Sementara itu Candra sudah kembali ke kamar hotelnya dengan Marcus. Dia memandang kamar dengan hati-hati mencari keberadaan Marcus. Kamar itu kosong seperti yang dia tinggalkan semalam. “Kak ....” Tidak ada yang merespons. Candra dengan cemas mencari ke kamar mandi atau tempat lain, namun tidak menemukan Marcus. Dia mengingat sangar yang dia temui semalam dan mau tak mau bergidik. Dia panik dan takut kakaknya pergi dengan anggota geng mafia dan sakiti. Candra menghubungi nomor Marcus dengan panik. “Halo ....” Beberapa detik kemudian panggilan langsung terhubung. Candra mendesah lega begitu mendengar suara Marcus. “Kakak! Kamu di mana?! Kenapa kamu tidak menghubungiku semalam!” “Ugh ... maaf aku lupa,” balas Marcus dengan suara serak. “Ada apa dengan suaramu, kak? Kamu terdengar aneh,” kata Candra khawatir. “Tentu saja bodoh, aku baru bangun tidur.” Candra langsung cemberut dikatai bodoh. “Syukurlah kamu baik-baik saja, kupikir kamu diculik pria sangar tadi malam.” “Hmmm ...
“Putriku kuliah di kampus ini, sungguh! Namanya Candra Claus. Tolong panggilkan dia untukku, aku memberimu banyak uang saat putriku di sini.”“Tuan tolong hentikan omong kosongmu! Ada ribuan mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini, aku tidak bisa mencari putrimu satu persatu untukmu! Siapa yang tahu kamu seorang penipu dan mengganggu mahasiswi kami,” kata satpam yang menahan Carter sangat jengkel.“Sudah kubilang putriku dari manajemen bisnis! Salah satu temannya memberitahuku putri kuliah di sini dan tinggal di asrama suite! Dia gadis paling cantik! Panggilkan saja dia atau biarkan aku masuk!” seru Carter menggeram marah.Satpam itu mencibir, “Jika putrimu bisa berkuliah di sini, mengapa dia memiliki ayah seperti gelandangan! Kamu hanya seorang penipu. Sudahlah, pergi dari sini!” Satpam itu mendorong Carter dengan keluar dari gerbang kampus.“Kamu hanya satpam rendahan! Beraninya kamu mengusirku! Apa kamu tahu putriku itu keponakan pemiliki yayasan kampus! Saat aku menemukan putriku, a
Mengapa orang itu menjadi ayahnya? Belum cukup menganiaya-nya di masa kecilnya, Carter masih serakah dan memeras uang darinya. Dia tidak ingin mendengar banyak omong kosong dari Carter dan mengeluarkan kartu kredit di dompetnya. Ini adalah kartu kredit yang berisi uang saku yang diberikan Hugo dulu. Candra tidak menggunakannya sejak meminta tinggal di tempat ini. “Ambil ini, pin-nya 1717100. Ada uang 1 juta dolar di dalamnya.” Mata Carter melebar menatap rakus kartu kredit di atas meja dan mengulurkan tangannya untuk mengambil kartu kredit itu. Candra menutup kartu kredit itu sebelum Carter bisa mengambilnya. “Tapi ... enyalah dari tempat ini. aku tidak peduli ke mana kamu pergi atau tinggal. Jika kamu berani muncul lagi di depanku atau kampusku, aku tidak akan memberikan apa pun padamu,” ancam Candra. Carter menyeringai. “Kamu mengancam ayahmu? Memangnya apa bisa kamu lakukan padaku? Kamu putriku, aku bisa mendatangimu sesukaku jika uang di kartu itu habis. Aku tetap ayahmu apa
Lily terlalu memaksakan kehendaknya pada Paman Hugo.Tapi yang membuatnya lagi-lagi kecewa Hugo mengabaikannya di depan semua orang. Yah, karena hanya kekasih gelap yang tidak bisa ditunjukkan di depan umum, batin masam.Dia harus menahan kecemburuan dan kepahitan sebagai kekasih yang tidak bisa diungkap.“Ayo pergi,” kata Andrew menepuk pundak Marcus dan menatap Candra tersenyum.“Apa kamu ikut Candra? Aku harus mengantar barang-barang Tuan Hugo ke rumah tua,” Dia berkedip dengan nakal.Candra ingin mengangguk tapi Marcus memotong di sebelahnya.“Tidak usah, kami akan ke apartemenku,” kata Marcus lalu merangkul bahu adiknyaCandra menggigit bibir bawahnya memahan cemberut. “Aku akan kembali saja ke asramaku.”Moodnya hancur hari ini dan dia bete tidak ingin melakukan apa pun.“Kamu sudah jauh-jauh ke sini, hanya untuk kembali ke asrama? Kita sudah tidak bertemu selama seminggu, kamu tidak merindukanku? Aku membeli banyak oleh-oleh untukmu.”“Tentu saja aku merindukanmu, kak, tapi aku
“Paman, kapan kamu datang? Sudah berapa lama kamu di sini? kupikir kamu makan malam dengan Nona Walton dan orang tuamu.” Candra bertanya setelah menenangkan panas di pipinya. Dia menyandarkan dagunya di pundak Hugo dan menatap wajah tampan pria itu dengan tatapan memuja. Hugo sangat tampan, jantungnya selalu berdebar saat bersamanya. Candra sangat mencintainya hingga tidak tahan memikirkan berbagi pria yang dicintainya dengan wanita lain.Mendapat tatapan memuja dari gadis muda dan cantik menaikkan ego Hugo, dia memeluk pinggang gadis itu hingga tubuh mereka saling menempel. “Hm, aku melarikan diri,” balas Hugo memegang pinggang kecil Candra, salah satu tangannya mengelus paha Candra.Candra menatapnya dengan senang. “Apa ibumu membiarkanmu pergi?”“Tentu tidak, dia mungkin saat ini dia sedang kelabakan mencariku,” balas Hugo menyentil keningnya pelan.“Ibumu terlalu memaksakan kehendaknya padamu.”“Hm, dia hanya khawatir aku tidak akan menikah,” balas Hugo mengangkat bahu. “Bagaiman
Ini adalah hari pertama Candra masuk kelas setelah seminggu mengambil cuti. Dia menuju ke lokernya dengan Joy setelah kelas sorenya berakhir.“Aku baru sadar, di mana kamu beli gelang ini? Dari brand apa? Apa kamu membelinya saat di Paris?” Joy mengangkat lengan mungil Candra dan mengekspos gelang cantik di lengan di putihnya. Sekali lihat bahwa gelang itu sangat elegan dan mahal terbuat dari emas putih dengan permata berlian biru kecil.Candra menatap gelangnya dengan senyum manis. “Kamu tidak akan bisa membeli ini. Tidak ada yang menjual gelang ini di toko mana pun,” ujarnya mengelus gelangnya dengan penuh sayang.“Kenapa? Ini sangat cantik, aku mau juga.”“Ini dibuat khusus,” bisik Candra pelan saat mereka berjalan melewati beberapa mahasiswa yang nongkrong dekat loker.“Buatan khusus?! Wow, Candra kamu membuatku iri.” Joy mencolek pinggangnya. “Apa kekasihmu yang membelikannya.”Candra mengangguk sambil tersenyum.“Aku mau yang seperti Tuan Wallington, rata-rata cowok seumuran kit
“Aku tiga tahun berada di London dan di bawah umur, belum diizinkan untuk mengendarai mobil. Dan tidak ada siapa-siapa yang bisa mengajariku. Aku pernah minta diajari Marcus, tapi dia sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengajariku.”Hugo mengusap rambut dan mendesah. “Aku ceroboh memberimu hadiah mobil.”“Paman bisa mengajariku mengemudi mobil,” ujar Candra bersemangat.“Aku mau ... tapi waktu luangku terbatas,” balas Hugo mengusap rambut Candra lembut.Raut wajah gadis itu kecewa dan sedih yang membuat Hugo tidak tahan memandangnya.“Nanti ... aku akan mengajarimu mengemudi saat aku ada waktu luang atau akan meminta Andrew mencari guru privat untuk mengajarimu mengemudi mobil.”Senyum Candra kembali dan dia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mencium pipi Hugo. “Terima kasih, Paman. kamu yang terbaik!”Hugo menatapnya lembut dan mencium bibirnya. Candra ingin memperdalam ciumanya namun Hugo sudah menarik bibirnya dan menyeringai.Candra menatapnya tidak puas.“Nanti. Kita masi
Mereka berhenti di salah satu restoran italia yang cukup terkenal.Candra keluar dari mobil dan menghampiri Hugo sambil melingkari tangannya di lengan pria itu. Hugo hanya meliriknya, tidak menepis tangan gadis itu dan membawanya masuk ke restoran.Seorang pelayan menyambut mereka dan membawa keduanya ke salah satu meja yang dekat dengan jendela.“Apa yang ingin kamu pesan?” tanya Hugo melihat-lihat buku menu, sementara pelayan berdiri di samping mereka dengan sebuah catatan di tangannya.Candra memandang buku-buku menu dengan ekspresi bingung. Ini pertama kali dia makan di restoran italia dan tidak mengenal nama-nama menu di buku itu. Dia hanya mengenali pasta dan menunjuk salah satu pasta.“Aku pesan pasta,” kata Candra.Hugo meliriknya lalu menyebutkan pesanannya, dengan tambahan lagsana untuk Candra dan satu botol wine Italia.Pelayan mencatat pesanan mereka. “Baiklah mohon menunggu,” dia memberi senyum bisnis sebelum berjalan meninggalkan meja mereka.Candra sangat senang hari in