Share

Rutinitas

Penulis: Ullashaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arsen menghisap sebatang nikotin lalu menghembuskannya. Ia menatap gemerlapnya malam yang begitu indah. Ia menatap ke arah langit malam dan berdecak. Menyesali keputusan dirinya untuk menikah.

“Saya kira menikah tidak akan seribet ini. Ternyata semua ini tidak mudah. Bangsttt.”

Arsen terus diam di balkon. Angin malam tak membuatnya memilih untuk masuk. Kepalanya begitu penat. Banyak hal yang dia pikirkan.

Arsen menghembuskan napas kesal.

“Lagian ... kenapa Alesha masih bisa baik sama ibunya sih!" kesalnya. "Saya masih tidak terima dia yang nuduh saya macam-macam. Padahal semua ini karena ulah ibunya."

Arsen mengerang marah. Tangannya ia kepalkan, berusaha menahan emosi menggebu.

"Seharusnya dia bisa marah lah sama ibunya. Bukan malah meminta saya untuk memaafkannya."

Tapi ...

Teringat lagi bayangan wajah melas Alesha yang memohon pada dirinya. Bagaimana suara perempuan itu yang mendayu meminta belas kasihnya. Hingga kaki Alesha yang menumpu, berharap dirinya bisa menurunkan ego dan berakhir menerima apa yang ia pinta.

"Memusingkan saja!"

Akhirnya setelah puas berdiam di balkon. Arsen kembali masuk ke dalam kamar. Tubuhnya terpaku untuk sesaat melihat Alesha yang terlelap di kasurnya.

"Biasanya saya membenci orang yang tidur di kasur saya. Tapi kenapa saya tidak bisa marah sama dia?" ucap Arsen menatap wajah Alesha.

Langkahnya terhenti. Alesha bukan perempuan buruk rupa yang membuat Arsen enggan untuk di dekatnya. Tingkah Alesha juga bukan seperti perempuan kampung yang selalu membuat Arsen darah tinggi.

Walaupun Alesha tumbuh di lingkungan yang kurang baik. Arsen mengakui bagaimana attitude Alesha yang baik. Bagaimana pintarnya Alesha dalam bersikap. Tapi itu semua tidak cukup membuat Alesha terlihat baik di matanya.

Arsen menganggap ...

Alesha perusak hidupnya.

Baru mau beranjak, langkah Arsen terhenti dan dia berbalik mendekati Alesha. Ia membenarkan selimut yang tersingkap dan kembali menyelimuti tubuh Alesha. Ia rapih kan juga kerudung Alesha yang menutupi sebagian indra penciumannya.

Arsen berdecak.

"Untuk apa dia tidur pakai kerudung kayak gitu," serunya sambil mengambil banyak dan selimut dari dalam almari. "Saya sudah melihat semuanya. Jadi buat apa dia menutupinya lagi?"

Arsen menggeleng, tak paham sama istrinya sendiri.

Setelah mengambil semua kebutuhannya. Arsen beranjak keluar dan memilih tidur di kamar kosong tepat depan kamarnya.

Ia merebahkan diri di kasur dan menatap langit plafon rumahnya.

"Kenapa saya jadi lemah setiap berurusan sama perempuan itu sih?" tanya dia yang bingung sama dirinya sendiri itu.

***

Matahari mulai memancarkan sinarnya dengan malu-malu. Cahaya yang merambat masuk ke sela gorden membuat perempuan yang sejak tadi melantunkan ayat suci itu memilih menyudahi kegiatannya saja.

"shadaqallahul adzim"

Alesha menutup Al-quran dan mengecup cover Al-quran. Ia bersyukur karena senantiasa membawa Al-quran yang selalu menjadi penenangnya di kala hati Alesha sedang gundah gulana.

Alesha menaruh al-quran ke atas meja lalu membuka mukenanya.

Dipandangnya lagi kamar besar yang terasa kosong hanya karena ada dirinya saja.

Jujur saja,

Begitu bangun dan Alesha tidak menemui Arsen di sampingnya. Perempuan itu sedikit sakit hati. Karena Arsen memang benar-benar memberikan jarak untuk mereka.

Berbagai cara ia lakukan untuk menghilangkan perasaan sesaknya dan keputusan dia untuk baca Al-quran ternyata sudah tepat. Kini dirinya sudah jauh lebih lega dan tenang. Tidak memikirkan berbagai hal buruk lagi yang menyakitkan.

"Aku keluar aja deh, siapa tahu ada tuan Arsen di luar."

Alesha turun ke bawah dan aroma harum menyambut aroma penciumannya. Langkah kaki Alesha membawa perempuan itu ke dapur yang baru pertama kali Alesha pijak. Di sana ada seorang perempuan cukup tua yahh sedang memasak.

"Bu," sapa Alesha

"Eh iya non ... mau sarapan ya? sebentar lagi ya non. Makanannya belum siap."

"Panggil aja Alesha bu," lanjut Alesha dengan sopan. "Bu ... biar aku lanjutin aja masaknya."

"Eh tidak perlu mbak Alesha," ucap Ibu itu. "Sudah tugas ibu untuk membuat sarapan di sini. Mbak kerjakan yang lain saja atau persiapkan saja kebutuhan tuan Arsen. Itu lebih berguna ketimbang membantu ibu."

"Hah?"

Alesha mengerjap bingung.

Mengurus suaminya?

Apa yang harus ia lakukan? Karena Alesha sungguh tidak tahu harus melakukan apa dan memulai dari mana.

"Apa yang bisa aku lakuin?!"

Bab terkait

  • Istri Polos CEO Dingin    Fakta Menyakitkan

    Dengan langkah ragu, Alesha kembali masuk ke dalam kamar. Ia membuka pintu dengan perlahan dan itu bertepatan dengan Arsen yang keluar dari kamar mandi. "Ah!" pekik Alesha langsung berbalik. Arsen melirik malas dan mendengus. "Saya sudah pakai celana kali," seru Arsen membuat Alesha jadi kikuk sendiri. Ia kembali berbalik dan melangkah masuk ke dalam. Tak berani menatap Arsen yang auranga selalu saja berhasil memprovokasi dirinya. Ia berjalan mendekat dan mendongak. "Tuan .. katanya aku harus siapin semua kebutuhan tuan. Jadi, karena aku nggak tahu apa aja yang harus di siapin. Tuan bisa ajarin aku, biar aku bisa nyiapin semua kebutuhan tuan buat sekarang?"Arsen meninggalkan Alesh dan beranjak ke almari yang memiliki ruangan tersendiri. Pintunya di biarkan terbuka membuat Alesha mengikuti jejak Arsen. "Kenapa ikut ke sini?""Kan tadi aku udah bilang mau belajar buat ngurus tuan. Ya aku kira tuan nyuruh aku buat ke sini untuk liatin semua kebutuhan tuan," jawab Alesha. "Aku gak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Selena

    Alesha menutup pintu kamar kosong lalu mengunci dari dalam. Tubuhnya luruh ke lantai di balik pintu dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia menutup mulut, tidak mau ada yang mendengar tangisannya. Tangan Alesha terus memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Fakta baru yang sangat menyakitkan. "Ya Allah ...," gumamnya di sela-sela tangisan. Alesha merasa bingung harus bereaksi seperti apa lagi. Belum ada satu minggu ia menikah. Alesha udah mendengar banyak fakta yang menyakitkan. Dan ini sangat tidak adil bagi dirinya. Dia menggeleng pelan. "Entah kenapa aku harus ngelewatin ini semua," ucap Alesha pelan. Ia menatap lurus dengan tatapan kosong. Bayangan kisah hidupnya sejak kecil yang tak pernah bahagia membuat pikiran Alesha semakin ling lung. Tangannya terus memukul dadanya, membiarkan tubuhnya merasa sakit. Setidaknya sakit yang diperbuat olehnya nggak sebanding dengan perasaan dia saat ini. Beberapa jam kemudian, Alesha keluar dengan matanya yang super sembab. Bahkan Alesha han

  • Istri Polos CEO Dingin    Kekasih Arsen

    /Hallo sayang ... firstly aku benar-benar minta maaf sama kamu, karena belakangan ini sibuk banget dan kita nggak sempet teleponan. Aku beneran sibuk banget. Soalnya bakal ada acara besar gitu di sini dan aku nggak mungkin hilangin kesempatan buat ikutan acara itu dan sayangnya, aku harus merelakan waktu untuk ikut acara itu. Makanya, aku beneran nggak bisa di hubungi sama sekali./Arsen mengangguk, wajah yang selalu datar itu kini tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Dan lesung pipinya yang terlihat. "Nggak apa-apa Selena sayang. Seenggaknya kamu sempet ngabarin mas kalau kamu baik-baik aja. Itu lebih cukup di banding apa pun. Jadi, kamu nggak usah panik gitu. Mas memaklumi semuanya."Terdengar helaan napas lega dari seberang sana. /Arsen, aku benar-benar kangen sama kamu. Kamu kangen aku juga kan? Kamu nggak macem-macem kan di sana? gimana sama istri kamu itu? kamu tahu nggak sih, salah satu alesan aku ambil projek ini tuh biar aku nggak mikirin kamu. Lagian siapa yang nggak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Farhan

    Akibat pertengkarannya dengan Selena. Arsen merasa hari ini begitu suram. Entah sudah berapa orang yang membuat emosinya semakin tersulut dan entah udah berapa orang yang mendapat bentakan darinya. Buat sang asisten yang harus kerja dua kali untuk minta maaf sama orang yang jadi sasaran amarah Arsen. "Benar-benar menyebalkan!"Arsen mendengus. Ia melirik pegawai yang baru masuk untuk memperlihatkan data keuangan bulan kemarin. "Memangnya kamu kira saya bisa membaca data se berantakan ini!" seru Arsen membuat laki-laki itu tersentak dan buru-buru menggeleng. "Sudah berapa tahun sih anda bekerja di sini!" tanya Arsen penuh penekanan. Bukannya menjawab, pria itu malah semakin menunduk membuat Arsen semakin marah. "JAWAB!" bentak Arsen sambil menggebrak meja. "MAAF TUAN," ucapnyaArsen berdecak dan melempar file tersebut. "Saya tidak mau menerima file seberantakan itu. Cepat bereskan dan dua jam kemudian semuanya harus udah rapih! kalau masih belum rapih dan belum sesuai dengan krite

  • Istri Polos CEO Dingin    Saat Itu

    "Dulu sekali ..."Farhan sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat respon Arsen dan lihat saja bagaimana pria itu yang mengangguk dan menatapnya saksama. Ah, melihat atasannya yang seperti ini membuat Farhan berpikir kalau ke depannya Arsen akan memiliki hubungan yang baik dengan Alesha lalu ninggalin kekasihnya yang tak pernah memiliki itikad baik itu. "Hmmm," deham Farhan dengan sengaja. Hingga sebuah bolpoin terlempar ke arahnya dan spontan Farhan tertawa puas sambil bertepuk tangan. Ia menggeleng pelan dan menatap Arsen. "Katanya nggak peduli sama istri lu. Tapi kenapa sekarang malah penasaran? aneh nggak sih? kalau nggak peduli. Ya nggak peduli aja. Nggak usah tiba-tiba jadi peduli. Hidup tuh harus konsisten," ledek Farhan dengan tidak tahu dirinya. Arsen mencibir. Wajahnya yang putih itu seketika memerah. Tapi gengsinya setinggi langit. Ia pura-pura acuh dan sibuk lagi dengan pekerjaannya. "Hahaha." Farhan tertawa puas hingga perutnya sakit. "Sorry bro ... gue nggak mak

  • Istri Polos CEO Dingin    Cemburu (?)

    "Farhan?"Alesha menggeleng pelan. "Aku nggak pernah punya teman laki-laki yang namanya Farhan. Kenapa? tuan kenal sesuatu?"Arsen menghela napas lega dan langsung menggeleng begitu saja. "Enggak ... saya salah sangka. Sudah kamu masuk ke kamar saya. Saya mulai bosan melihat wajah kamu terus."Alesha tersenyum sendu dan mengangguk. Ia meninggalkan Arsen dengan perasaan campur aduk. Tapi janjinya pada diri sendiri untuk bahagia membuat Alesha tidak bisa apa-apa selain tersenyum dan berusaha untuk tidak memikirkan omongan jahat untuk dirinya. Ia mengunci pintu kamar dari dalam dan menaruh kue tersebut di atas meja. "Untuk hari ini, misi aku sukses. Aku bisa tersenyum dan nggak ngeluh sama sekali di depan tuan Arsen!" pekiknya pelan. Sementara itu, di depan sana Arsen buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Farhan. /Dasar pembohong! membuat saya malu saja./***Hari ini, Alesha mulai membiasakan diri untuk tinggal di tempat baru. Ia juga mulai membiasakan diri un

  • Istri Polos CEO Dingin    Berbincang Tanpa Sadar

    "Ya ... biasa aja dong tuan."Alesha membawakan masakannya ke atas meja lalu menyiapkannya untuk Arsen. "Tapi, memangnya tuan nggak masalah makan masakan aku? maksudnya kan ini masakan biasa. Takutnya tuan nggak suka lagi. Jadi, nggak usah deh. Tuan makan makanan bibi di sini aja. Kalau mau cicip doang mah boleh deh. Tapi kalau makan nggak usah."Arsen menarik piring di depannya, membuat Alesha melayangkan tatapan protes. "Saya kan udah bilang mau makan ini. Jadi nggak ada masalah sama sekali," ucapnya penuh penekanan. "Lagi pula saya mau melihat sejauh mana skill masak kamu. Skill orang yang selama ini mengaku selalu masak di rumah.""Dih ... masakan aku mah yang penting bisa kemakan. Aku nggak pernah ngomong kalau masakan aku tuh enak. Jadi, tuan nggak boleh protes sama sekali."Alesha mau beranjak tapi Arsen kembali memanggil dirinya itu. "Apalagi tuan?" tanya Alesha yang geregetan. Perutnya udah memberontak minta di isi tapi Arsen menunda terus sejak tadi"Mau ke mana?" tanyany

  • Istri Polos CEO Dingin    Pemikiran Alesha

    "Sedari dulu aku udah belajar banyak tentang agama. Aku memang bukan orang yang paham banget agama atau agamis banget. Tapi aku tahu kalau pernikahan itu sakral dan bukan main-main."Alesha memainkan ujung jarinya di atas pahanya. Ia melilitkan rok yang ia kenakan, tanda sangat gugup. "Dari awal pernikahan ini, aku menganggap semua ini serius kok. Apalagi pernikahan kita udah sah di mata negara dan agama. Jadi, aku gak ada alasan lagi buat nolak kenyataan ini."Tatapan Arsen memicing, "walaupun kamu dipaksa dalam pernikahan ini?" tanya Arsen dengan penuh penekanan membuat jantung Alesha serasa ditusuk oleh benda tajam hingga ia merasakan sangat sesak di ulu hatinya. Alesha mengangguk. "Kamu ini aneh. Setelah semua yang kamu lewatin beberapa hari ini, kamu masih anggap baik pernikahan ini?""Oh ... dalam agama nggak ada yang namanya main-main, tuan." Alesha memperjelas dengan senyuman tipis. "Kalau tuan anggap biasa aja pernikahan ini, ya itu hak tuan. Tapi enggak bagi aku. Makanya

Bab terbaru

  • Istri Polos CEO Dingin    Bibi

    "Tuan berubah setelan memiliki mbak."Perhatian Alesha teralihkan saat sedang makan dan menatap bibi yang datang dari arah dapur sambil membawa tambahan lauk karena Alesha yang minta untuk nambah. "Berubah kayak gimana?" tanya Alesha penasaran. "Bibi boleh duduk aja, aku jadi mau tau apa yang biasa tuan Arsen lakuin sebelumnya dan ngomongin tentang hal ini. Karena bibi pasti tahu kan apa yang terjadi di rumah ini?"Bibi tersenyum tipis lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Alesha yang masih makan. Maklum, nafsu makannya jadi bertambah karena Arsen sendiri yang memintanya untuk makan. "Bi," panggil Alesha. "Boleh aku dengar apa pun tentang tuan Arsen? pasti bibi udah tahu kan apa yang terjadi antara aku sama tuan Arsen? tentang pernikahan paksa kami karena dari kami nggak ada yang mau tentang pernikahan ini?" tanya AleshaBibi itu mengangguk pelan. "Dulu sekali tuan Arsen sudah tinggal sendiri di rumah ini dan sejak dulu tak pernah ada senyuman sama sekali di wajahnya. Tuan Arsen

  • Istri Polos CEO Dingin    Tentang Alesha

    Dunia memang tak adil. Tentu Alesha mengetahui itu semua. Tidak semua yang kita mau akan terwujud karena Allah lebih tahu apa yang di butuhkan oleh kita. Terlebih manusia hanya di izinkan untuk berperan bukan untuk menentukan semua takdir. Tapi Alesha tidak tahu kalau peran yang ia laksanakan akan seberat ini. "Sebenarnya ... apa yang terjadi sama aku sih? apa yang pernah aku lakuin di masa lalu, sampai aku hidup segininya banget. Selalu salah dan gak pernah ada yang dukung sama sekali."Alesha menatap jalanan yang tampak basah lantaran habis hujan. Ia termenung dengan tangan yang tak bisa diam, sejak tadi terus mengetuk meja. "Aku gak punya keluarga yang bisa aku jadikan tempat curhat. Aku juga gak punya apa yang aku mau untuk tempat aku mengadukan kesedihan. Aku gak ada teman sama sekali." Perasaan sedih semakin menyelimuti Alesha dan ia hanya bisa memalingkan wajahnya saja. "Bahkan ... sekarang yang punya status sama denganku, gak pernah menganggap aku ada."Dia menarik napas dal

  • Istri Polos CEO Dingin    Pemikiran Alesha

    "Sedari dulu aku udah belajar banyak tentang agama. Aku memang bukan orang yang paham banget agama atau agamis banget. Tapi aku tahu kalau pernikahan itu sakral dan bukan main-main."Alesha memainkan ujung jarinya di atas pahanya. Ia melilitkan rok yang ia kenakan, tanda sangat gugup. "Dari awal pernikahan ini, aku menganggap semua ini serius kok. Apalagi pernikahan kita udah sah di mata negara dan agama. Jadi, aku gak ada alasan lagi buat nolak kenyataan ini."Tatapan Arsen memicing, "walaupun kamu dipaksa dalam pernikahan ini?" tanya Arsen dengan penuh penekanan membuat jantung Alesha serasa ditusuk oleh benda tajam hingga ia merasakan sangat sesak di ulu hatinya. Alesha mengangguk. "Kamu ini aneh. Setelah semua yang kamu lewatin beberapa hari ini, kamu masih anggap baik pernikahan ini?""Oh ... dalam agama nggak ada yang namanya main-main, tuan." Alesha memperjelas dengan senyuman tipis. "Kalau tuan anggap biasa aja pernikahan ini, ya itu hak tuan. Tapi enggak bagi aku. Makanya

  • Istri Polos CEO Dingin    Berbincang Tanpa Sadar

    "Ya ... biasa aja dong tuan."Alesha membawakan masakannya ke atas meja lalu menyiapkannya untuk Arsen. "Tapi, memangnya tuan nggak masalah makan masakan aku? maksudnya kan ini masakan biasa. Takutnya tuan nggak suka lagi. Jadi, nggak usah deh. Tuan makan makanan bibi di sini aja. Kalau mau cicip doang mah boleh deh. Tapi kalau makan nggak usah."Arsen menarik piring di depannya, membuat Alesha melayangkan tatapan protes. "Saya kan udah bilang mau makan ini. Jadi nggak ada masalah sama sekali," ucapnya penuh penekanan. "Lagi pula saya mau melihat sejauh mana skill masak kamu. Skill orang yang selama ini mengaku selalu masak di rumah.""Dih ... masakan aku mah yang penting bisa kemakan. Aku nggak pernah ngomong kalau masakan aku tuh enak. Jadi, tuan nggak boleh protes sama sekali."Alesha mau beranjak tapi Arsen kembali memanggil dirinya itu. "Apalagi tuan?" tanya Alesha yang geregetan. Perutnya udah memberontak minta di isi tapi Arsen menunda terus sejak tadi"Mau ke mana?" tanyany

  • Istri Polos CEO Dingin    Cemburu (?)

    "Farhan?"Alesha menggeleng pelan. "Aku nggak pernah punya teman laki-laki yang namanya Farhan. Kenapa? tuan kenal sesuatu?"Arsen menghela napas lega dan langsung menggeleng begitu saja. "Enggak ... saya salah sangka. Sudah kamu masuk ke kamar saya. Saya mulai bosan melihat wajah kamu terus."Alesha tersenyum sendu dan mengangguk. Ia meninggalkan Arsen dengan perasaan campur aduk. Tapi janjinya pada diri sendiri untuk bahagia membuat Alesha tidak bisa apa-apa selain tersenyum dan berusaha untuk tidak memikirkan omongan jahat untuk dirinya. Ia mengunci pintu kamar dari dalam dan menaruh kue tersebut di atas meja. "Untuk hari ini, misi aku sukses. Aku bisa tersenyum dan nggak ngeluh sama sekali di depan tuan Arsen!" pekiknya pelan. Sementara itu, di depan sana Arsen buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Farhan. /Dasar pembohong! membuat saya malu saja./***Hari ini, Alesha mulai membiasakan diri untuk tinggal di tempat baru. Ia juga mulai membiasakan diri un

  • Istri Polos CEO Dingin    Saat Itu

    "Dulu sekali ..."Farhan sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat respon Arsen dan lihat saja bagaimana pria itu yang mengangguk dan menatapnya saksama. Ah, melihat atasannya yang seperti ini membuat Farhan berpikir kalau ke depannya Arsen akan memiliki hubungan yang baik dengan Alesha lalu ninggalin kekasihnya yang tak pernah memiliki itikad baik itu. "Hmmm," deham Farhan dengan sengaja. Hingga sebuah bolpoin terlempar ke arahnya dan spontan Farhan tertawa puas sambil bertepuk tangan. Ia menggeleng pelan dan menatap Arsen. "Katanya nggak peduli sama istri lu. Tapi kenapa sekarang malah penasaran? aneh nggak sih? kalau nggak peduli. Ya nggak peduli aja. Nggak usah tiba-tiba jadi peduli. Hidup tuh harus konsisten," ledek Farhan dengan tidak tahu dirinya. Arsen mencibir. Wajahnya yang putih itu seketika memerah. Tapi gengsinya setinggi langit. Ia pura-pura acuh dan sibuk lagi dengan pekerjaannya. "Hahaha." Farhan tertawa puas hingga perutnya sakit. "Sorry bro ... gue nggak mak

  • Istri Polos CEO Dingin    Farhan

    Akibat pertengkarannya dengan Selena. Arsen merasa hari ini begitu suram. Entah sudah berapa orang yang membuat emosinya semakin tersulut dan entah udah berapa orang yang mendapat bentakan darinya. Buat sang asisten yang harus kerja dua kali untuk minta maaf sama orang yang jadi sasaran amarah Arsen. "Benar-benar menyebalkan!"Arsen mendengus. Ia melirik pegawai yang baru masuk untuk memperlihatkan data keuangan bulan kemarin. "Memangnya kamu kira saya bisa membaca data se berantakan ini!" seru Arsen membuat laki-laki itu tersentak dan buru-buru menggeleng. "Sudah berapa tahun sih anda bekerja di sini!" tanya Arsen penuh penekanan. Bukannya menjawab, pria itu malah semakin menunduk membuat Arsen semakin marah. "JAWAB!" bentak Arsen sambil menggebrak meja. "MAAF TUAN," ucapnyaArsen berdecak dan melempar file tersebut. "Saya tidak mau menerima file seberantakan itu. Cepat bereskan dan dua jam kemudian semuanya harus udah rapih! kalau masih belum rapih dan belum sesuai dengan krite

  • Istri Polos CEO Dingin    Kekasih Arsen

    /Hallo sayang ... firstly aku benar-benar minta maaf sama kamu, karena belakangan ini sibuk banget dan kita nggak sempet teleponan. Aku beneran sibuk banget. Soalnya bakal ada acara besar gitu di sini dan aku nggak mungkin hilangin kesempatan buat ikutan acara itu dan sayangnya, aku harus merelakan waktu untuk ikut acara itu. Makanya, aku beneran nggak bisa di hubungi sama sekali./Arsen mengangguk, wajah yang selalu datar itu kini tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Dan lesung pipinya yang terlihat. "Nggak apa-apa Selena sayang. Seenggaknya kamu sempet ngabarin mas kalau kamu baik-baik aja. Itu lebih cukup di banding apa pun. Jadi, kamu nggak usah panik gitu. Mas memaklumi semuanya."Terdengar helaan napas lega dari seberang sana. /Arsen, aku benar-benar kangen sama kamu. Kamu kangen aku juga kan? Kamu nggak macem-macem kan di sana? gimana sama istri kamu itu? kamu tahu nggak sih, salah satu alesan aku ambil projek ini tuh biar aku nggak mikirin kamu. Lagian siapa yang nggak s

  • Istri Polos CEO Dingin    Selena

    Alesha menutup pintu kamar kosong lalu mengunci dari dalam. Tubuhnya luruh ke lantai di balik pintu dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia menutup mulut, tidak mau ada yang mendengar tangisannya. Tangan Alesha terus memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Fakta baru yang sangat menyakitkan. "Ya Allah ...," gumamnya di sela-sela tangisan. Alesha merasa bingung harus bereaksi seperti apa lagi. Belum ada satu minggu ia menikah. Alesha udah mendengar banyak fakta yang menyakitkan. Dan ini sangat tidak adil bagi dirinya. Dia menggeleng pelan. "Entah kenapa aku harus ngelewatin ini semua," ucap Alesha pelan. Ia menatap lurus dengan tatapan kosong. Bayangan kisah hidupnya sejak kecil yang tak pernah bahagia membuat pikiran Alesha semakin ling lung. Tangannya terus memukul dadanya, membiarkan tubuhnya merasa sakit. Setidaknya sakit yang diperbuat olehnya nggak sebanding dengan perasaan dia saat ini. Beberapa jam kemudian, Alesha keluar dengan matanya yang super sembab. Bahkan Alesha han

DMCA.com Protection Status