“Candra!”Candra memejamkan mata dan menggeleng kepala putus asa terus berlari menjauh dari Carter. dia menabrak beberapa orang yang dia lewati tanpa meminta maaf.“Dasar anak sialan!” Suara Carter meraung di belakangnya membuatnya gemetar ketakutan. Candra melihat ke depan melihat Lorcan dan beberapa teman-temannya baru keluar dari kafe. Dia bergegas berlari ke arah Lorcan.“Lorcan!”Lorcan segera menoleh dan terkejut melihat Candra berlari ke arah dengan wajah bengkak.Candra langsung memeluk pria itu dan bersembunyi di belakangnya. “Tolong aku,” bisiknya terisak bersembunyi di belakang punggung Lorcan.Lorcan sangat terkejut. Keterkejutan langsung terjawab ketika seorang paruh bayah berhenti di depan mereka dengan wajah marah.“Anak kurang aja! Beraninya kamu kabur dariku!” Carter meraung murka mengulurkan tangannya untuk menarik Candra dari Lorcan.Lorcan langsung melindungi Candra di belakang punggungnya dan menepis tangan pria paruh baya berpakaian lusuh. Teman-temannya yang la
“Candra, kamu sebaiknya mengambil cuti kuliah. Ayahmu sudah tahu kamu kuliah di kampus ini dan akan terus mendatangimu di kampus,” ujar Lorcan begitu mereka sampai di depan gedung apartemen Marcus sesuai yang diminta Candra. Dia tidak ingin kembali ke kampus di mana Carter bisa mendatanginya kapan saja. Candra mengangguk lemah. “Ya, terima kasih sudah mengantarku, Lorcan.” Lorcan menatapnya prihatin. “Apa sungguh tidak ingin di periksa ke rumah sakit? Wajahmu membengkak, bibirmu juga berdarah,” ujarnya dengan ekspresi serius menatap pipi kiri Candra yang memar dan serta sudut bibirnya robek di bawah penerangan lampu parkiran. Bengkak di wajah gadis itu terlihat mengerikan membuat siapa pun yang melihat meringis.“Tidak perlu, aku hanya perlu mengompres dan bengkaknya akan hilang,” balas Candra meraba pipinya yang masih terasa menyengat akibat pukulan Carter.Dia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Carter sungguh ayah kejam. Andai Marcus ada di sini, tidak akan mengalami
Candra membelalak menatapnya kesal. Ucapan Hugo seolah menuduhnya berselingkuh. “Memangnya apa pedulimu? Kita sudah berakhir! lepaskan aku!” serunya berusaha melepaskan tangan Hugo dari pinggangnnya dan meronta dalam pelukan tubuh pria itu.Hugo sangat kuat dan tidak melepaskannya. Candra bertubuh mungil dan pendek. Hugo hanya seperti memeluk boneka pandang besar. perlawanan Candra hanya menggelikan Hugo.Hugo tiba-tiba menangkup belakang kepala Candra sebelum menunduk mencium bibir gadis itu tanpa ragu-ragu.Rasanya sudah lama sekali sejak dia mencium bibir lezat gadis itu. Hugo dapat merasakan kerinduan langsung meluap ketika menyentuh bibir lembutnya. Dia tidak bisa berhenti ketiak bibir mereka bersentuhan. Gadis itu sangat manis, bibirnya lembut dan lezat. Dia menghisap bibir Candra sebanyak dia merindukannya hingga terasa menyakitkan.Hugo hampir dia menghisap kedua bibirnya dan menciumnya terus menerus dengan agresif seolah-olah dia ingin memakan bibir gadis itu. Hugo menciumnya
“Tidak, aku ingin kamu tetap di sisiku, Candra.” Hugo sudah membesarkan gadis kecilnya dari umur 12, bagaimana dia bisa rela gadis itu pergi darinya? Dia adalah miliknya. “Lalu apa yang kamu berikan padaku, Paman?” Candra berkata putus asa. “Kamu akan menikah dan memiliki anak sendiri. Aku tidak mau menjadi simpanan,” desisnya. Entah harus berapa kali dia membahas ini, Candra sudah sangat lelah. Hugo tiba-tiba membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan. “Apa yang inginkan? Aku akan memberikan apapun padamu selama kamu tetap di sisiku.” Candra tersenyum pahit. Apa yang dia inginkan, pria itu tidak akan bisa memberikannya. “Kamu tahu jelas apa yang aku inginkan, Paman,” bisiknya lirih. Hugo memandang sesaat sebelum menundukkan kepalanya. bibirnya berhenti beberapa inci di atas bibir gadis itu. “Aku tidak akan menikah dengan Liera. Aku tidak akan menikah Candra. Jika kamu ingin aku memperkenalkanmu sebagai kekasihku, akan kulakukan. Tetaplah di sisiku, Candra,” bisiknya men
Hugo memeluknya erat dan menghirup leher jenjang gadis itu dalam. “Masih terlalu pagi. Lima menit lagi,” bisiknya serak mencium kulit lehernya.Tubuh Candra meremang dan gelisah. benda keras yang menusuk pantatnya tidak melunak sama sekali, bahkan lebih keras saat Hugo bangun.Dia berusaha meronta yang hanya membuat pria itu memeluknya semakin erat, tidak mau memelepaskannya. Tenaga Candra tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Hugo.Dia menyerah dan berbalik memandang Hugo cemberut. Hugo tetap tidak melepaskannya saat Candra berbalik. Posisi ini saling berhadapan, Hugo dapat merasakan keintiman mereka dan memeluk tubuh Candra erat ke dadanya.“Apa kamu tidak berangkat kerja, Paman?” ujar Candra gelisah meletakkan tangannya di dada Hugo, berusaha mendorongnya untuk memberi jarak. Dada mereka saling menempel, serta batang keras Hugo menggosok pinggulnya. Pipinya memerah. Mengapa pria itu sudah ereksi pagi-pagi?“Tidak, aku bisa mengambil cuti hari ini dan menghabiskan waktu bersamam
Setelah lahir, anak itu dipaksa berpisah dengan ibunya, serta tidak pedulikan oleh ayah kandungnya. Candra tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa kehadiran sosok ibu dan seorang ayah yang tidak pernah peduli.Sebagai anak yatim piatu, hati Candra sangat sensitif dan peka jika ada anak lain bernasib seperti dirinya.Candra akan menjadi orang yang egois memisahkan seorang anak dari ibunya dan mengambil kasih sayang ibunya. “Apa kamu peduli dengan anak itu? Jika begitu, kita bisa bersama membesarkannya.”Hugo tahu tidak nyaman jika kekasihnya mengetahui dia memiliki anak dari wanita lain, karena itu berusaha terlihat tidak peduli di depan Candra.Candra menggigit bibir tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanya. “Paman terlalu menganggap semua ini sepele. Apa kamu tidak peduli perasaan semua orang yang terlibat?”Sikap Hugo seolah menganggampakan semua masalah ini. Dia egois dan tidak peduli dengan orang lain, pikir Candra masam. Bagaimana dia bisa mencintai orang yang seperti itu?Hugo
Candra mengikuti Hugo ke rumah sakit. Itu adalah rumah sakit persalinan terbaik di negara ini.Dia berhenti memandang gedung rumah sakit persalinan dengan wajah tanpa ekspresi. Dia menduga bahwa Tiffany di rawat di rumah sakit ini.Candra menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memasuki gedung rumah sakit. Dia kehillangan jejak Hugo dan menanyakan kamar Tiffany di meja resepsionis. Rupanya Tiffany di rawat di kamar VVIP dengan perawatan dokter terbaik menunjukkan betapa Hugo dan keluarga Wallington menghargai anak di perutnya.Plak!Candra tiba-tiba berhenti dan berkedip terkejut melihat sosok Hugo yang ditampar oleh seorang pria yang terlihat sangat tua. Dia segera bersembunyi di vas hias besar.“Apa kamu bilang? Katakan sekali lagi!” bentak Alphard menunjuk Hugo marah.Lily cemas menahan lengan suaminya agar tidak memukul Hugo. “Hugo, apa kamu lakukan? Cepat minta maaf pada ayahmu,” ujarnya cemas.Hugo memalingkan wajah menatap sang Ayah tanpa ekspresi. “Aku tidak akan menikah
“Aku tidak akan membiarkan kamu mengacaukan hidupmu lagi. Jika kamu menolak menikah dengan Liera dan tidak memberi anakmu status anak sah, siap-siap saja aku akan menghancur hidup Candra Claus! Selamanya kamu tidak akan bisa melihatnya!” “Ayah jangan berani kamu menyentuhnya!” desis Hugo mengancam. “Kamu mengancam ayahmu?” Wajah Alphard memutih karena marah. Dia tiba-tiba memegang belakang kepalanya dan mengerang. “Sayang!” “Ayah!” Alphard bersandar di dinding dan menepis tangan putranya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya. Lily hampir menangis melihat wajah suaminya yang pucat pasi. Dia menghadap Hugo dan menampar putranya. “Mau sampai kapan kamu terus menentang ayahmu dan keras! Kamu egois, apa kamu tidak melihat ayahmu sedang tidak sehat? Kamu ingin ibu dan ayahmu mati demi anak yatim itu!” Hugo menunduk dan menggertak gigi. Dia tidak menanggapi ucapan Lily. Candra tidak perlu mendengar lagi. nasibnya sudah diputuskan. Dia tidak akan pernah bisa bersama