya terdapat sebuah testpack yang sengaja belum dilihat hasilnya setelah melakukan pengecekan beberapa saat lalu.Jantungnya pun berpacu dalam kecepatan tinggi, bersama perasaan was-was yang ikut serta menyeruak membuatnya bimbang akan hasil tes kehamilannya yang pertama kali pasca keguguran.Sepulang dari puncak, Kirana kerap merasa cepat lelah dan sedikit mual. Jadwal tamu bulanannya pun bahkan sudah lewat sepekan. Hal itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk membeli testpack tanpa sepengetahuan Dzaka. Ia juga tak pernah mengatakan pada suaminya tentang keadaannya akhir-akhir ini. Kirana tak mau Dzaka terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika hasilnya tak sesuai harapan. Pelan, Kirana membuka genggaman. Ia langsung bisa melihat testpack itu sudah memiliki garis dua. Artinya, dia positif?Kirana menutup mulut, lantas tersenyum senang dalam diam. Detik kemudian, ia

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 118 - Perkara Merelakan

    “Sayang, aku dengar di Villa sekitar sini, ada acara pertunangan owner-nya 2R Cafe.”Kirana yang menyandarkan dagu di bahu suaminya, lantas menoleh memandang wajah Dzaka sekilas. Ah, lebih tepatnya ia memperhatikan cambang sang suami yang tampak semakin panjang. “Oh, ya? Rey atau Raya?” tanya Kirana penasaran. “Gak tau. Mau liat?” Mata Kirana terpejam sebentar, merasakan sejuknya udara perkebunan teh yang menyapu wajahnya. “Kita gak diundang. Datang tanpa diundang, namanya tamu tak diundang.” “Ngintip aja, kamu kan doyan ngintip.” Dzaka terkekeh, bersama dengan Kirana yang mencubit perutnya. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama merasakan angin pagi Puncak menyapa. Pandangan Dzaka pun menyapu ke segala arah. Pemandangan yang cukup indah, tetapi seseorang yang tengah memeluk pinggangnya sembari bersandar di bahu tak kala indah, baginya. “Kenapa liatin terus? Baru tau suamimu punya kegantengan spek

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 117 - Sirna Ditelan Kenyataan

    “Din, tunggu!” Fikri menarik paksa lengan Dina yang hendak berlari menghindarinya. Mereka sekarang berada di samping Villa, jalan menuju perkebunan teh. “Apa lagi? Bukankah kemarin sudah cukup jelas jawabanku atas lamaran Mas Fikri?” tanya Dina. Bola matanya yang semula menatap Fikri langsung, seolah dialihkan ke arah lain. Jujur, ia tak sanggup melihat mata Fikri lebih lama lagi. Dia takut, hatinya goyah dan terus menerus berharap tanpa kepastian. Di sudut lain, seseorang tengah mengintip dari balik tembok. Tadinya, ia ingin jalan-jalan. Merasakan udara pagi di perkebunan teh, tetapi drama cinta yang tak sengaja dilihat membuatnya menghentikan langkah. Lantas, memilih diam di pojokan. “Ngapain di situ, Sayang?” Sang suami yang tiba-tiba datang menoel pinggangnya. Membuatnya terlonjak, hampir berteriak. Tetapi, ia justru mendorong tubuh suaminya ke tembok agar tak menyelonong begitu saja. Kirana meletakkan jari telunjuk di

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 116 - Bunga - Bunga Cinta yang Gugur

    Detik demi detik, Dzaka memutar tubuh dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Kirana sambil membisikkan kata-kata cinta.“Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga ... sekarang juga!”Perlahan, Kirana melepaskan diri dari rengkuhan Dzaka. Sekilas, ia menghapus air mata yang membuat wajahnya basah. Sepersekian detik kemudian, dia meniup lilin disertai dengan tepukan gemuruh.“Ada yang mau disampaikan, Nona?” tanya Fikri. “Untuk suaminya, mungkin.”Fikri menyodorkan mic yang kemudian disambut Kirana.Helaan napas pelan terdengar dari mic saat Kirana hendak berbicara. Ia tersenyum, lantas memejamkan mata sebentar. “Eum ... masyaAllah terima kasih banyak teman-teman semuanya. Sungguh, aku terharu banget karena bertambahnya usia tahun ini diberi kesempatan berada di lingkaran orang-orang hebat.” Kirana meneguk ludah, sembari mengusap pipi yang masih terasa basah.Saat jiwa dan pera

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 115 - Kejutan Birthday

    Pukul 10 pagi. Acara dibuka langsung oleh sang direktur, sekaligus memberi sedikit wejangan atau mengingatkan agar selalu menjaga citra perusahaan selama beraktivitas di puncak. Dia juga mengutarakan harapannya agar Family Gathering ini bisa berdampak dengan terjalinnya tali persaudaraan yang baik dalam perusahaan. Terlebih, Fam-Gath ini bisa menjadi wadah bagi karyawan lebih dekat pada pimpinannya.Beberapa rangkaian lomba yang dikhususkan antardivisi juga dilaksanakan untuk mengisi waktu dengan keseruan bersama. Masing-masing divisi mengirimkan peserta terbaiknya untuk unjuk kebolehan di depan petinggi sampai pemilik perusahaan. Keseruan dan kehebohan terus tercipta di tiap menit hingga jam berganti, bersama dengan matahari yang mulai condong ke Barat. Kegiatan yang dilombakan pun beragam. Ada lomba dance yang wajib menggunakan lagu dari daerah di Indonesia, lomba yel-yel menggunakan kostum seunik mungkin, lomba memasukkan pulpen dalam botol,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status