Hugo menatap Candra saat air mata mengalir di pipi gadis itu. Dia menghela napas dan meremas bahunya lembut.âAku mengerti apa yang kamu rasakan, ini juga sulit bagiku untuk mengungkap hubungan kita karena aku pernah menjadi walimu. Tolong mengertilah. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu? Jangan kekananakkan, okey.âCandra menghapus air matanya dengan kesal.âBenar, aku kekanakkan. Jadi mari akhiri saja hubungan ini. Aku tidak tahan menjadi kekasih gelap atau simpananmu. Semua orang juga menentang hubungan ini dan mencaciku.âHugo menatapnya dalam dengan tenang seolah melihat seorang anak yang merajuk. âAku mengerti, aku akan membereskan semua ini, aku akan lebih sering meluangkan waktu untukmu,â ujarnya menepuk puncak kepala gadis itu menenangkan.Itu membuat gadis itu kesal dan kecewa. Dia menepis tangan Hugo dan mengangkat kepalanya mencoba tegar.âAku serius, aku tidak ingin melanjutkan hubungan ini, Paman.â Dia berhenti sejenak dan menarik napas untuk menenangkan dirinya.âMa
Candra keluar dari gedung kelas bersama Joy dan melihat kerumunan mahasiswi yang berkumpul di depan gedung. Mereka cekikikan dan tertawa. Suasana cukup heboh seolah-olah ada artis yang datang.âApa yang terjadi? Apa ada artis yang datang ke kampus kita?â Joy bertanya heran dan berjinjit-jinjit ingin melihat apa yang dibalik kerumunan itu.Candra mengangkat bahu dan menarik lengan Joy untuk pergi.âAyo pergi, sebentar lagi kelas Prof. Grey masuk.ââTunggu sebentar, ayo lihat apa yang di situ,â Joy berkata antusias berlari ke depan meninggalkan Candra di belakangnya.Candra tidak mengikutinya karena ada banyak orang berkerumun. Dia tetap diam di tempatnya menunggu Joy.Tiba Joy berbalik memandang Candra dengan ekspresi aneh. Kerumunan seperti membuka jalan memperlihat sosok pria yang duduk bersandar di kap mobil sport putih.Candra tertegun melihat siapa pria itu yang sudah menimbulkan kehebohan para mahasiswi.âPaman Hugo ....âYang lebih mengejutkan baginya Hugo terlihat sangat berbe
Candra mencoba banyak gaun yang menurutnya cantik-cantik dan menunjukkan pada Hugo. Pria itu mengangguk melihat setiap penampilan Candra dengan berbagai gaun tapi menyuruhnya berganti dengan lain seolah tidak puas. Yang membuat Candra merona ada beberapa gaun yang menurutnya cukup terbuka dan mendapat senyum simpul dari Hugo.âPaman, aku tidak suka gaun ini. terlalu terbuka,â seru Candra menutup area dadanya yang kerah gaunnya melorot dan memelototi cemberut pada pria itu.Hugo duduk di sofa yang disediakan untuknya dengan kaki menyilangkan di atas paha, ada majalah mode di atas pangkuannya. Dia hanya tersenyum. âKamu cantik.âCandra menahan bibirnya agar tidak tersenyum dan berkata acuh tak acuh. âAku memang selalu cantik.âHugo hanya tersenyum. Tiba-tiba ponselnya di atas meja samping sofa bergetar dan berkelip-kelip. Sebuah panggilan tanpa nama kontak muncul di layar ponsel.Candra melirik ingin tahu. Dari tadi dia melihat ponsel Hugo terus bergetar menunjukkan panggilan masuk. Tap
Ketika Hugo masuk ke ruang rawat Tiffany, dia melihat wanita itu sedang mengancam duduk di tepi jendela yang terbuka. Wajah wanita itu tidak terlihat sehat. Dia tidak membaik sejak di bawah ke rumah sakit.âPergi! Biarkan aku pergi atau aku akan melompat dari sini! Jika aku dan anak ini mati, Hugo tidak melepaskan kalian!â serunya pada dokter dan perawat yang mengelilinginya.âApa-aapan ini!â Hugo berkata dengan kesal.Perhatian semua orang langsung tertuju pada Hugo.âTuan Wallington, Anda akhirnya tiba. Kami tidak bisa berbuat apa-apa pada Nona Tiffany,â kata salah satu dokter pria meringis menghampiri Hugo.Hugo menatap tajam ke arah wanita yang duduk di tepi jendela. âApa yang kamu lakukan di situ, Tiffany?â desisnya dingin.Wanita itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia perlahan turun dari tepi jendela dan berlari menghampiri Hugo. Dia melingkari lengannya memeluk punggung pria itu dan terisak. Perut besarnya menekan tubuh pria itu membuat Hugo tidak nyaman.âAku merindukanm
âApa kamu mendapat kabar dari kakakku?â tanya Candra dalam mobil yang dikendarai Andrew menuju ke sebuah tempat.âTidak, aku belum mendapat kabar dari Marcus. Dia tidak mengangkat panggilanku atau menelepon kami,â jawab Andrew melirik Candra dari kaca spion mobil.âApa kamu sedang bertengkar dengan kakakmu? Mungkin dia marah dan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.âCandra tidak menjawab. dia menggigit bibir bawahnya muram dan gelisah sebelum akhirnya menjawab. âAku sudah mengecewakan kakakku. dia tahu tentang hubungan aku dan Paman Hugo.âMata Andrew melebar, âA-apa?! bagaimana dia bisa tahu?â tanyanya heran lalu buru-buru berkata sambil mengangkat dua jarinya ke atas ketika mendapat lirik Candra. âAku bersumpah tidak pernah memberitahu Marcus tentang hubungan kalian. Tuan Hugo akan memecatku jika aku berani memberitahu Marcus.Candra tersenyum tipis. âAku mempercayaimu.ââApa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana Marcus bisa tahu hubungan kalian?â tanya Andrew penasaran.âDia
Mereka berhenti di sebuah hotel besar. Andrew turun dari mobil dan membuka pintu penumpang sebelum mengulurkan tangannya membantu Candra turun.âIni bukan perayaan besar, kan?â Candra bertanya setelah turun dari mobil dan memandang ke dalam hotel.âKamu akan tahu setelah masuk.ââJika aku tahu, aku akan mengundang Joy.â âTidak perlu, ini hanya antara kamu dan Tuan Hugo,â kata Andrew lalu kemudian melepaskan mantel dari tubuhnya mengenakan itu di tubuh Candra. Gaun itu pendek dengan lengan dan pundak terbuka, tidak melindungi Candra dari hawa dingin.âKamu sangat cantik hari ini, jangan sampai kedinginan,â ujar pria itu tersenyum menepuk kepala Candra lembut seperti seorang kakak.Candra tersenyum dan mengucapkan terima kasih.âAyo, aku akan membawamu ke dalam,â ujar Andrew menawarkan lengannya dengan sopan.Candra mengangguk dan menggenggam lengan Andrew.Mereka dituntun seorang staf hotel ke sebuah ruangan yang sudah disiapkan.Andrew berhenti di depan pintu ganda besar la
âKamu akan menemui gadis itu kan?!â tuduh Tiffanya dengan marah. âApa dia lebih penting dari anakmu?â serunya mengelus perut buncitnya.Hugo menatapnya dingin. âKamu tidak boleh menemui gadis itu! Kamu mulai mengabaikan sejak gadis itu ada. Tolong jangan pergi!â mohon Tiffany menarik-narik lengan kemeja Hugo panik dan cemas.âAku tidak selamanya menemanimu di sini. jangan membuang waktuku, aku punya urusan yang lebih penting daripada menemani kegilaanmu,â desis Hugo tidak sabar menahan dirinya agar tidak mendorong wanita itu menjauh darinya dan melepaskan kecengkeraman dari kemejanya dengan paksa.Air mata mengalir di pipi Tiffany dan mulai menangis histeris melempar barang-barang yang dijangkaunya. Bantal, selimut, gelas dan lain-lain di atas meja.âKenapa kamu tidak pernah peduli padaku! Aku yang mencintaimu bukan wanita-wanita jalang itu! Aku mengandung anakmu, aku akan melakukan apa pun untukmu! Mengapa kamu tidak pernah peduli sedikitpun padaku!â tangisnya.Hugo memejamkan
Para pelayan saling pandang dengan ekspresi aneh. Sudah satu jam tapi tapi Tuan Wallington tidak kunjung datang. Sementara gadis yang berulang tahun tahun tetap duduk di tempatnya dengan ekspresi kosong. Dia berdandan cantik untuk ulang tahunnya, tapi hanya duduk sendirian dan menunggu seseorang yang tidak pasti kapan datangnya. Mereka kasihan dan juga lelah hanya berdiri selama hampir satu jam. Tapi mereka sudah terlatih bersikap profesional dan tidak mengeluh untuk menunjukkan perilaku yang tidak nyaman.âSajikan kuenya, dan aku ingin wine dengan kadar alkohol tinggi,â perintah Candra tiba-tiba tanpa memandang para staf.Keempat staf saling pandang dan mengangguk melaksanakan perintah Candra. Mereka seharusnya menunggu Hugo untuk menyajikan kue ulang tahun gadis itu. tapi mereka tidak menolak perintah Candra dan tidak ada perintah atau pemberitahuan dari Tuan Wallington.Candra tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya. Kecewa, sakit hati dan pasrah campur aduk dalam dadanya. Dia