“Ini gedung apartemen, salah satu dari bagian dari bisnis WLT Group. Aku memberimu salah satu unit apartemen di lantai 25.”Candra berbalik memandang Hugo dengan mulut menganga. “Mengapa Paman memberiku unit apartemen?”Hugo mencondongkan tubuhnya ke depan Candra dan mengusap rambut gadis itu. “Aku sudah bilang akan memberimu hadiah, ini adalah hadiahmu. Kamu tidak perlu repot tinggal di asrama,” ujarnya lalu menunjukkan sebuah kunci apartemen di depan Candra. Dia berharap dengan hadiah ini akan menenangkan hati Candra dan membuatnya lupa dengan masalah Tiffany.Candra tidak bisa berkata-kata memandang kunci apartemen dengan tatapan kosong. Pertama gelang buatan khusus, lalu mobil dan sekarang apartemen? Ini ... apa ini tidak berlebihan?Candra akan bahagia akan menerima apapun hadiah dari Hugo. Tapi sekarang dia tidak yakin. Jenis pemanjaan ... seperti seorang pria yang menyogok simpanannya yang pernah dibaca Candra di buku novel Joy.“Paman, kamu ... kamu tidak perlu memberiku ini,”
Ketika Candra bangun keesokkan harinya, dia bangun lebih awal sebelum jam alarm berbunyi. Dia bangun dengan perasaan lesu dan tidak nyenyak. Kepalanya menoleh untuk memandang pria yang berbaring di sebelahnya. Candra mengulurkan tangannya mengusap wajah pria itu. wajahnya sangat tampan dan mempesona. Ada begitu banyak wanita yang menginginkan pria ini. Candra berpikir egois jika hanya dia satu-satunya di mata Hugo. Dia melirik jam di ponselnya menunjukkan pukul lima pagi. dia ingin tidur lagi, kelasnya mulai jam 10. Masih terlalu awal untuk bangun. Tapi matanya tidak bisa terpenjam. Setelah berbaring cukup lama, dia menghela napas dan bangun dari tempat tidur dengan pelan agar tidak membangunkan Hugo. Butuh setengah bagi Candra mandi Candra keluar dari kamar mandi dan disambut Hugo yang sudah bangun, duduk di tepi ranjang memandang ke arahnya.“Kamu bangun pagi … apa tidurmu tidak nyenyak?”“Ah … tidak, kenapa Paman berpikir seperti itu?” Kata Candra berjalan masuk dengan handuk
“Aku akan jelaskan padamu, Paman Hugo hanya memberiku apartemen, hanya itu saja. Ayo pergi, aku akan menjelaskan padamu sisanya,” ujar Candra mendesak Marcus mundur.Marcus menepis tangannya agak kasar, menyebabkan gadis itu meringis. Lengannya langsung memar. Marcus sesaat membeku karena tindakannya yang kasar pada Candra. Namun dia tidak meminta maaf.Hugo mengerut keningnya dan menarik Candra ke sampingnya. Dia menatap Marcus dingin.“Kamu tidak perlu bersikap kasar. Ya, memang aku menjalin hubungan dengan Candra. Apa kamu keberatan?”“Paman Hugo!” Candra memekik kesal karena pengakuan Hugo.Rahang Marcus mengeras. Dia menatap Candra dengan tatapan kecewa.“Tuan Hugo, kamu sudah membesarkan Candra dan aku selama tujuh tahun, dan aku sangat berterima kasih dan akan selalu membalas budimu. Tapi aku tidak bisa menerima kamu merusak adikku,” ujarnya dengan gigi terkatup.Hugo menegang dan menatapnya tajam. “Aku tidak merusak Candra.”Marcus tertawa sinis. “Lalu Tuan, hubungan yang ka
“Kak kumohon hentikan ....” Candra panik mencoba menutup mulut Marcus agar tidak menyulut amarah Hugo.Wajah Hugo terdistorsi, dengan penuh amarahnya dia mengangkat tangannya meninju Marcus hingga terjatuh.“Kakak! Hentikan!” Candra mendorong Hugo dan berdiri di depan Marcus sebagai temeng.“Minggir Candra, akan kubunuh bajingan tidak tahu diri itu!” Hugo yang dikuasai amarah mendorong Candra ke samping.Candra mengangkat tangannya dan menampar pria itu.Hugo membeku menatap Candra tak percaya, pun dengan Marcus.Candra menatapnya dengan gentar, air mata mengalir di pipinya. Tangan yang menampar pria itu bergetar.“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti kakakku.”Tidak ada di antara kedua pria itu berbicara karena keterkejutan dengan keberanian Candra menampar seorang Hugo Wallington.Marcus berdiri dan meraih lengan Candra.“Ayo pergi.” Dia menarik Candra menjauh dari Hugo.Candra tidak menolak dan membiarkan Marcus menuntunnya masuk ke dalam mobil. Hugo hanya memandang saat kedua ka
“Tiffany ....”Candra mengamati wanita itu. Wajahnya terlihat pucat dan lingkaran gelap di bawah matanya sangat tebal menunjukkan tanda-tanda orang depresi. Yang lebih mencolok dari penampilan wanita itu adalah tubuhnya yang sedikit gemuk. Pandangan Candra dengan cepat menatap perut wanita itu.Hatinya mencelos melihat perut Tiffany yang sedikit buncit yang menunjukkan bahwa wanita itu sedang hamil. Candra tidak memperhatikan penampilannya semalam.Berapa usia kandungannya? 4 bulan? 5 bulan?Rasa sakit menyerang dada Candra.Wanita menyeringai melihat tatapan Candra tertuju pada perutnya.Dia mendekati Candra. “Kamu masih mengingatku? Kita sudah beberapa kali bertemu. Aku yakin kamu sudah tahu siapa aku.”Candra mengalihkan pandangannya dari perut Tiffany dan menenangkan dirinya dengan cepat. “Aku tidak tahu siapa kamu,” balasnya acuh tak acuh.Namun Tiffany tidak peduli. Dia menatap Candra tajam. “Kamu salah satu wanita yang sering bersama Hugo. Kamu mainan baru yang disukainya. Aku
Candra menggertakkan gigi. Dia merasa iba melihat kondisi wanita itu yang putus asa sejak kejadian dia menghalangi mobil Hugo di jalan dengan penampilan layu dan putus asa. Tapi Candra juga sakit hati ada wanita lain yang mengandung anak dari pria yang dicintai dan sekaligus kekasihnyaSetelah Hugo menerima anak itu, lalu apa? Wanita itu tidak mungkin akan menyingkir selamanya dari hidup Hugo.Candra menguatkan hatinya agar tidak merasa iba. “Kamu meminta pada orang yang salah. Kamu harus meminta pada Liera Walton, bukan aku.”Dia bahkan tidak yakin Hugo memikirkan hubungan mereka begitu penting dan Candra hanya salah satu gadis yang menjadi penghangat ranjang pria itu. Di hati Hugo hanya ada Iris Wallington, pikirnya getir.Rasa frustasi, marah dan sakit hati membuat dada gadis itu merasa tidak enak. Dia tidak memedulikan tangisan kesedihan Tiffany dan para karyawan yang menonton di sekitarnya. Dia menarik kain celananya menjauh dari cengkeraman tangan Tiffany dengan paksa. Namun wa
“Syukurlah dia diselamatkan tepat waktu. Jika terlambat sedikit, anak di perutnya akan hilang.”Raut wajah Hugo terlihat suram mendengar ucapan dokter di depannya. Dia menatap sosok wanita yang terbaring lemah di tempat tidur.“Pastikan dia baik-baik saja,” balas Hugo datar dan berbalik hendak pergi.Tiba-tiba sebuah tangan menahan lengannya. Hugo menoleh menatap Tiffany datar.Mata wanita itu berkaca-kaca menatapnya sedih. “Ke mana kamu pergi?”“Kenapa kamu datang ke perusahaanku?” Hugo balik bertanya dengan suara dingin dan menepis tangan wanita itu.Dokter yang menangani Tiffany mundur diam-diam dan memberi mereka ruang untuk berbicara.Tiffany mencoba duduk. Tubuhnya lemah, hingga gerakannya sangat pelan. Hugo tidak mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu. dia hanya memasukkan tangannya di saku celana dan memandang dingin sampai Tiffany akhirnya duduk.wanita memandang Hugo dengan penuh kerinduan dan sedih.“Aku merindukanmu. Tidak, anak ini yang merindukanmu,” bisik Tiffa
Hugo tidak menanggapi. Raut wajahnya justru terlihat tenang. dia menatap Lily dengan tatapan dalam.“Ibu ... aku tidak mengerti apa maksudmu.”Lily melotot muram. “Jangan berpura-pura lagi. Ibu tahu bagaimana kamu berbohong. Selain itu, Candra juga muncul di perusahaan dan bertengkar wanitamu yang lain,” ujarnya menunjuk pintu kamar rawat di belakang Hugo.“Apa kamu tahu kamu sudah menjadi bahan gosip di perusahaan. Semua orang tahu bahwa kamu adalah wali Candra karena gadis itu mengaku pada resepsionis. Sekarang dia bertengkar dengan wanita simpananmu yang menyebabkan semua ini terjadi. Apa kamu tahu apa yang dikatakan orang-orang tentangmu?” ujar Lily menyipitkan mata sebelum melanjutkan kalimatnya.“Kamu menyimpan seorang wanita simpanan dan kamu tidur dengan anak asuhmu. Hugo, kamu tidak tahu betapa menjijikkan itu ketika ibu mendengarnya. Bagaimana kamu akan tetap bekerja dengan semua sentimen itu?”Raut wajah Hugo terdistorsi. Dia mengepalkan tangannya dengan ekspresi tenang. “A