Mengapa orang itu menjadi ayahnya? Belum cukup menganiaya-nya di masa kecilnya, Carter masih serakah dan memeras uang darinya. Dia tidak ingin mendengar banyak omong kosong dari Carter dan mengeluarkan kartu kredit di dompetnya. Ini adalah kartu kredit yang berisi uang saku yang diberikan Hugo dulu. Candra tidak menggunakannya sejak meminta tinggal di tempat ini. “Ambil ini, pin-nya 1717100. Ada uang 1 juta dolar di dalamnya.” Mata Carter melebar menatap rakus kartu kredit di atas meja dan mengulurkan tangannya untuk mengambil kartu kredit itu. Candra menutup kartu kredit itu sebelum Carter bisa mengambilnya. “Tapi ... enyalah dari tempat ini. aku tidak peduli ke mana kamu pergi atau tinggal. Jika kamu berani muncul lagi di depanku atau kampusku, aku tidak akan memberikan apa pun padamu,” ancam Candra. Carter menyeringai. “Kamu mengancam ayahmu? Memangnya apa bisa kamu lakukan padaku? Kamu putriku, aku bisa mendatangimu sesukaku jika uang di kartu itu habis. Aku tetap ayahmu apa
Lily terlalu memaksakan kehendaknya pada Paman Hugo.Tapi yang membuatnya lagi-lagi kecewa Hugo mengabaikannya di depan semua orang. Yah, karena hanya kekasih gelap yang tidak bisa ditunjukkan di depan umum, batin masam.Dia harus menahan kecemburuan dan kepahitan sebagai kekasih yang tidak bisa diungkap.“Ayo pergi,” kata Andrew menepuk pundak Marcus dan menatap Candra tersenyum.“Apa kamu ikut Candra? Aku harus mengantar barang-barang Tuan Hugo ke rumah tua,” Dia berkedip dengan nakal.Candra ingin mengangguk tapi Marcus memotong di sebelahnya.“Tidak usah, kami akan ke apartemenku,” kata Marcus lalu merangkul bahu adiknyaCandra menggigit bibir bawahnya memahan cemberut. “Aku akan kembali saja ke asramaku.”Moodnya hancur hari ini dan dia bete tidak ingin melakukan apa pun.“Kamu sudah jauh-jauh ke sini, hanya untuk kembali ke asrama? Kita sudah tidak bertemu selama seminggu, kamu tidak merindukanku? Aku membeli banyak oleh-oleh untukmu.”“Tentu saja aku merindukanmu, kak, tapi aku
“Paman, kapan kamu datang? Sudah berapa lama kamu di sini? kupikir kamu makan malam dengan Nona Walton dan orang tuamu.” Candra bertanya setelah menenangkan panas di pipinya. Dia menyandarkan dagunya di pundak Hugo dan menatap wajah tampan pria itu dengan tatapan memuja. Hugo sangat tampan, jantungnya selalu berdebar saat bersamanya. Candra sangat mencintainya hingga tidak tahan memikirkan berbagi pria yang dicintainya dengan wanita lain.Mendapat tatapan memuja dari gadis muda dan cantik menaikkan ego Hugo, dia memeluk pinggang gadis itu hingga tubuh mereka saling menempel. “Hm, aku melarikan diri,” balas Hugo memegang pinggang kecil Candra, salah satu tangannya mengelus paha Candra.Candra menatapnya dengan senang. “Apa ibumu membiarkanmu pergi?”“Tentu tidak, dia mungkin saat ini dia sedang kelabakan mencariku,” balas Hugo menyentil keningnya pelan.“Ibumu terlalu memaksakan kehendaknya padamu.”“Hm, dia hanya khawatir aku tidak akan menikah,” balas Hugo mengangkat bahu. “Bagaiman
Ini adalah hari pertama Candra masuk kelas setelah seminggu mengambil cuti. Dia menuju ke lokernya dengan Joy setelah kelas sorenya berakhir.“Aku baru sadar, di mana kamu beli gelang ini? Dari brand apa? Apa kamu membelinya saat di Paris?” Joy mengangkat lengan mungil Candra dan mengekspos gelang cantik di lengan di putihnya. Sekali lihat bahwa gelang itu sangat elegan dan mahal terbuat dari emas putih dengan permata berlian biru kecil.Candra menatap gelangnya dengan senyum manis. “Kamu tidak akan bisa membeli ini. Tidak ada yang menjual gelang ini di toko mana pun,” ujarnya mengelus gelangnya dengan penuh sayang.“Kenapa? Ini sangat cantik, aku mau juga.”“Ini dibuat khusus,” bisik Candra pelan saat mereka berjalan melewati beberapa mahasiswa yang nongkrong dekat loker.“Buatan khusus?! Wow, Candra kamu membuatku iri.” Joy mencolek pinggangnya. “Apa kekasihmu yang membelikannya.”Candra mengangguk sambil tersenyum.“Aku mau yang seperti Tuan Wallington, rata-rata cowok seumuran kit
“Aku tiga tahun berada di London dan di bawah umur, belum diizinkan untuk mengendarai mobil. Dan tidak ada siapa-siapa yang bisa mengajariku. Aku pernah minta diajari Marcus, tapi dia sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengajariku.”Hugo mengusap rambut dan mendesah. “Aku ceroboh memberimu hadiah mobil.”“Paman bisa mengajariku mengemudi mobil,” ujar Candra bersemangat.“Aku mau ... tapi waktu luangku terbatas,” balas Hugo mengusap rambut Candra lembut.Raut wajah gadis itu kecewa dan sedih yang membuat Hugo tidak tahan memandangnya.“Nanti ... aku akan mengajarimu mengemudi saat aku ada waktu luang atau akan meminta Andrew mencari guru privat untuk mengajarimu mengemudi mobil.”Senyum Candra kembali dan dia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mencium pipi Hugo. “Terima kasih, Paman. kamu yang terbaik!”Hugo menatapnya lembut dan mencium bibirnya. Candra ingin memperdalam ciumanya namun Hugo sudah menarik bibirnya dan menyeringai.Candra menatapnya tidak puas.“Nanti. Kita masi
Mereka berhenti di salah satu restoran italia yang cukup terkenal.Candra keluar dari mobil dan menghampiri Hugo sambil melingkari tangannya di lengan pria itu. Hugo hanya meliriknya, tidak menepis tangan gadis itu dan membawanya masuk ke restoran.Seorang pelayan menyambut mereka dan membawa keduanya ke salah satu meja yang dekat dengan jendela.“Apa yang ingin kamu pesan?” tanya Hugo melihat-lihat buku menu, sementara pelayan berdiri di samping mereka dengan sebuah catatan di tangannya.Candra memandang buku-buku menu dengan ekspresi bingung. Ini pertama kali dia makan di restoran italia dan tidak mengenal nama-nama menu di buku itu. Dia hanya mengenali pasta dan menunjuk salah satu pasta.“Aku pesan pasta,” kata Candra.Hugo meliriknya lalu menyebutkan pesanannya, dengan tambahan lagsana untuk Candra dan satu botol wine Italia.Pelayan mencatat pesanan mereka. “Baiklah mohon menunggu,” dia memberi senyum bisnis sebelum berjalan meninggalkan meja mereka.Candra sangat senang hari in
“Siapa wanita itu Paman? Apa kamu mengenalnya?” Candra bertanya dengan ingin tahu.“Tidak usah pedulikan,” ujar Hugo acuh tak acuh dan memandang Candra.“Kenakan sabuk pengamanmu.”Candra mengangguk dan mengenakan sabuk pengamannya dengan ekspresi bingung.Setelah Candra mengenakan sabuk pengaman, Hugo kemudian memundurkan mobilnya sebelum akahirnya mengemudikan ke depan mengambil sisi kosong di sebelah wanita itu. Kali ini wanita itu tidak menghalangi. Dia tetap diam di tempatnya saat mobil itu melewatinya.Candra terdiam memandang wanita tadi lewat kaca spion dekat jendela. Wanita itu tetap di tempatnya dan memandang ke arah mobil mereka.Siapa wanita itu? Mengapa dia terasa akrab.“Bagaimana dengan keningmu?” Hugo bertanya sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus kening Candra dengan lembut.“Masih terasa sakit,” kata Candra mengusap tangan Hugo di keningnya.“Mari ke rumah sakit. Kamu harus diperiksa,” kata Hugo dengan tenang.“Aku tidak apa-apa kok, hanya benturan kecil,” kata
“Ini gedung apartemen, salah satu dari bagian dari bisnis WLT Group. Aku memberimu salah satu unit apartemen di lantai 25.”Candra berbalik memandang Hugo dengan mulut menganga. “Mengapa Paman memberiku unit apartemen?”Hugo mencondongkan tubuhnya ke depan Candra dan mengusap rambut gadis itu. “Aku sudah bilang akan memberimu hadiah, ini adalah hadiahmu. Kamu tidak perlu repot tinggal di asrama,” ujarnya lalu menunjukkan sebuah kunci apartemen di depan Candra. Dia berharap dengan hadiah ini akan menenangkan hati Candra dan membuatnya lupa dengan masalah Tiffany.Candra tidak bisa berkata-kata memandang kunci apartemen dengan tatapan kosong. Pertama gelang buatan khusus, lalu mobil dan sekarang apartemen? Ini ... apa ini tidak berlebihan?Candra akan bahagia akan menerima apapun hadiah dari Hugo. Tapi sekarang dia tidak yakin. Jenis pemanjaan ... seperti seorang pria yang menyogok simpanannya yang pernah dibaca Candra di buku novel Joy.“Paman, kamu ... kamu tidak perlu memberiku ini,”
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug