Candra mencoba banyak gaun yang menurutnya cantik-cantik dan menunjukkan pada Hugo. Pria itu mengangguk melihat setiap penampilan Candra dengan berbagai gaun tapi menyuruhnya berganti dengan lain seolah tidak puas. Yang membuat Candra merona ada beberapa gaun yang menurutnya cukup terbuka dan mendapat senyum simpul dari Hugo.“Paman, aku tidak suka gaun ini. terlalu terbuka,” seru Candra menutup area dadanya yang kerah gaunnya melorot dan memelototi cemberut pada pria itu.Hugo duduk di sofa yang disediakan untuknya dengan kaki menyilangkan di atas paha, ada majalah mode di atas pangkuannya. Dia hanya tersenyum. “Kamu cantik.”Candra menahan bibirnya agar tidak tersenyum dan berkata acuh tak acuh. “Aku memang selalu cantik.”Hugo hanya tersenyum. Tiba-tiba ponselnya di atas meja samping sofa bergetar dan berkelip-kelip. Sebuah panggilan tanpa nama kontak muncul di layar ponsel.Candra melirik ingin tahu. Dari tadi dia melihat ponsel Hugo terus bergetar menunjukkan panggilan masuk. Tap
Ketika Hugo masuk ke ruang rawat Tiffany, dia melihat wanita itu sedang mengancam duduk di tepi jendela yang terbuka. Wajah wanita itu tidak terlihat sehat. Dia tidak membaik sejak di bawah ke rumah sakit.“Pergi! Biarkan aku pergi atau aku akan melompat dari sini! Jika aku dan anak ini mati, Hugo tidak melepaskan kalian!” serunya pada dokter dan perawat yang mengelilinginya.“Apa-aapan ini!” Hugo berkata dengan kesal.Perhatian semua orang langsung tertuju pada Hugo.“Tuan Wallington, Anda akhirnya tiba. Kami tidak bisa berbuat apa-apa pada Nona Tiffany,” kata salah satu dokter pria meringis menghampiri Hugo.Hugo menatap tajam ke arah wanita yang duduk di tepi jendela. “Apa yang kamu lakukan di situ, Tiffany?” desisnya dingin.Wanita itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia perlahan turun dari tepi jendela dan berlari menghampiri Hugo. Dia melingkari lengannya memeluk punggung pria itu dan terisak. Perut besarnya menekan tubuh pria itu membuat Hugo tidak nyaman.“Aku merindukanm
“Apa kamu mendapat kabar dari kakakku?” tanya Candra dalam mobil yang dikendarai Andrew menuju ke sebuah tempat.“Tidak, aku belum mendapat kabar dari Marcus. Dia tidak mengangkat panggilanku atau menelepon kami,” jawab Andrew melirik Candra dari kaca spion mobil.“Apa kamu sedang bertengkar dengan kakakmu? Mungkin dia marah dan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.”Candra tidak menjawab. dia menggigit bibir bawahnya muram dan gelisah sebelum akhirnya menjawab. “Aku sudah mengecewakan kakakku. dia tahu tentang hubungan aku dan Paman Hugo.”Mata Andrew melebar, “A-apa?! bagaimana dia bisa tahu?” tanyanya heran lalu buru-buru berkata sambil mengangkat dua jarinya ke atas ketika mendapat lirik Candra. “Aku bersumpah tidak pernah memberitahu Marcus tentang hubungan kalian. Tuan Hugo akan memecatku jika aku berani memberitahu Marcus.Candra tersenyum tipis. “Aku mempercayaimu.”“Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana Marcus bisa tahu hubungan kalian?” tanya Andrew penasaran.“Dia
Mereka berhenti di sebuah hotel besar. Andrew turun dari mobil dan membuka pintu penumpang sebelum mengulurkan tangannya membantu Candra turun.“Ini bukan perayaan besar, kan?” Candra bertanya setelah turun dari mobil dan memandang ke dalam hotel.“Kamu akan tahu setelah masuk.”“Jika aku tahu, aku akan mengundang Joy.” “Tidak perlu, ini hanya antara kamu dan Tuan Hugo,” kata Andrew lalu kemudian melepaskan mantel dari tubuhnya mengenakan itu di tubuh Candra. Gaun itu pendek dengan lengan dan pundak terbuka, tidak melindungi Candra dari hawa dingin.“Kamu sangat cantik hari ini, jangan sampai kedinginan,” ujar pria itu tersenyum menepuk kepala Candra lembut seperti seorang kakak.Candra tersenyum dan mengucapkan terima kasih.“Ayo, aku akan membawamu ke dalam,” ujar Andrew menawarkan lengannya dengan sopan.Candra mengangguk dan menggenggam lengan Andrew.Mereka dituntun seorang staf hotel ke sebuah ruangan yang sudah disiapkan.Andrew berhenti di depan pintu ganda besar la
“Kamu akan menemui gadis itu kan?!” tuduh Tiffanya dengan marah. “Apa dia lebih penting dari anakmu?” serunya mengelus perut buncitnya.Hugo menatapnya dingin. “Kamu tidak boleh menemui gadis itu! Kamu mulai mengabaikan sejak gadis itu ada. Tolong jangan pergi!” mohon Tiffany menarik-narik lengan kemeja Hugo panik dan cemas.“Aku tidak selamanya menemanimu di sini. jangan membuang waktuku, aku punya urusan yang lebih penting daripada menemani kegilaanmu,” desis Hugo tidak sabar menahan dirinya agar tidak mendorong wanita itu menjauh darinya dan melepaskan kecengkeraman dari kemejanya dengan paksa.Air mata mengalir di pipi Tiffany dan mulai menangis histeris melempar barang-barang yang dijangkaunya. Bantal, selimut, gelas dan lain-lain di atas meja.“Kenapa kamu tidak pernah peduli padaku! Aku yang mencintaimu bukan wanita-wanita jalang itu! Aku mengandung anakmu, aku akan melakukan apa pun untukmu! Mengapa kamu tidak pernah peduli sedikitpun padaku!” tangisnya.Hugo memejamkan
Para pelayan saling pandang dengan ekspresi aneh. Sudah satu jam tapi tapi Tuan Wallington tidak kunjung datang. Sementara gadis yang berulang tahun tahun tetap duduk di tempatnya dengan ekspresi kosong. Dia berdandan cantik untuk ulang tahunnya, tapi hanya duduk sendirian dan menunggu seseorang yang tidak pasti kapan datangnya. Mereka kasihan dan juga lelah hanya berdiri selama hampir satu jam. Tapi mereka sudah terlatih bersikap profesional dan tidak mengeluh untuk menunjukkan perilaku yang tidak nyaman.“Sajikan kuenya, dan aku ingin wine dengan kadar alkohol tinggi,” perintah Candra tiba-tiba tanpa memandang para staf.Keempat staf saling pandang dan mengangguk melaksanakan perintah Candra. Mereka seharusnya menunggu Hugo untuk menyajikan kue ulang tahun gadis itu. tapi mereka tidak menolak perintah Candra dan tidak ada perintah atau pemberitahuan dari Tuan Wallington.Candra tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya. Kecewa, sakit hati dan pasrah campur aduk dalam dadanya. Dia
“Mobilnya cepat sekali ... aku pusing .... mau muntah ....” Candra mengoceh sambil saat mobil melaju di tengah jalan. dia berputar menghadap belakang dan merangkak meninggalkan tempat duduknya.Hugo yang sedang menyetir mobil sesekali melirik gadis itu. “Duduk yang benar ....” ujarnya cemas menahan pundak gadis itu. Dia lupa memasang sabuk pengaman di tubuh Candra. Dia terburu-buru meninggalkan hotel.Sambil menekan bahu Candra agar tetap di tempatnya, Hugo mencari tempat untuk menepikan mobil dan memasang sabuk pengaman.Candra memandang Hugo dengan mata mabuk. Dia tiba-tiba marah dan berseru. “Paman Hugo, ach! Kenapa kamu ada di sini! aku tidak menyukaimu lagi!” Dia mendorong tangan Hugo dari dadanya dan hendak membuka pintu mobil.“Candra, bersikap baiklah!” Hugo menegurnya dan menarik tangannya agar tidak membuka pintu saat mobil sedang jalan di tengah jalan sementara matanya fokus ke depan.“Jangan perlakukan aku seperti anak kecil, aku membencimu Paman! Kamu sudah banyak menyak
Candra menoleh dengan wajah pucat dan melihat sosok pria yang mengenakan sweter abu-abu menatapnya dengan ekspresi khawatir. Dia mengerut kening cemberut dan berdiri mencoba mengabaikan pria itu.Dia menghampiri wastafel dan berkumur serta mencuci wajahnya. Dia memandang sosok dirinya di dalam cermin. Wajahnya pucat dan lesuh, ada lingkaran gelap di bawah matanya. gaunnya kotor semalam sudah diganti dengan piama satin yang pas di tubuh Candra.Candra mengusap perban di kepalanya dan merasakan rasa sakit akibat benturan semalam di dalam mobil.“Ugh,” rintihnya.“Ada apa Candra, kepalamu sakit?” Hugo berdiri di belakangnya dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh jidat Candra dengan penuh perhatian.Candra memejamkan mata saat kehangatan pria itu melingkupinya, tapi ingatan kejadian semalan membanjiri benaknya. Tentang Hugo yang melewatkan perayaan ulang tahunya dan memilih bersama Tiffany. Sakit hati dan sesak di dadanya kembali. Candra menepis tangannya dan berbalik menghadap pria it