Share

Menyesal

Author: Ullashaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kini Alesha berada di dalam kamar mandi, setelah ia bangun saat pagi buta dan diam-diam pergi saat Arsen masih tertidur lelap di sampingnya. Hati Alesha sangat hancur. Ia pun masuk ke dalam bath up dan menyalayakan shower. Ia membiarkan air yang sangat dingin mengguyur sekujur tubuhnya berharap derasnya air shower bisa menumpahkan segala sesaknya dengan menangis.

Alesha memeluk tubuh polosnya.

“Penipu, katanya nggak akan ngelakuin itu. Tapi apa ini?” ucapnya dengan amarah yang sangat menggebu.

Pikiran Alesha sudah terbang ke beberapa hal. Entah bagaimana nasib ia ke depannya setelah ini.

Alesha semakin meringis, “aku kotor, aku kotor,” histerisnya

Sementara itu, Arsen menggeliat dalam tidurnya. Tangannya meraba ke sisi tempat tidur. Seketika Arsen terperanjat saat ingat perbuatan yang ia lakukan semalam. Ia langsung bangun dan mengedarkan pandangan ke segala arah. Tapi Arsen tidak menemukan orang yang di maksud.

Baru mau mencari Alesha, ia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Disusul suara isak tangis, membuat hati Arsen mencelos.

“Ya ampun,” gumamnya pelan. “Apa yang sudah saya lakukan padanya?” ucapnya berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Sampai Arsen ingat. Kalau dirinya semalam benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Arsen jelas mengingat kalau perubahan tubuhnya terjadi setelah ia meminum minuman di kirim ke kamarnya. Tanpa pikir panjang lagi, Arsen mengenakan asal kaos yang ada di lantai dan langsung menghubungi asistennya.

/Pagi tuan ... ada yang bisa saya bantu?/

“Cepat cari pelayan yang mengirim minuman ke kamar saya, semalam!!” titahnya

/Pelayan? Maksud tuan apa ya? biar saya bisa langsung cari tahu./

Arsen menceritakan kronologi yang terjadi. Dengan kekesalan begitu menggebu, ia memerintah asistennya untuk menemukan pelayan itu sekarang juga. Karena ada yang harus di urus sekarang juga dan Arsen nggak mau membiarkan pelayan itu pergi begitu saja setelah membuat dia berada di posisi kayak gini.

***

Tak lama selesai menghubungi asistennya, Arsen mendengar pintu kamar mandi terbuka. Ia menoleh dan melihat Alesha keluar dengan menggunakan gamis dan kerudung yang menutup rambutnya. Seketika rasa sesal menyelimuti hati Arsen saat melihat mata Alesha yang sangat sembab.

“Saya minta maaf—

Alesha tidak menjawab bahkan menoleh sama sekali. Perempuan itu hanya melewati Arsen saja membuat laki-laki itu menghela napas.

“Saya minta maaf, saya tahu kalau saya sudah ingkar dan menipu kamu. Tapi ini diluar kendali saya. Karena saya tidak tahu kenapa tiba-tiba badan saya bisa terangsang seperti semalam. Tapi, sekarang saya sedang mencari tahu apa yang terjadi semalam. Jadi, kamu tenang saja. Masalah ini pasti terungkap kok dalanya. Jadi tunggu saja ya.”

Alesha mengepalkan tangan.

“Pelaku memang bisa ketemu tapi keperawanan aku nggak akan pernah bisa kembali,” ucap Alesha penuh penekanan yang mana membuat Arsen semakin merasa bersalah.

Melihat tak ada niat baik dari Alesha membuat Arsen memilih untuk diam dan memberi Alesha waktu dulu untuk tenang. Akhirnya Arsen memilih masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Menyegarkan otaknya, berusaha untuk menghilangkan rasa bersalah yang mengikat jiwanya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Tapi sarapan yang ada di meja sama sekali tak tersentuh. Entah Arsen atau Alesha, keduanya sama-sama enggan untuk mendekati makanan dan melipir sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Terlebih Alesha yang sejak tadi tak berhenti mengucapkan istigfar di dalam hatinya.

“Tidak usah menyesal seperti tadi,” ucap Arsen memecah keheningan. “Mau bagaimana juga, kamu itu istri saya dan tugas istri itu melayani suaminya. Jadi cepa atau lamba saya akan melakukannya. Jadi, tidak usah sok terkejut seperti itu.”

Alesha menatap nyalang dan mendesis, marah.

“Tapi nggak giu awalnya, kamu yang bilang sendiri semalam kalau nggak akan pernah nyentuh saya. Terus apa ini?” sentak Alesha dengan sangat kesal. “Harusnya kamu juga tahu kalau saya dipaksa untuk menikah. Semalam saya masih santai, mengerjakan semua tugas tapi besoknya saya udah ada di sini, tempat yang sama sekali nggak saya ketahui dan yang lebih parahnya saya di nikahkan!” ucapnya penuh penekanan. “Kemudian ... saya di serang fakta, kalau ibu saya menjual anaknya sendiri?”

Ia mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

“Saya cuman berharap ada satu orang baik aja di sini yang bisa jelasin ke saya semua ini. Karena sungguh saya nggak paham apa yang terjadi di sini.”

Alesha kembali menangis. Suaranya seolah tercekik menandakan ia benar-benar sangat sakit sama peristiwa ini.

“Saya minta maaf.”

Alesha menggeleng pelan. “Semuanya nggak bisa mengembalikan saya seperti semula.”

“TERUS SAYA HARUS APA!” bentak Arsen tidak tahan. “Memangnya kamu kira, kamu sendiri yang pusing? Saya juga pusing. Saya juga bingung, bukan seperti ini yang saya rencanakan. Saya pusing karena ada penyusup yang berhasil masuk dan memberikan minuman laknat itu. Di sisi lain saya harus menerima amukan kamu. Memangnya saya tidak pusing—

Tok ... Tok ... Tok ...

Arsen mengerang kasar dan langsung membuka pintu.

“Pagi tuan ...”

“Hmm.”

Seseorang berpakaian jas masuk dan menarik paksa laki-laki yang berpakaian cukup rapih. Pria berjas itu melempar orang yang dibawanya hingga terjerambab ke dekat Alesha. Perempuan itu spontan melangkah mundur dan memandang mereka.

“Saya sudah menemukan orang yang di perintah tuan dan dia ini penyusup yang masuk sebagai pelayan hotel dan memberikan minuman kepada kalian. Tapi sejak tadi dia tidak menjawab dan terus diam. Jadi, saya terpaksa membawanya ke sini.”

Arsen mengangguk dan mendatangi laki-laki itu yang masih di lantai tanpa berani menatap ke semua orang di sana. Dengan langkah kecil, Arsen sengaja berjalan memutarinya.

“Jadi ... anda mau mengatakan sendiri atau saya paksa untuk menyebutkan orang yang menyuruh anda melakukan ini.”

Orang itu masih diam.

Arsen menyeringai, ia berjalan mendekati laki-laki itu dan berhanti tepat di depannya. Dengan beringas Arsen mencekik dan menatap langsung pelaku tersebut.

“Sekali lagi saya tanya! Mau jelasin sendiri atau saya paksa!” paksanya lagi. “Oh. Masih mau diam?”

Dengan sengaja Arsen menginjak kakinya dan diputar dengan sangat kuat. Alesha sampai menoleh ke arah lain, tidak berani menatapnya secara langusng.

Arsen semakin mencekik dan menginjak kakinya dengan sangat kejam. Tak pikir panjang, orang itu memberikan isyarat kepada Arsen untuk berhenti.

“Nyonya Chika, saya mohon ... lepasin saya, saya sudah jujur.”

Detik itu juga dunia serasa terhenti, Alesha mendengar nama orang yang sangat ia kenal terlontar dari mulut laki-laki itu. Ia menatap semua orang dewasa di sana. Kepalanya semakin pening dan bayangan semua orang semakin kabur di matanya dan tak lama Alesha merasakan tubuhnya hilang kendali dan terjatuh ke lantai.

Ia hanya mendengar suaminya meneriakan nama dia dan gelap.

Related chapters

  • Istri Polos CEO Dingin    Semakin Sesak

    Aroma minyak kayu putih mulai terasa, Alesha meringis dan memegang kepalanya. Mata perempuan itu mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya terang.“Alhamdulillah ... nona sudah bangun, sebentar saya panggilkan tuan Arsen dulu ya.”Perempuan itu tampak tidak peduli dan memilih mengedarkan pandangan ke segala arah. Sadar dia tidak tahu posisinya di mana, ia tersentak dan langsung duduk. Ia menggeleng pelan. “Aku di mana,” ucapnya dalam hati. Alesha takut terjadi sesuatu hal dan memilih turun dari kasur, belum sempat pergi. Pintu terbuka dan Arsen masuk dengan langkah tegap. “Mau ke mana kamu?”“Eh itu—“Diam di sana, saya tidak mau di repotkan lagi dengan menggendong kamu.”Alesha diam tak berkutik di tempatnya. “Tadi saya sudah bicara dengan asisten saya dan ternyata memang benar, ibu kamu pelaku alias dalang di balik kejadian semalam. Saat ini, ibu kamu sedang dalam perjalanan ke sini. Jadi saya harap kamu bisa memarahi ibu kamu bukan saya, karena saya juga korban di sini.”Ar

  • Istri Polos CEO Dingin    Permohonan Alesha

    Terlihat jelas bahwa ibu Alesha langsung panik saat mendengar penuturan menantunya. Dia menelan saliva, ingin menyangkal tapi sadar siapa lawannya saat ini. Ibu Alesha hanya tidak mau hidupnya akan berantakan kalau berurusan sama menantunya. “Tolong ibu, nak.”Alesha menatap bingung. “Pokoknya kamu harus bujuk suami kamu biar nggak laporin ibu. Kamu harus ingat sama semua usaha ibu merawat kamu dari bayi. Butuh uang banyak buat mengurus kamu dan itu nggak kecil! Jadi, ibu harap kamu bakalan tolongin ibu,” pinta ibunya dengan memohon. Alesha memiringkan wajahnya, bingung. “Setelah semua yang ibu lakuin sama aku, ibu malah kayak gini?” tanya Alesha menggeleng pelan. “Maaf, bu. Bahkan aku nggak deket sama tuan Arsen dan hubungan kita nggak sebaik itu buat minta tuan Arsen berhenti laporin ibu. Dan juga kenapa ibu ngelakuin ini?” tanya AleshaIbunya berdecak kesal. “Kamu nih ya—“Sampai sekarang aku nggak mengerti kenapa ibu bisa ngelakuin ini ke anak ibu sendiri. Jadi, apa yang ibu

  • Istri Polos CEO Dingin    Alasan

    “Tuan ... aku mohon, maafkan ibu. Jangan laporin ibu ke polisi. Tuan bisa marah sama aku aja, keluarin semua amarah tuan ke aku. Tapi jangan laporin ibu,” ucap Alesha untuk yang kesekian kalinya dalam hari ini. Cukup muak Arsen mendengar penuturan Alesha sejak tadi. Dengan tegas dia menatap Alesha sambil menggebrak meja. “Berulang kali saya bilang, bukan kamu yang salah! Jadi stop untuk mihak ke ibu kamu! Mihak ke orang yang udah nyakitin kamu. Kamu tahu sendiri keadaan kamu yang sekarang juga karena ibu kamu. Jadi, tolong ... berhenti bersikap baik ke orang yang udah jahat sama ibu kamu.”Alesha tersentak hingga terjatuh ke lantai. Tubuhnya gemetar dan ia kembali menangis. Alesha malu, sungguh. Karena dia sudah memperlihatkan sisi menyedihkannya ke orang asing yang memaksa masuk ke hidupnya. Tapi Alesha tidak bisa apa-apa. Ini reaksi tubuhnya secara refleks, mengingat ini pertama kalinya dia merasa seperti ini. Dibentak, dimarahi oleh seorang laki-laki dan itu menyakiti hati mung

  • Istri Polos CEO Dingin    Rutinitas

    Arsen menghisap sebatang nikotin lalu menghembuskannya. Ia menatap gemerlapnya malam yang begitu indah. Ia menatap ke arah langit malam dan berdecak. Menyesali keputusan dirinya untuk menikah. “Saya kira menikah tidak akan seribet ini. Ternyata semua ini tidak mudah. Bangsttt.”Arsen terus diam di balkon. Angin malam tak membuatnya memilih untuk masuk. Kepalanya begitu penat. Banyak hal yang dia pikirkan. Arsen menghembuskan napas kesal. “Lagian ... kenapa Alesha masih bisa baik sama ibunya sih!" kesalnya. "Saya masih tidak terima dia yang nuduh saya macam-macam. Padahal semua ini karena ulah ibunya."Arsen mengerang marah. Tangannya ia kepalkan, berusaha menahan emosi menggebu. "Seharusnya dia bisa marah lah sama ibunya. Bukan malah meminta saya untuk memaafkannya."Tapi ... Teringat lagi bayangan wajah melas Alesha yang memohon pada dirinya. Bagaimana suara perempuan itu yang mendayu meminta belas kasihnya. Hingga kaki Alesha yang menumpu, berharap dirinya bisa menurunkan ego d

  • Istri Polos CEO Dingin    Fakta Menyakitkan

    Dengan langkah ragu, Alesha kembali masuk ke dalam kamar. Ia membuka pintu dengan perlahan dan itu bertepatan dengan Arsen yang keluar dari kamar mandi. "Ah!" pekik Alesha langsung berbalik. Arsen melirik malas dan mendengus. "Saya sudah pakai celana kali," seru Arsen membuat Alesha jadi kikuk sendiri. Ia kembali berbalik dan melangkah masuk ke dalam. Tak berani menatap Arsen yang auranga selalu saja berhasil memprovokasi dirinya. Ia berjalan mendekat dan mendongak. "Tuan .. katanya aku harus siapin semua kebutuhan tuan. Jadi, karena aku nggak tahu apa aja yang harus di siapin. Tuan bisa ajarin aku, biar aku bisa nyiapin semua kebutuhan tuan buat sekarang?"Arsen meninggalkan Alesh dan beranjak ke almari yang memiliki ruangan tersendiri. Pintunya di biarkan terbuka membuat Alesha mengikuti jejak Arsen. "Kenapa ikut ke sini?""Kan tadi aku udah bilang mau belajar buat ngurus tuan. Ya aku kira tuan nyuruh aku buat ke sini untuk liatin semua kebutuhan tuan," jawab Alesha. "Aku gak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Selena

    Alesha menutup pintu kamar kosong lalu mengunci dari dalam. Tubuhnya luruh ke lantai di balik pintu dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia menutup mulut, tidak mau ada yang mendengar tangisannya. Tangan Alesha terus memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Fakta baru yang sangat menyakitkan. "Ya Allah ...," gumamnya di sela-sela tangisan. Alesha merasa bingung harus bereaksi seperti apa lagi. Belum ada satu minggu ia menikah. Alesha udah mendengar banyak fakta yang menyakitkan. Dan ini sangat tidak adil bagi dirinya. Dia menggeleng pelan. "Entah kenapa aku harus ngelewatin ini semua," ucap Alesha pelan. Ia menatap lurus dengan tatapan kosong. Bayangan kisah hidupnya sejak kecil yang tak pernah bahagia membuat pikiran Alesha semakin ling lung. Tangannya terus memukul dadanya, membiarkan tubuhnya merasa sakit. Setidaknya sakit yang diperbuat olehnya nggak sebanding dengan perasaan dia saat ini. Beberapa jam kemudian, Alesha keluar dengan matanya yang super sembab. Bahkan Alesha han

  • Istri Polos CEO Dingin    Kekasih Arsen

    /Hallo sayang ... firstly aku benar-benar minta maaf sama kamu, karena belakangan ini sibuk banget dan kita nggak sempet teleponan. Aku beneran sibuk banget. Soalnya bakal ada acara besar gitu di sini dan aku nggak mungkin hilangin kesempatan buat ikutan acara itu dan sayangnya, aku harus merelakan waktu untuk ikut acara itu. Makanya, aku beneran nggak bisa di hubungi sama sekali./Arsen mengangguk, wajah yang selalu datar itu kini tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Dan lesung pipinya yang terlihat. "Nggak apa-apa Selena sayang. Seenggaknya kamu sempet ngabarin mas kalau kamu baik-baik aja. Itu lebih cukup di banding apa pun. Jadi, kamu nggak usah panik gitu. Mas memaklumi semuanya."Terdengar helaan napas lega dari seberang sana. /Arsen, aku benar-benar kangen sama kamu. Kamu kangen aku juga kan? Kamu nggak macem-macem kan di sana? gimana sama istri kamu itu? kamu tahu nggak sih, salah satu alesan aku ambil projek ini tuh biar aku nggak mikirin kamu. Lagian siapa yang nggak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Farhan

    Akibat pertengkarannya dengan Selena. Arsen merasa hari ini begitu suram. Entah sudah berapa orang yang membuat emosinya semakin tersulut dan entah udah berapa orang yang mendapat bentakan darinya. Buat sang asisten yang harus kerja dua kali untuk minta maaf sama orang yang jadi sasaran amarah Arsen. "Benar-benar menyebalkan!"Arsen mendengus. Ia melirik pegawai yang baru masuk untuk memperlihatkan data keuangan bulan kemarin. "Memangnya kamu kira saya bisa membaca data se berantakan ini!" seru Arsen membuat laki-laki itu tersentak dan buru-buru menggeleng. "Sudah berapa tahun sih anda bekerja di sini!" tanya Arsen penuh penekanan. Bukannya menjawab, pria itu malah semakin menunduk membuat Arsen semakin marah. "JAWAB!" bentak Arsen sambil menggebrak meja. "MAAF TUAN," ucapnyaArsen berdecak dan melempar file tersebut. "Saya tidak mau menerima file seberantakan itu. Cepat bereskan dan dua jam kemudian semuanya harus udah rapih! kalau masih belum rapih dan belum sesuai dengan krite

Latest chapter

  • Istri Polos CEO Dingin    Bibi

    "Tuan berubah setelan memiliki mbak."Perhatian Alesha teralihkan saat sedang makan dan menatap bibi yang datang dari arah dapur sambil membawa tambahan lauk karena Alesha yang minta untuk nambah. "Berubah kayak gimana?" tanya Alesha penasaran. "Bibi boleh duduk aja, aku jadi mau tau apa yang biasa tuan Arsen lakuin sebelumnya dan ngomongin tentang hal ini. Karena bibi pasti tahu kan apa yang terjadi di rumah ini?"Bibi tersenyum tipis lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Alesha yang masih makan. Maklum, nafsu makannya jadi bertambah karena Arsen sendiri yang memintanya untuk makan. "Bi," panggil Alesha. "Boleh aku dengar apa pun tentang tuan Arsen? pasti bibi udah tahu kan apa yang terjadi antara aku sama tuan Arsen? tentang pernikahan paksa kami karena dari kami nggak ada yang mau tentang pernikahan ini?" tanya AleshaBibi itu mengangguk pelan. "Dulu sekali tuan Arsen sudah tinggal sendiri di rumah ini dan sejak dulu tak pernah ada senyuman sama sekali di wajahnya. Tuan Arsen

  • Istri Polos CEO Dingin    Tentang Alesha

    Dunia memang tak adil. Tentu Alesha mengetahui itu semua. Tidak semua yang kita mau akan terwujud karena Allah lebih tahu apa yang di butuhkan oleh kita. Terlebih manusia hanya di izinkan untuk berperan bukan untuk menentukan semua takdir. Tapi Alesha tidak tahu kalau peran yang ia laksanakan akan seberat ini. "Sebenarnya ... apa yang terjadi sama aku sih? apa yang pernah aku lakuin di masa lalu, sampai aku hidup segininya banget. Selalu salah dan gak pernah ada yang dukung sama sekali."Alesha menatap jalanan yang tampak basah lantaran habis hujan. Ia termenung dengan tangan yang tak bisa diam, sejak tadi terus mengetuk meja. "Aku gak punya keluarga yang bisa aku jadikan tempat curhat. Aku juga gak punya apa yang aku mau untuk tempat aku mengadukan kesedihan. Aku gak ada teman sama sekali." Perasaan sedih semakin menyelimuti Alesha dan ia hanya bisa memalingkan wajahnya saja. "Bahkan ... sekarang yang punya status sama denganku, gak pernah menganggap aku ada."Dia menarik napas dal

  • Istri Polos CEO Dingin    Pemikiran Alesha

    "Sedari dulu aku udah belajar banyak tentang agama. Aku memang bukan orang yang paham banget agama atau agamis banget. Tapi aku tahu kalau pernikahan itu sakral dan bukan main-main."Alesha memainkan ujung jarinya di atas pahanya. Ia melilitkan rok yang ia kenakan, tanda sangat gugup. "Dari awal pernikahan ini, aku menganggap semua ini serius kok. Apalagi pernikahan kita udah sah di mata negara dan agama. Jadi, aku gak ada alasan lagi buat nolak kenyataan ini."Tatapan Arsen memicing, "walaupun kamu dipaksa dalam pernikahan ini?" tanya Arsen dengan penuh penekanan membuat jantung Alesha serasa ditusuk oleh benda tajam hingga ia merasakan sangat sesak di ulu hatinya. Alesha mengangguk. "Kamu ini aneh. Setelah semua yang kamu lewatin beberapa hari ini, kamu masih anggap baik pernikahan ini?""Oh ... dalam agama nggak ada yang namanya main-main, tuan." Alesha memperjelas dengan senyuman tipis. "Kalau tuan anggap biasa aja pernikahan ini, ya itu hak tuan. Tapi enggak bagi aku. Makanya

  • Istri Polos CEO Dingin    Berbincang Tanpa Sadar

    "Ya ... biasa aja dong tuan."Alesha membawakan masakannya ke atas meja lalu menyiapkannya untuk Arsen. "Tapi, memangnya tuan nggak masalah makan masakan aku? maksudnya kan ini masakan biasa. Takutnya tuan nggak suka lagi. Jadi, nggak usah deh. Tuan makan makanan bibi di sini aja. Kalau mau cicip doang mah boleh deh. Tapi kalau makan nggak usah."Arsen menarik piring di depannya, membuat Alesha melayangkan tatapan protes. "Saya kan udah bilang mau makan ini. Jadi nggak ada masalah sama sekali," ucapnya penuh penekanan. "Lagi pula saya mau melihat sejauh mana skill masak kamu. Skill orang yang selama ini mengaku selalu masak di rumah.""Dih ... masakan aku mah yang penting bisa kemakan. Aku nggak pernah ngomong kalau masakan aku tuh enak. Jadi, tuan nggak boleh protes sama sekali."Alesha mau beranjak tapi Arsen kembali memanggil dirinya itu. "Apalagi tuan?" tanya Alesha yang geregetan. Perutnya udah memberontak minta di isi tapi Arsen menunda terus sejak tadi"Mau ke mana?" tanyany

  • Istri Polos CEO Dingin    Cemburu (?)

    "Farhan?"Alesha menggeleng pelan. "Aku nggak pernah punya teman laki-laki yang namanya Farhan. Kenapa? tuan kenal sesuatu?"Arsen menghela napas lega dan langsung menggeleng begitu saja. "Enggak ... saya salah sangka. Sudah kamu masuk ke kamar saya. Saya mulai bosan melihat wajah kamu terus."Alesha tersenyum sendu dan mengangguk. Ia meninggalkan Arsen dengan perasaan campur aduk. Tapi janjinya pada diri sendiri untuk bahagia membuat Alesha tidak bisa apa-apa selain tersenyum dan berusaha untuk tidak memikirkan omongan jahat untuk dirinya. Ia mengunci pintu kamar dari dalam dan menaruh kue tersebut di atas meja. "Untuk hari ini, misi aku sukses. Aku bisa tersenyum dan nggak ngeluh sama sekali di depan tuan Arsen!" pekiknya pelan. Sementara itu, di depan sana Arsen buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Farhan. /Dasar pembohong! membuat saya malu saja./***Hari ini, Alesha mulai membiasakan diri untuk tinggal di tempat baru. Ia juga mulai membiasakan diri un

  • Istri Polos CEO Dingin    Saat Itu

    "Dulu sekali ..."Farhan sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat respon Arsen dan lihat saja bagaimana pria itu yang mengangguk dan menatapnya saksama. Ah, melihat atasannya yang seperti ini membuat Farhan berpikir kalau ke depannya Arsen akan memiliki hubungan yang baik dengan Alesha lalu ninggalin kekasihnya yang tak pernah memiliki itikad baik itu. "Hmmm," deham Farhan dengan sengaja. Hingga sebuah bolpoin terlempar ke arahnya dan spontan Farhan tertawa puas sambil bertepuk tangan. Ia menggeleng pelan dan menatap Arsen. "Katanya nggak peduli sama istri lu. Tapi kenapa sekarang malah penasaran? aneh nggak sih? kalau nggak peduli. Ya nggak peduli aja. Nggak usah tiba-tiba jadi peduli. Hidup tuh harus konsisten," ledek Farhan dengan tidak tahu dirinya. Arsen mencibir. Wajahnya yang putih itu seketika memerah. Tapi gengsinya setinggi langit. Ia pura-pura acuh dan sibuk lagi dengan pekerjaannya. "Hahaha." Farhan tertawa puas hingga perutnya sakit. "Sorry bro ... gue nggak mak

  • Istri Polos CEO Dingin    Farhan

    Akibat pertengkarannya dengan Selena. Arsen merasa hari ini begitu suram. Entah sudah berapa orang yang membuat emosinya semakin tersulut dan entah udah berapa orang yang mendapat bentakan darinya. Buat sang asisten yang harus kerja dua kali untuk minta maaf sama orang yang jadi sasaran amarah Arsen. "Benar-benar menyebalkan!"Arsen mendengus. Ia melirik pegawai yang baru masuk untuk memperlihatkan data keuangan bulan kemarin. "Memangnya kamu kira saya bisa membaca data se berantakan ini!" seru Arsen membuat laki-laki itu tersentak dan buru-buru menggeleng. "Sudah berapa tahun sih anda bekerja di sini!" tanya Arsen penuh penekanan. Bukannya menjawab, pria itu malah semakin menunduk membuat Arsen semakin marah. "JAWAB!" bentak Arsen sambil menggebrak meja. "MAAF TUAN," ucapnyaArsen berdecak dan melempar file tersebut. "Saya tidak mau menerima file seberantakan itu. Cepat bereskan dan dua jam kemudian semuanya harus udah rapih! kalau masih belum rapih dan belum sesuai dengan krite

  • Istri Polos CEO Dingin    Kekasih Arsen

    /Hallo sayang ... firstly aku benar-benar minta maaf sama kamu, karena belakangan ini sibuk banget dan kita nggak sempet teleponan. Aku beneran sibuk banget. Soalnya bakal ada acara besar gitu di sini dan aku nggak mungkin hilangin kesempatan buat ikutan acara itu dan sayangnya, aku harus merelakan waktu untuk ikut acara itu. Makanya, aku beneran nggak bisa di hubungi sama sekali./Arsen mengangguk, wajah yang selalu datar itu kini tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Dan lesung pipinya yang terlihat. "Nggak apa-apa Selena sayang. Seenggaknya kamu sempet ngabarin mas kalau kamu baik-baik aja. Itu lebih cukup di banding apa pun. Jadi, kamu nggak usah panik gitu. Mas memaklumi semuanya."Terdengar helaan napas lega dari seberang sana. /Arsen, aku benar-benar kangen sama kamu. Kamu kangen aku juga kan? Kamu nggak macem-macem kan di sana? gimana sama istri kamu itu? kamu tahu nggak sih, salah satu alesan aku ambil projek ini tuh biar aku nggak mikirin kamu. Lagian siapa yang nggak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Selena

    Alesha menutup pintu kamar kosong lalu mengunci dari dalam. Tubuhnya luruh ke lantai di balik pintu dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia menutup mulut, tidak mau ada yang mendengar tangisannya. Tangan Alesha terus memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Fakta baru yang sangat menyakitkan. "Ya Allah ...," gumamnya di sela-sela tangisan. Alesha merasa bingung harus bereaksi seperti apa lagi. Belum ada satu minggu ia menikah. Alesha udah mendengar banyak fakta yang menyakitkan. Dan ini sangat tidak adil bagi dirinya. Dia menggeleng pelan. "Entah kenapa aku harus ngelewatin ini semua," ucap Alesha pelan. Ia menatap lurus dengan tatapan kosong. Bayangan kisah hidupnya sejak kecil yang tak pernah bahagia membuat pikiran Alesha semakin ling lung. Tangannya terus memukul dadanya, membiarkan tubuhnya merasa sakit. Setidaknya sakit yang diperbuat olehnya nggak sebanding dengan perasaan dia saat ini. Beberapa jam kemudian, Alesha keluar dengan matanya yang super sembab. Bahkan Alesha han

DMCA.com Protection Status