Candra menoleh memandang keluar jendela melihat mereka berhenti di pinggir jalan. “Kenapa berhenti, Paman?” Dia kembali menoleh memandang Hugo namun tiba-tiba bibirnya terkenci dalam bibir Hugo.Pria itu menangkup leher Candra dan mencium bibirnya.Candra tidak merespons yang membuat Hugo kecewa dan melepaskan bibir gadis itu. “Kamu sungguh terganggu. Ini tidak seperti kamu yang biasa.”Candra mengerjap panik melihat ekspresi kecewa di wajah Hugo. “Bukan seperti itu. Hanya ....” Candra tidak tahu bagaimana menjelaskan dan terbata-bata.Dia ingin tidak ingin membuat Hugo kecewa atau membuatnya tidak bahagia.Hugo menatapnya tanpa emosi. “Aku memberimu kesempatan untuk mundur. Belum terlambat untuk menghentikan hubungan ini.”Candra membeku, matanya memanas. “Aku minta maaf, aku— ada banyak hal yang aku pikirkan. Aku memang memikirkan pembicaraanmu dengan wanita di kamar hotel itu. Dia mengand—“Hugo mengusap wajah gadis itu untuk menghen. “Aku sudah pernah bilang padamu, aku bisa mem
Jika Hugo tidak menyembunyikan hubungan mereka, dia tidak akan menjadi kekasih gelapnya. Candra akan dengan bangga pamer di depan Marcus.Hugo tidak berkomentar dan menyesap kopinya selama beberapa saat. “Jika ada yang menyebutmu murahan, beritahu aku. Aku akan menutup mulut mereka.”“Aku yang menyebut diriku murahan. Tidak ada orang lain,” balas Candra getir. Lagian siapa yang tahu hubungan mereka dan menghinanya karena murahan.“Loh, Hugo ....”Keduanya menoleh melihat seorang wanita menghampiri mereka.“Liera ....” Hugo mengerut kening pada wanita yang menghampiri mereka.Candra langsung menyusut menundukkan kepalanya dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang.“Ternyata memang kamu. aku sudah mencarimu ke mana-mana,” kata Liera duduk di salah satu kursi kosong. Lalu menatap gadis di depan Hugo. “Candra ya, kamu juga ada di sini ....”Candra mengangkat kepalanya dan memandang Liera dengan senyum sopan.“Nona Walton, apa kabar?”“Wow, sikap sopan dari mana ini,” goda Liera, n
Candra kembali ke kamar hotel sendirian. Dia mengurung diri di kamar, bergelut dengan ketakutan dan kecemasannya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan ancaman Liera dan ayah kandungnya. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa menyembunyikan tentang ayah kandungnya dari Paman Hugo. Candra juga takut menghadapi Carter dan kekejamannya. Apakah datang ke Paris sebuah kesalahan? Dia belum selesai dengan masalah ayah kandungnya, dan itu belum cukup. Fakta bahwa dia hanya salah satu wanita yang bersama Hugo dan wanita lain yang sedang mengandung anak pria yang dicintainya sangat mengganggu hatinya, kini hadir Liera yang mengancam ayah kandungnya membuat Candra di landa ketakutan. Semua masalah ini membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Mengapa semua ini harus terjadi padanya? Kesalahan apa yang telah dia perbuat hingga harus menerima semua ini? “Apa yang terjadi padamu?” Sebuah suara menginterupsi pikiran kacau Candra disertai cahaya terang yang tiba-tiba menerangi kamar itu. Candra men
Candra mencoba keluar dari kamar hotel karena mengkhawatirkan Marcus dengan orang asing itu. tapi pintu itu di tahan dari luar. Tapi tak lama kemudian Marcus kembali masuk ke dalam kamar.“Apa yang terjadi? Siapa orang di luar itu?” tanya Candra menatap kakaknya khawatir dan mengintip keluar. Pria besar seperti beruang masih ada di luar kamar.Marcus menghalangi pandangan Candra dan menutup pintu di belakangnya.“Bukan siapa-siapa, hanya seorang kenalan.”“Benarkah? Orang itu terlihat tidak baik dan sangar. Apa kamu terlibat dengan geng mafia?” kata Candra khawatir dan curiga.Marcus mencoba tertawa. “Geng mafia apaan? Jangan berpikir aneh-aneh.” Dia menyentil kening adiknya.Namun Candra dapat merasakan Marcus tegang.“Candra, aku akan keluar sebentar. Kamu tetap di dalam kamar dan pesan saja makanan untuk di antar di kamar. Jangan ke mana-mana, okey?”“Kenapa? Kamu sungguh tidak terlibat dengan geng mafia, kan?” Candra menatap Marcus ngeri.Marcus menyentil keningnya agak keras. “Ti
“Tempo hari Nyonya Wallington datang menemuiku di kampus. Aku berbicara cukup lama, dia ... ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington agar aku menjadi adik perempuanmu,” kata Candra masam.Gerakan tangan Hugo di punggungnnya sesaat berhenti, dia mengalihkan pandangannya memandang wajah Candra. Keningnya berkerut saat dia berkata, “Lalu apa yang kamu jawab?”“Aku tidak bisa menolak Nyonya Wallington dengan kasar. Aku meminta dia untuk persetujuan Paman jika ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington. Paman, apa yang kamu lakukan jika Nyonya Wallington ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington? Aku tidak mau menjadi adik perempuanmu,” kata Candra dengan wajah cemberut.“Tentu aku tidak akan membiarkanmu menjadi adikku. Siapa yang cukup gila meniduri adiknya,” kata Hugo masam.Candra mendesah dan menyandarkan pipinya di dada Hugo. “Tapi bagaimana Nyonya Wallington tetap bersikeras ingin aku diadopsi ke keluarga Wallington? Nyonya Wallington tampaknya dia tidak menyukaiku dan tidak ingin
Sementara itu Candra sudah kembali ke kamar hotelnya dengan Marcus. Dia memandang kamar dengan hati-hati mencari keberadaan Marcus. Kamar itu kosong seperti yang dia tinggalkan semalam. “Kak ....” Tidak ada yang merespons. Candra dengan cemas mencari ke kamar mandi atau tempat lain, namun tidak menemukan Marcus. Dia mengingat sangar yang dia temui semalam dan mau tak mau bergidik. Dia panik dan takut kakaknya pergi dengan anggota geng mafia dan sakiti. Candra menghubungi nomor Marcus dengan panik. “Halo ....” Beberapa detik kemudian panggilan langsung terhubung. Candra mendesah lega begitu mendengar suara Marcus. “Kakak! Kamu di mana?! Kenapa kamu tidak menghubungiku semalam!” “Ugh ... maaf aku lupa,” balas Marcus dengan suara serak. “Ada apa dengan suaramu, kak? Kamu terdengar aneh,” kata Candra khawatir. “Tentu saja bodoh, aku baru bangun tidur.” Candra langsung cemberut dikatai bodoh. “Syukurlah kamu baik-baik saja, kupikir kamu diculik pria sangar tadi malam.” “Hmmm ...
“Putriku kuliah di kampus ini, sungguh! Namanya Candra Claus. Tolong panggilkan dia untukku, aku memberimu banyak uang saat putriku di sini.”“Tuan tolong hentikan omong kosongmu! Ada ribuan mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini, aku tidak bisa mencari putrimu satu persatu untukmu! Siapa yang tahu kamu seorang penipu dan mengganggu mahasiswi kami,” kata satpam yang menahan Carter sangat jengkel.“Sudah kubilang putriku dari manajemen bisnis! Salah satu temannya memberitahuku putri kuliah di sini dan tinggal di asrama suite! Dia gadis paling cantik! Panggilkan saja dia atau biarkan aku masuk!” seru Carter menggeram marah.Satpam itu mencibir, “Jika putrimu bisa berkuliah di sini, mengapa dia memiliki ayah seperti gelandangan! Kamu hanya seorang penipu. Sudahlah, pergi dari sini!” Satpam itu mendorong Carter dengan keluar dari gerbang kampus.“Kamu hanya satpam rendahan! Beraninya kamu mengusirku! Apa kamu tahu putriku itu keponakan pemiliki yayasan kampus! Saat aku menemukan putriku, a
Mengapa orang itu menjadi ayahnya? Belum cukup menganiaya-nya di masa kecilnya, Carter masih serakah dan memeras uang darinya. Dia tidak ingin mendengar banyak omong kosong dari Carter dan mengeluarkan kartu kredit di dompetnya. Ini adalah kartu kredit yang berisi uang saku yang diberikan Hugo dulu. Candra tidak menggunakannya sejak meminta tinggal di tempat ini. “Ambil ini, pin-nya 1717100. Ada uang 1 juta dolar di dalamnya.” Mata Carter melebar menatap rakus kartu kredit di atas meja dan mengulurkan tangannya untuk mengambil kartu kredit itu. Candra menutup kartu kredit itu sebelum Carter bisa mengambilnya. “Tapi ... enyalah dari tempat ini. aku tidak peduli ke mana kamu pergi atau tinggal. Jika kamu berani muncul lagi di depanku atau kampusku, aku tidak akan memberikan apa pun padamu,” ancam Candra. Carter menyeringai. “Kamu mengancam ayahmu? Memangnya apa bisa kamu lakukan padaku? Kamu putriku, aku bisa mendatangimu sesukaku jika uang di kartu itu habis. Aku tetap ayahmu apa
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug