Halo apa kabar reader, maaf author up dikit karena masih buntu ide. Bagaimana menurut kalian tentang cerita bab ini? Author ada rencana lanjut dengan cerita Hugo yang berbau sugar daddy? Beri pendapat kalian di kolom komentar ya🥰
Aiden dan Iris meninggalkan negara S, kembali ke York City. Bibi Lina dan Bibi Marry menyambut mereka dengan senang setelah Iris hampir satu bulan tidak kembali dari negara S dan kehilangan kontak. Setelah melepas rindu, Iris naik ke kamarnya karena lelah dengan perjalanan pesawat dan membiarkan Bibi Marry mengurus Dimitri.“Akhirnya di rumah lagi.” Iris menghempaskan tubuhnya di kasur yang sangat yang sangat dikenalinya dengan bahagia.“Aku sangat merindukan ini,” desahnya berguling-guling di kasur. Dia tidak pernah merasakan kenyamanan di kamar saat Hugo menahannya di kediaman Wallington.Aiden melepaskan mantelnya sambil tersenyum memandang Iris. Dia mendekati wanita itu sebelum menindihnya dengan tubuh besarnya. Dia menopang tubuhnya dengan sikut agar tidak menimpa Iris dengan berat badanya.“Ah!” Iris spontan menahan dadanya. “Aduh mengagetkan saja,” gerutunya memukul dada Aiden pelan.Aiden terkekeh memandang wajahnya lembut.“Senang berada di rumah?” Dia mengelus rambut Iris da
Untung Iris tidak melepaskan gaunnya, hanya bagian bawahnya yang berantakan diacak-acak oleh Aiden. Dia masih terlihat rapi.“Mommy di mana Daddy ....” Mata Dimitri menatap ke dalam kamar orang tuanya, tapi hanya melihat ibunya di tempat tidur dan ada gumpulan besar selimut di bawah pinggang Iris.Iris menahan suara erangannya dan merutuk Aiden karena tidak berhenti di bawah sana. Dia mencoba mendorong wajah Aiden di bawah sana, tapi pria itu semakin menjadi-jadi dan menggodanya dengan isapan di sana-sini.“Mommy ... di mana daddy?” Dimitri bertanya sekali lagi sambil memasuki kamar orang tuanya.“Daddy sedang mandi. Dimitri jangan masuk dulu.” Iris berteriak menghentikan putranya dengan gelisah. Pipinya memerah padam karena malu dan mati-matian menahan suaranya agar tidak mendesah karena kenikmatan yang melanda tubuhnya.Dimitri berhenti dan menatap Iris sambil memiringkan kepalanya. “Mommy, kenapa? Wajah Mommy merah dan berkeringat. Mommy sakit lagi?” Dimitri bertanya cemas ingin na
Raut wajah kakek Billy menjadi gelap ketika Iris disebutkan. Wanita itu sudah membuatnya kehilangan reputasi dan kepercayaan dewan direksi.“Apa wanita itu lebih penting dari pada kakekmu ini? Lamu lupa aku yang sudah membantumu menjadi Presdir. Kamu jangan lupa itu!” seru Kakek Billy menghentakkan tongkatnya di lantai dengan keras.Aiden menatapnya tanpa ekspresi dan dingin, tidak menanggapi ucapan kakek Billy.Kakek Billy terlihat gelisah di bawah tajam menusuk Aiden. Dia mengangkat dagunya mencoba terlihat mengintimidasi di depan Aiden.“Aku tidak akan berbasa-basi. Tujuanku ke sini agar kamu berbicara pada dewan direksi. Mereka sekarang tidak menghormatiku karena ulah istrimu.” Kakek Billy benar-benar marah. Dewan Direksi kebanyakan adalah kerabat keluarga Ridley. Tindakan yang dilakukan kakek Billy membuatnya tidak disukai karena licik merampok saham Aiden saat pria itu sedang koma dan mendominasi RDY Group.Apa yang terjadi hari itu menjadi skandal keji dan dia kehilangan keperc
Sejak kembali dari negara S, Iris tidak lagi bekerja. Aiden menyuruhnya beristirahat sejenak untuk merawat kandungannya.Iris sama sekali tidak keberatan karena dia menjadi memiliki banyak waktu untuk bersama putranya dan merawat kandungannya tanpa tertekan dengan pekerjaan.Bahkan jika Iris tidak bekerja, dia memiliki banyak warisan yang ditinggalkan Lilian dan saham yang dia miliki di WLT Group tidak pernah berubah. Dia tidak sepenuhnya bergantung dinafkahi Aiden.Saat itu hampir jam 11.30 Iris hendak menjemput Dimitri. Tapi dia berhenti sejenak di perusahaan RDY Group untuk mengantar makan siang pada suaminya.Dia mencoba menelepon Aiden, tapi tidak diangkat. Iris memutuskan untuk datang sendiri ke kantor Aiden.“Anda siapa? Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke ruang Presdir.” Peter berdiri melihat seorang wanita yang tampak asing masuk ke kantor Aiden.Iris menatapnya datar. “Kamu tidak mengenaliku?” Mendengar suara Iris, mata Peter melebar terkejut.“Nyonya, apa kabar?” Peter bu
“Sayang, aku dengar ada di sini hari ini.”Iris mendongak melihat Aiden berjalan menghampirinya sambil melepas jas kerja.“Ya, aku datang mengantar makan siang, sekalian makan siang bersamamu.”“Ah, kebetulan aku sangat lapar sekali.” Aiden terlihat senang dengan kunjungan Iris meski dia merasa lelah usai rapat dengan dewan direksi.Aiden membungkuk mencium kening Iris sebelum duduk di sebelahnya.“Apa yang kamu bawa hari ini?” Dia melibat lengan kemejanya dan membantu Iris mengeluarkan kotak bento dari dalam tas.“Omelet kesukaanmu dan sup ayam.”“Aku lapar sekali sayang, terima kasih.” Aiden menghargai usaha istrinya dan meraih dagunya sebelum mengecup bibirnya dengan penuh kasih sayang.Iris menatapnya cukup lama setelah Aiden melepaskan ciumannya.“Ada apa?” tanya Aiden melihat Iris menatapnya cukup lama.“Apa kamu tidak jijik?”“Jijik? Jijik kenapa?” Iris cemberut menunjuk wajahnya. “Aku menjadi dekil dan hidungku mengembang,” ujarnya dengan ekspresi sedih.Aiden tertawa mendeng
Aiden pulang dari awal sore itu. dia melihat istrinya duduk di ruang tamu sambil membaca sebuah makalah di sofa. hatinya menghangat dan rasa lelah yang dia rasakan seolah lenyap sang istri di ruang tamu seperti menunggunya.Aiden melonggarkan dasinya dan melepaskan jas kerjanya sambil berjalan mendekati Iris. Wanita itu tampak sedang fokus membaca makalah hingga tidak mendongak ketika Aiden mendekatinya.“Apa yang kamu baca,” bisiknya duduk di sebelah Iris sambil mencium keningnya.Iris tersentak kaget, makalah di tangannya terlempar jatuh dari tangannya.“Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkan kamu,” kata Aiden melihat Iris sangat kaget. Dia menunduk meraih makalah yang jatuh di lantai.“Jangan dilihat!” seru Iris terlihat panik dan buru-buru meraih makalah itu dari tangan Aiden.Aiden mengangkat alis dengan ingin tahu melihat reaksinya dan menjauhkan makalah itu dari Iris.“Apa yang kamu baca hingga begitu panik?” Dia menjaukan makalah itu dari jangkauan Iris dan membaca isinya.“K
“Dimi, Daddy sudah bilang padamu. Mommy sedang bayi adik perempuanmu di perut, kamu jangan menabrak Mommy agar Mommy tidak kehilangan adik perempuanmu, paham?” kata Aiden tegas pada putranya.Mata Dimitri melebar merasa sudah membuat ayahnya marah. Dia mengangguk dengan ekspresi bersalah memandang Iris. “Maaf Mommy, aku tidak akan melakukannya lagi.”Iris tersenyum mengelus rambut Dimitri. “Tidak apa-apa sayang. Lain kali hati-hati.”Dimitri mengangguk dengan senyum lebar. “Iya Mommy.”Aiden mengacak rambutnya dengan senyum tipis membawa istri dan putra ke atas.......Pesta berjalan cukup lancar dan lama. rekan-rekan bisnis tidak mengizinkan Aiden pulang lebih awal dan mengajaknya minum di bar. Mereka bersenang-senang minum di bar yang disediakan di hotel setelah pesta berakhir. Aiden tidak bisa menolak karena dia membutuhkan koneksi mereka dan memberitahu Iris bahwa dia tidak akan pulang dan menginap di hotel.Merasa dirinya sudah cukup mabuk, Aiden berjalan ke kamar hotel yang su
“Maaf sudah membangunkan kamu. tidurlah lagi,” bisik Aiden mencium keningnya dan mendorong Iris untuk kembali berbaring dengan lembut.Tapi Iris tidak bisa tidur setelah bangun. dia mencium bau alkohol dari tubuh Aiden.“Kamu mabuk? Bukankah kamu bilang tidak akan pulang malam ini?” tanya Iris ingin tahu.“Tidak ada tempat senyaman rumah. aku ingin tidur di kamarku dan memeluk istriku.” Aiden menguap dengan manja menggosok kepalanya di pundak Iris dan menghirup aroma tubuh wanita itu penuh kerinduan.Iris merasa hangat dalam hatinya. “Jangan tidur dulu, aku akan siapkan air hangat agar kamu mandi.”“Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu kembalilah tidur,” kata Aiden melepaskan tuxedo pesta di tubuhnya sebelum melemparkan jas itu ke kursi terdekat dan terhuyung berjalan ke kamar mandi.Iris menggelengkan kepalanya dan turun dari tempat tidur. dia mengambil tuxedo Aiden untuk diletakkan di keranjang. Dia tiba-tiba berhenti ketikan mencium arom parfum wanita yang tampak asing