“Aku tiga tahun berada di London dan di bawah umur, belum diizinkan untuk mengendarai mobil. Dan tidak ada siapa-siapa yang bisa mengajariku. Aku pernah minta diajari Marcus, tapi dia sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengajariku.”Hugo mengusap rambut dan mendesah. “Aku ceroboh memberimu hadiah mobil.”“Paman bisa mengajariku mengemudi mobil,” ujar Candra bersemangat.“Aku mau ... tapi waktu luangku terbatas,” balas Hugo mengusap rambut Candra lembut.Raut wajah gadis itu kecewa dan sedih yang membuat Hugo tidak tahan memandangnya.“Nanti ... aku akan mengajarimu mengemudi saat aku ada waktu luang atau akan meminta Andrew mencari guru privat untuk mengajarimu mengemudi mobil.”Senyum Candra kembali dan dia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mencium pipi Hugo. “Terima kasih, Paman. kamu yang terbaik!”Hugo menatapnya lembut dan mencium bibirnya. Candra ingin memperdalam ciumanya namun Hugo sudah menarik bibirnya dan menyeringai.Candra menatapnya tidak puas.“Nanti. Kita masi
Mereka berhenti di salah satu restoran italia yang cukup terkenal.Candra keluar dari mobil dan menghampiri Hugo sambil melingkari tangannya di lengan pria itu. Hugo hanya meliriknya, tidak menepis tangan gadis itu dan membawanya masuk ke restoran.Seorang pelayan menyambut mereka dan membawa keduanya ke salah satu meja yang dekat dengan jendela.“Apa yang ingin kamu pesan?” tanya Hugo melihat-lihat buku menu, sementara pelayan berdiri di samping mereka dengan sebuah catatan di tangannya.Candra memandang buku-buku menu dengan ekspresi bingung. Ini pertama kali dia makan di restoran italia dan tidak mengenal nama-nama menu di buku itu. Dia hanya mengenali pasta dan menunjuk salah satu pasta.“Aku pesan pasta,” kata Candra.Hugo meliriknya lalu menyebutkan pesanannya, dengan tambahan lagsana untuk Candra dan satu botol wine Italia.Pelayan mencatat pesanan mereka. “Baiklah mohon menunggu,” dia memberi senyum bisnis sebelum berjalan meninggalkan meja mereka.Candra sangat senang hari in
“Siapa wanita itu Paman? Apa kamu mengenalnya?” Candra bertanya dengan ingin tahu.“Tidak usah pedulikan,” ujar Hugo acuh tak acuh dan memandang Candra.“Kenakan sabuk pengamanmu.”Candra mengangguk dan mengenakan sabuk pengamannya dengan ekspresi bingung.Setelah Candra mengenakan sabuk pengaman, Hugo kemudian memundurkan mobilnya sebelum akahirnya mengemudikan ke depan mengambil sisi kosong di sebelah wanita itu. Kali ini wanita itu tidak menghalangi. Dia tetap diam di tempatnya saat mobil itu melewatinya.Candra terdiam memandang wanita tadi lewat kaca spion dekat jendela. Wanita itu tetap di tempatnya dan memandang ke arah mobil mereka.Siapa wanita itu? Mengapa dia terasa akrab.“Bagaimana dengan keningmu?” Hugo bertanya sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus kening Candra dengan lembut.“Masih terasa sakit,” kata Candra mengusap tangan Hugo di keningnya.“Mari ke rumah sakit. Kamu harus diperiksa,” kata Hugo dengan tenang.“Aku tidak apa-apa kok, hanya benturan kecil,” kata
“Ini gedung apartemen, salah satu dari bagian dari bisnis WLT Group. Aku memberimu salah satu unit apartemen di lantai 25.”Candra berbalik memandang Hugo dengan mulut menganga. “Mengapa Paman memberiku unit apartemen?”Hugo mencondongkan tubuhnya ke depan Candra dan mengusap rambut gadis itu. “Aku sudah bilang akan memberimu hadiah, ini adalah hadiahmu. Kamu tidak perlu repot tinggal di asrama,” ujarnya lalu menunjukkan sebuah kunci apartemen di depan Candra. Dia berharap dengan hadiah ini akan menenangkan hati Candra dan membuatnya lupa dengan masalah Tiffany.Candra tidak bisa berkata-kata memandang kunci apartemen dengan tatapan kosong. Pertama gelang buatan khusus, lalu mobil dan sekarang apartemen? Ini ... apa ini tidak berlebihan?Candra akan bahagia akan menerima apapun hadiah dari Hugo. Tapi sekarang dia tidak yakin. Jenis pemanjaan ... seperti seorang pria yang menyogok simpanannya yang pernah dibaca Candra di buku novel Joy.“Paman, kamu ... kamu tidak perlu memberiku ini,”
Ketika Candra bangun keesokkan harinya, dia bangun lebih awal sebelum jam alarm berbunyi. Dia bangun dengan perasaan lesu dan tidak nyenyak. Kepalanya menoleh untuk memandang pria yang berbaring di sebelahnya. Candra mengulurkan tangannya mengusap wajah pria itu. wajahnya sangat tampan dan mempesona. Ada begitu banyak wanita yang menginginkan pria ini. Candra berpikir egois jika hanya dia satu-satunya di mata Hugo. Dia melirik jam di ponselnya menunjukkan pukul lima pagi. dia ingin tidur lagi, kelasnya mulai jam 10. Masih terlalu awal untuk bangun. Tapi matanya tidak bisa terpenjam. Setelah berbaring cukup lama, dia menghela napas dan bangun dari tempat tidur dengan pelan agar tidak membangunkan Hugo. Butuh setengah bagi Candra mandi Candra keluar dari kamar mandi dan disambut Hugo yang sudah bangun, duduk di tepi ranjang memandang ke arahnya.“Kamu bangun pagi … apa tidurmu tidak nyenyak?”“Ah … tidak, kenapa Paman berpikir seperti itu?” Kata Candra berjalan masuk dengan handuk
“Aku akan jelaskan padamu, Paman Hugo hanya memberiku apartemen, hanya itu saja. Ayo pergi, aku akan menjelaskan padamu sisanya,” ujar Candra mendesak Marcus mundur.Marcus menepis tangannya agak kasar, menyebabkan gadis itu meringis. Lengannya langsung memar. Marcus sesaat membeku karena tindakannya yang kasar pada Candra. Namun dia tidak meminta maaf.Hugo mengerut keningnya dan menarik Candra ke sampingnya. Dia menatap Marcus dingin.“Kamu tidak perlu bersikap kasar. Ya, memang aku menjalin hubungan dengan Candra. Apa kamu keberatan?”“Paman Hugo!” Candra memekik kesal karena pengakuan Hugo.Rahang Marcus mengeras. Dia menatap Candra dengan tatapan kecewa.“Tuan Hugo, kamu sudah membesarkan Candra dan aku selama tujuh tahun, dan aku sangat berterima kasih dan akan selalu membalas budimu. Tapi aku tidak bisa menerima kamu merusak adikku,” ujarnya dengan gigi terkatup.Hugo menegang dan menatapnya tajam. “Aku tidak merusak Candra.”Marcus tertawa sinis. “Lalu Tuan, hubungan yang ka
“Kak kumohon hentikan ....” Candra panik mencoba menutup mulut Marcus agar tidak menyulut amarah Hugo.Wajah Hugo terdistorsi, dengan penuh amarahnya dia mengangkat tangannya meninju Marcus hingga terjatuh.“Kakak! Hentikan!” Candra mendorong Hugo dan berdiri di depan Marcus sebagai temeng.“Minggir Candra, akan kubunuh bajingan tidak tahu diri itu!” Hugo yang dikuasai amarah mendorong Candra ke samping.Candra mengangkat tangannya dan menampar pria itu.Hugo membeku menatap Candra tak percaya, pun dengan Marcus.Candra menatapnya dengan gentar, air mata mengalir di pipinya. Tangan yang menampar pria itu bergetar.“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti kakakku.”Tidak ada di antara kedua pria itu berbicara karena keterkejutan dengan keberanian Candra menampar seorang Hugo Wallington.Marcus berdiri dan meraih lengan Candra.“Ayo pergi.” Dia menarik Candra menjauh dari Hugo.Candra tidak menolak dan membiarkan Marcus menuntunnya masuk ke dalam mobil. Hugo hanya memandang saat kedua ka
“Tiffany ....”Candra mengamati wanita itu. Wajahnya terlihat pucat dan lingkaran gelap di bawah matanya sangat tebal menunjukkan tanda-tanda orang depresi. Yang lebih mencolok dari penampilan wanita itu adalah tubuhnya yang sedikit gemuk. Pandangan Candra dengan cepat menatap perut wanita itu.Hatinya mencelos melihat perut Tiffany yang sedikit buncit yang menunjukkan bahwa wanita itu sedang hamil. Candra tidak memperhatikan penampilannya semalam.Berapa usia kandungannya? 4 bulan? 5 bulan?Rasa sakit menyerang dada Candra.Wanita menyeringai melihat tatapan Candra tertuju pada perutnya.Dia mendekati Candra. “Kamu masih mengingatku? Kita sudah beberapa kali bertemu. Aku yakin kamu sudah tahu siapa aku.”Candra mengalihkan pandangannya dari perut Tiffany dan menenangkan dirinya dengan cepat. “Aku tidak tahu siapa kamu,” balasnya acuh tak acuh.Namun Tiffany tidak peduli. Dia menatap Candra tajam. “Kamu salah satu wanita yang sering bersama Hugo. Kamu mainan baru yang disukainya. Aku