Ketika Candra bangun keesokkan harinya, dia bangun lebih awal sebelum jam alarm berbunyi. Dia bangun dengan perasaan lesu dan tidak nyenyak. Kepalanya menoleh untuk memandang pria yang berbaring di sebelahnya. Candra mengulurkan tangannya mengusap wajah pria itu. wajahnya sangat tampan dan mempesona. Ada begitu banyak wanita yang menginginkan pria ini. Candra berpikir egois jika hanya dia satu-satunya di mata Hugo. Dia melirik jam di ponselnya menunjukkan pukul lima pagi. dia ingin tidur lagi, kelasnya mulai jam 10. Masih terlalu awal untuk bangun. Tapi matanya tidak bisa terpenjam. Setelah berbaring cukup lama, dia menghela napas dan bangun dari tempat tidur dengan pelan agar tidak membangunkan Hugo. Butuh setengah bagi Candra mandi Candra keluar dari kamar mandi dan disambut Hugo yang sudah bangun, duduk di tepi ranjang memandang ke arahnya.“Kamu bangun pagi … apa tidurmu tidak nyenyak?”“Ah … tidak, kenapa Paman berpikir seperti itu?” Kata Candra berjalan masuk dengan handuk
“Aku akan jelaskan padamu, Paman Hugo hanya memberiku apartemen, hanya itu saja. Ayo pergi, aku akan menjelaskan padamu sisanya,” ujar Candra mendesak Marcus mundur.Marcus menepis tangannya agak kasar, menyebabkan gadis itu meringis. Lengannya langsung memar. Marcus sesaat membeku karena tindakannya yang kasar pada Candra. Namun dia tidak meminta maaf.Hugo mengerut keningnya dan menarik Candra ke sampingnya. Dia menatap Marcus dingin.“Kamu tidak perlu bersikap kasar. Ya, memang aku menjalin hubungan dengan Candra. Apa kamu keberatan?”“Paman Hugo!” Candra memekik kesal karena pengakuan Hugo.Rahang Marcus mengeras. Dia menatap Candra dengan tatapan kecewa.“Tuan Hugo, kamu sudah membesarkan Candra dan aku selama tujuh tahun, dan aku sangat berterima kasih dan akan selalu membalas budimu. Tapi aku tidak bisa menerima kamu merusak adikku,” ujarnya dengan gigi terkatup.Hugo menegang dan menatapnya tajam. “Aku tidak merusak Candra.”Marcus tertawa sinis. “Lalu Tuan, hubungan yang ka
“Kak kumohon hentikan ....” Candra panik mencoba menutup mulut Marcus agar tidak menyulut amarah Hugo.Wajah Hugo terdistorsi, dengan penuh amarahnya dia mengangkat tangannya meninju Marcus hingga terjatuh.“Kakak! Hentikan!” Candra mendorong Hugo dan berdiri di depan Marcus sebagai temeng.“Minggir Candra, akan kubunuh bajingan tidak tahu diri itu!” Hugo yang dikuasai amarah mendorong Candra ke samping.Candra mengangkat tangannya dan menampar pria itu.Hugo membeku menatap Candra tak percaya, pun dengan Marcus.Candra menatapnya dengan gentar, air mata mengalir di pipinya. Tangan yang menampar pria itu bergetar.“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti kakakku.”Tidak ada di antara kedua pria itu berbicara karena keterkejutan dengan keberanian Candra menampar seorang Hugo Wallington.Marcus berdiri dan meraih lengan Candra.“Ayo pergi.” Dia menarik Candra menjauh dari Hugo.Candra tidak menolak dan membiarkan Marcus menuntunnya masuk ke dalam mobil. Hugo hanya memandang saat kedua ka
“Tiffany ....”Candra mengamati wanita itu. Wajahnya terlihat pucat dan lingkaran gelap di bawah matanya sangat tebal menunjukkan tanda-tanda orang depresi. Yang lebih mencolok dari penampilan wanita itu adalah tubuhnya yang sedikit gemuk. Pandangan Candra dengan cepat menatap perut wanita itu.Hatinya mencelos melihat perut Tiffany yang sedikit buncit yang menunjukkan bahwa wanita itu sedang hamil. Candra tidak memperhatikan penampilannya semalam.Berapa usia kandungannya? 4 bulan? 5 bulan?Rasa sakit menyerang dada Candra.Wanita menyeringai melihat tatapan Candra tertuju pada perutnya.Dia mendekati Candra. “Kamu masih mengingatku? Kita sudah beberapa kali bertemu. Aku yakin kamu sudah tahu siapa aku.”Candra mengalihkan pandangannya dari perut Tiffany dan menenangkan dirinya dengan cepat. “Aku tidak tahu siapa kamu,” balasnya acuh tak acuh.Namun Tiffany tidak peduli. Dia menatap Candra tajam. “Kamu salah satu wanita yang sering bersama Hugo. Kamu mainan baru yang disukainya. Aku
Candra menggertakkan gigi. Dia merasa iba melihat kondisi wanita itu yang putus asa sejak kejadian dia menghalangi mobil Hugo di jalan dengan penampilan layu dan putus asa. Tapi Candra juga sakit hati ada wanita lain yang mengandung anak dari pria yang dicintai dan sekaligus kekasihnyaSetelah Hugo menerima anak itu, lalu apa? Wanita itu tidak mungkin akan menyingkir selamanya dari hidup Hugo.Candra menguatkan hatinya agar tidak merasa iba. “Kamu meminta pada orang yang salah. Kamu harus meminta pada Liera Walton, bukan aku.”Dia bahkan tidak yakin Hugo memikirkan hubungan mereka begitu penting dan Candra hanya salah satu gadis yang menjadi penghangat ranjang pria itu. Di hati Hugo hanya ada Iris Wallington, pikirnya getir.Rasa frustasi, marah dan sakit hati membuat dada gadis itu merasa tidak enak. Dia tidak memedulikan tangisan kesedihan Tiffany dan para karyawan yang menonton di sekitarnya. Dia menarik kain celananya menjauh dari cengkeraman tangan Tiffany dengan paksa. Namun wa
“Syukurlah dia diselamatkan tepat waktu. Jika terlambat sedikit, anak di perutnya akan hilang.”Raut wajah Hugo terlihat suram mendengar ucapan dokter di depannya. Dia menatap sosok wanita yang terbaring lemah di tempat tidur.“Pastikan dia baik-baik saja,” balas Hugo datar dan berbalik hendak pergi.Tiba-tiba sebuah tangan menahan lengannya. Hugo menoleh menatap Tiffany datar.Mata wanita itu berkaca-kaca menatapnya sedih. “Ke mana kamu pergi?”“Kenapa kamu datang ke perusahaanku?” Hugo balik bertanya dengan suara dingin dan menepis tangan wanita itu.Dokter yang menangani Tiffany mundur diam-diam dan memberi mereka ruang untuk berbicara.Tiffany mencoba duduk. Tubuhnya lemah, hingga gerakannya sangat pelan. Hugo tidak mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu. dia hanya memasukkan tangannya di saku celana dan memandang dingin sampai Tiffany akhirnya duduk.wanita memandang Hugo dengan penuh kerinduan dan sedih.“Aku merindukanmu. Tidak, anak ini yang merindukanmu,” bisik Tiffa
Hugo tidak menanggapi. Raut wajahnya justru terlihat tenang. dia menatap Lily dengan tatapan dalam.“Ibu ... aku tidak mengerti apa maksudmu.”Lily melotot muram. “Jangan berpura-pura lagi. Ibu tahu bagaimana kamu berbohong. Selain itu, Candra juga muncul di perusahaan dan bertengkar wanitamu yang lain,” ujarnya menunjuk pintu kamar rawat di belakang Hugo.“Apa kamu tahu kamu sudah menjadi bahan gosip di perusahaan. Semua orang tahu bahwa kamu adalah wali Candra karena gadis itu mengaku pada resepsionis. Sekarang dia bertengkar dengan wanita simpananmu yang menyebabkan semua ini terjadi. Apa kamu tahu apa yang dikatakan orang-orang tentangmu?” ujar Lily menyipitkan mata sebelum melanjutkan kalimatnya.“Kamu menyimpan seorang wanita simpanan dan kamu tidur dengan anak asuhmu. Hugo, kamu tidak tahu betapa menjijikkan itu ketika ibu mendengarnya. Bagaimana kamu akan tetap bekerja dengan semua sentimen itu?”Raut wajah Hugo terdistorsi. Dia mengepalkan tangannya dengan ekspresi tenang. “A
Hugo menatap Candra saat air mata mengalir di pipi gadis itu. Dia menghela napas dan meremas bahunya lembut.“Aku mengerti apa yang kamu rasakan, ini juga sulit bagiku untuk mengungkap hubungan kita karena aku pernah menjadi walimu. Tolong mengertilah. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu? Jangan kekananakkan, okey.”Candra menghapus air matanya dengan kesal.“Benar, aku kekanakkan. Jadi mari akhiri saja hubungan ini. Aku tidak tahan menjadi kekasih gelap atau simpananmu. Semua orang juga menentang hubungan ini dan mencaciku.”Hugo menatapnya dalam dengan tenang seolah melihat seorang anak yang merajuk. “Aku mengerti, aku akan membereskan semua ini, aku akan lebih sering meluangkan waktu untukmu,” ujarnya menepuk puncak kepala gadis itu menenangkan.Itu membuat gadis itu kesal dan kecewa. Dia menepis tangan Hugo dan mengangkat kepalanya mencoba tegar.“Aku serius, aku tidak ingin melanjutkan hubungan ini, Paman.” Dia berhenti sejenak dan menarik napas untuk menenangkan dirinya.“Ma
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug