Jika Hugo tidak menyembunyikan hubungan mereka, dia tidak akan menjadi kekasih gelapnya. Candra akan dengan bangga pamer di depan Marcus.Hugo tidak berkomentar dan menyesap kopinya selama beberapa saat. “Jika ada yang menyebutmu murahan, beritahu aku. Aku akan menutup mulut mereka.”“Aku yang menyebut diriku murahan. Tidak ada orang lain,” balas Candra getir. Lagian siapa yang tahu hubungan mereka dan menghinanya karena murahan.“Loh, Hugo ....”Keduanya menoleh melihat seorang wanita menghampiri mereka.“Liera ....” Hugo mengerut kening pada wanita yang menghampiri mereka.Candra langsung menyusut menundukkan kepalanya dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang.“Ternyata memang kamu. aku sudah mencarimu ke mana-mana,” kata Liera duduk di salah satu kursi kosong. Lalu menatap gadis di depan Hugo. “Candra ya, kamu juga ada di sini ....”Candra mengangkat kepalanya dan memandang Liera dengan senyum sopan.“Nona Walton, apa kabar?”“Wow, sikap sopan dari mana ini,” goda Liera, n
Candra kembali ke kamar hotel sendirian. Dia mengurung diri di kamar, bergelut dengan ketakutan dan kecemasannya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan ancaman Liera dan ayah kandungnya. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa menyembunyikan tentang ayah kandungnya dari Paman Hugo. Candra juga takut menghadapi Carter dan kekejamannya. Apakah datang ke Paris sebuah kesalahan? Dia belum selesai dengan masalah ayah kandungnya, dan itu belum cukup. Fakta bahwa dia hanya salah satu wanita yang bersama Hugo dan wanita lain yang sedang mengandung anak pria yang dicintainya sangat mengganggu hatinya, kini hadir Liera yang mengancam ayah kandungnya membuat Candra di landa ketakutan. Semua masalah ini membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Mengapa semua ini harus terjadi padanya? Kesalahan apa yang telah dia perbuat hingga harus menerima semua ini? “Apa yang terjadi padamu?” Sebuah suara menginterupsi pikiran kacau Candra disertai cahaya terang yang tiba-tiba menerangi kamar itu. Candra men
Candra mencoba keluar dari kamar hotel karena mengkhawatirkan Marcus dengan orang asing itu. tapi pintu itu di tahan dari luar. Tapi tak lama kemudian Marcus kembali masuk ke dalam kamar.“Apa yang terjadi? Siapa orang di luar itu?” tanya Candra menatap kakaknya khawatir dan mengintip keluar. Pria besar seperti beruang masih ada di luar kamar.Marcus menghalangi pandangan Candra dan menutup pintu di belakangnya.“Bukan siapa-siapa, hanya seorang kenalan.”“Benarkah? Orang itu terlihat tidak baik dan sangar. Apa kamu terlibat dengan geng mafia?” kata Candra khawatir dan curiga.Marcus mencoba tertawa. “Geng mafia apaan? Jangan berpikir aneh-aneh.” Dia menyentil kening adiknya.Namun Candra dapat merasakan Marcus tegang.“Candra, aku akan keluar sebentar. Kamu tetap di dalam kamar dan pesan saja makanan untuk di antar di kamar. Jangan ke mana-mana, okey?”“Kenapa? Kamu sungguh tidak terlibat dengan geng mafia, kan?” Candra menatap Marcus ngeri.Marcus menyentil keningnya agak keras. “Ti
“Tempo hari Nyonya Wallington datang menemuiku di kampus. Aku berbicara cukup lama, dia ... ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington agar aku menjadi adik perempuanmu,” kata Candra masam.Gerakan tangan Hugo di punggungnnya sesaat berhenti, dia mengalihkan pandangannya memandang wajah Candra. Keningnya berkerut saat dia berkata, “Lalu apa yang kamu jawab?”“Aku tidak bisa menolak Nyonya Wallington dengan kasar. Aku meminta dia untuk persetujuan Paman jika ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington. Paman, apa yang kamu lakukan jika Nyonya Wallington ingin mengadopsiku ke keluarga Wallington? Aku tidak mau menjadi adik perempuanmu,” kata Candra dengan wajah cemberut.“Tentu aku tidak akan membiarkanmu menjadi adikku. Siapa yang cukup gila meniduri adiknya,” kata Hugo masam.Candra mendesah dan menyandarkan pipinya di dada Hugo. “Tapi bagaimana Nyonya Wallington tetap bersikeras ingin aku diadopsi ke keluarga Wallington? Nyonya Wallington tampaknya dia tidak menyukaiku dan tidak ingin
Sementara itu Candra sudah kembali ke kamar hotelnya dengan Marcus. Dia memandang kamar dengan hati-hati mencari keberadaan Marcus. Kamar itu kosong seperti yang dia tinggalkan semalam. “Kak ....” Tidak ada yang merespons. Candra dengan cemas mencari ke kamar mandi atau tempat lain, namun tidak menemukan Marcus. Dia mengingat sangar yang dia temui semalam dan mau tak mau bergidik. Dia panik dan takut kakaknya pergi dengan anggota geng mafia dan sakiti. Candra menghubungi nomor Marcus dengan panik. “Halo ....” Beberapa detik kemudian panggilan langsung terhubung. Candra mendesah lega begitu mendengar suara Marcus. “Kakak! Kamu di mana?! Kenapa kamu tidak menghubungiku semalam!” “Ugh ... maaf aku lupa,” balas Marcus dengan suara serak. “Ada apa dengan suaramu, kak? Kamu terdengar aneh,” kata Candra khawatir. “Tentu saja bodoh, aku baru bangun tidur.” Candra langsung cemberut dikatai bodoh. “Syukurlah kamu baik-baik saja, kupikir kamu diculik pria sangar tadi malam.” “Hmmm ...
“Putriku kuliah di kampus ini, sungguh! Namanya Candra Claus. Tolong panggilkan dia untukku, aku memberimu banyak uang saat putriku di sini.”“Tuan tolong hentikan omong kosongmu! Ada ribuan mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini, aku tidak bisa mencari putrimu satu persatu untukmu! Siapa yang tahu kamu seorang penipu dan mengganggu mahasiswi kami,” kata satpam yang menahan Carter sangat jengkel.“Sudah kubilang putriku dari manajemen bisnis! Salah satu temannya memberitahuku putri kuliah di sini dan tinggal di asrama suite! Dia gadis paling cantik! Panggilkan saja dia atau biarkan aku masuk!” seru Carter menggeram marah.Satpam itu mencibir, “Jika putrimu bisa berkuliah di sini, mengapa dia memiliki ayah seperti gelandangan! Kamu hanya seorang penipu. Sudahlah, pergi dari sini!” Satpam itu mendorong Carter dengan keluar dari gerbang kampus.“Kamu hanya satpam rendahan! Beraninya kamu mengusirku! Apa kamu tahu putriku itu keponakan pemiliki yayasan kampus! Saat aku menemukan putriku, a
Mengapa orang itu menjadi ayahnya? Belum cukup menganiaya-nya di masa kecilnya, Carter masih serakah dan memeras uang darinya. Dia tidak ingin mendengar banyak omong kosong dari Carter dan mengeluarkan kartu kredit di dompetnya. Ini adalah kartu kredit yang berisi uang saku yang diberikan Hugo dulu. Candra tidak menggunakannya sejak meminta tinggal di tempat ini. “Ambil ini, pin-nya 1717100. Ada uang 1 juta dolar di dalamnya.” Mata Carter melebar menatap rakus kartu kredit di atas meja dan mengulurkan tangannya untuk mengambil kartu kredit itu. Candra menutup kartu kredit itu sebelum Carter bisa mengambilnya. “Tapi ... enyalah dari tempat ini. aku tidak peduli ke mana kamu pergi atau tinggal. Jika kamu berani muncul lagi di depanku atau kampusku, aku tidak akan memberikan apa pun padamu,” ancam Candra. Carter menyeringai. “Kamu mengancam ayahmu? Memangnya apa bisa kamu lakukan padaku? Kamu putriku, aku bisa mendatangimu sesukaku jika uang di kartu itu habis. Aku tetap ayahmu apa
Lily terlalu memaksakan kehendaknya pada Paman Hugo.Tapi yang membuatnya lagi-lagi kecewa Hugo mengabaikannya di depan semua orang. Yah, karena hanya kekasih gelap yang tidak bisa ditunjukkan di depan umum, batin masam.Dia harus menahan kecemburuan dan kepahitan sebagai kekasih yang tidak bisa diungkap.“Ayo pergi,” kata Andrew menepuk pundak Marcus dan menatap Candra tersenyum.“Apa kamu ikut Candra? Aku harus mengantar barang-barang Tuan Hugo ke rumah tua,” Dia berkedip dengan nakal.Candra ingin mengangguk tapi Marcus memotong di sebelahnya.“Tidak usah, kami akan ke apartemenku,” kata Marcus lalu merangkul bahu adiknyaCandra menggigit bibir bawahnya memahan cemberut. “Aku akan kembali saja ke asramaku.”Moodnya hancur hari ini dan dia bete tidak ingin melakukan apa pun.“Kamu sudah jauh-jauh ke sini, hanya untuk kembali ke asrama? Kita sudah tidak bertemu selama seminggu, kamu tidak merindukanku? Aku membeli banyak oleh-oleh untukmu.”“Tentu saja aku merindukanmu, kak, tapi aku