Najwa pulang ke rumah setelah menutup tokonya dengan Tina sore itu. Sejak pertengkarannya dengan Hamish, ia memilih tinggal di toko sepanjang hari dan pulang jika toko sudah tutup jam sembilan malam. Hari ini hasil rapat dadakan dengan empat orang pegawainya itu membuahkan hasil yang cukup baik, mereka sepakat merekrut kembali mantan pegawai Najwa yang sempat dengan terpaksa Najwa berhentikan karena toko yang sepi. Karena melayani seribu roti sehari, Najwa memutuskan menambah sepuluh pegawai yang akan menemani Nita, Tina, Widya dan Tuti. Total empat belas pegawainya akan dibagi menjadi dua shift seperti biasanya. Tuti sempat menginginkan tambahan pegawai karena mengingat penjualan roti dan kue selama sepuluh hari ini meningkat pesat, selain harus tersedia seribu roti, mereka tetap harus tetap menyiapkan diri untuk menerima pesanan dari pelanggan lainnya dan juga harus ada roti dan kue yang di display di depan. Najwa menyetujui saran dari Tuti, tapi ia akan lihat perkembangan dan usaha
“Saya gak mau roti selai strawberry!” kata Aisyah ketus pada bi Surti yang memberikannya segelas susu dan selai yang dipesannya tadi. Aisyah kesal dan cemburu kala melihat Najwa keluar dengan Hamish untuk berolah raga pagi itu. Bi Surti jadi bingung, dipandangnya wajah bu Ida yang sedang memegangi botol Mufti saat ia gendong, Bu Ida menggeleng ke bi Surti, memintanya menaruh kembali piring berisi selai strawberry itu ke belakang, “buatkan saya nasi goreng!” kata Aisyah memerintah.“Baik, nyonya,” kata bi Surti. Bu Ida mendekat.“Kamu gak mau gendong Mufti, sejak kemarin kamu belum menggendongnya sama sekali,” kata sang mertua pada menantu keduanya. Ida sangat berhati-hati sekali saat berbicara dengan Aisyah, ia menjaga mental Aisyah yang sedang naik turun dan kondisinya itu.“Tanganku masih kebas, bu. Lebih baik ibu taruh di kamar saja jika lelah mengurusnya,” jawab Aisyah cepat.“Kam
“Bu Najwa, ada pak Jacob,” kata Widya pada Najwa yang sedang sibuk mempersiapkan roti spesial untuk Jacob coba. Najwa melirik ke arah jam di dinding, baru pukul sepuluh pagi dan lelaki itu sudah datang ke tokonya. Ia jadi ingat dengan ucapan Sarah tadi pagi selepas ia jogging dengan Hamish.“Sarah, aku mau bicara, kamu sibuk?” tanya Najwa saat Sarah sudah mengangkat panggilan teleponnya.“Nggak, ngomong aja, weekend ini, jadi aku libur,” kata Sarah.“Kupikir lembur, karena kemarin kan kamu bilang bos kamu dapat job dadakan,” kata Najwa.“Iya, tapi lagi gak sibuk,” kata Sarah. Kemudian Najwa menceritakan kedatangan Jacob kemarin yang mengatakan akan melakukan pemesan seribu snack roti padanya mulai senin depan dan ingin mencoba roti spesial buatnya sendiri.“Wahh, alhamulillah, kamu ambil, kan?” tanya Sarah antusias.“Iya, dia bilang mau ke toko hari ini. Tapi ini kan sabtu, masak mau ke sini?” tanya Najwa pada Sarah.“Pak Jacob adalah orang yang menepati ucapannya, Najwa. Dia pasti da
Di dalam mobil, Jacob terus tersenyum sendiri, ekspresi wajah Najwa, senyumnya dan kebahagiaan perempuan itu tersalur padanya. Sang sopir sampai heran sekali melihat wajah bosnya tersebut, belum pernah ia melihat bosnya sering tersenyum seperti itu, matanya yang bagai elang membuat siapapun takut saat memandangnya dan auranya yang dingin membuat orang tak betah dekat-dekat dengannya, hanya saja kenapa masih banyak perempuan diluar sana yang mengejar-ngejar bosnya? Tentu saja karena uang dan ketampanan yang dimilikinya.Jacob masih ingat apa yang dikatakan oleh Sarah padanya saat Najwa belum datang.“Tumben kamu ajak aku makan malam?” tanya Sarah, setelah sudah tak menjadi rekan kerjanya, mereka masih berhubungan baik. Sarah adalah sepupu mantan kekasih Jacob. Mereka cukup dekat karena dulu Jacob selalu mencari kekasihnya jika susah dihubungi lewat Sarah, dan Sarah akan membantunya, hanya saja sepupu Sarah tidak tahu diri, berselingkuh di belakang Jacob yang membuat Jacob patah hati da
“Aku mau ke Hypermart dan beberapa supermarket toko bahan kue,” kata Najwa pada Aisyah ketika mereka semua sudah berada di teras rumah.“Iya, mbak, kita kesana sama-sama saja,” kata Aisyah.“Aku bawa mobil sendiri, karena takut gak muat satu mobil,” kata Najwa.“Iya, aku juga mau belanja banyak barang,” jawab Aisyah yang tak mau kalah dengan apa yang nanti Najwa belanjakan. Najwa tak peduli apa yang sedang dipikirkan dan direncanakan oleh Aisyah, yang jelas ia harus gegas berbelanja barang premium untuk kebutuhannya di toko kue nanti, karena itu ia mengajak Widya dan Tina juga.Dua mobil berlalu dari pekarangan rumah Najwa dan mereka langsung menuju mall yang ada Hypermartnya. Sampai di sana, Najwa bersama bi Surti dan yang lainnya segera menuju Hypermart dan tak memedulikan rombongan Aisyah di belakang mereka.“Bi Surti,” panggil Aisyah yang membuat langkah kaki Najwa, Bi Surti dua pegawainya yang lain terdiam. Aisyah mendekat dengan senyuman.“Ada apa, bu?” tanya bi Surti ramah.“Bi
Najwa sudah melupakan insiden yang terjadi di Supermarket dan langsung fokus untuk mengadon kue yang menjadi pesanan untuk perusahaan Jacob. Bahkan dengan bantuan tenaga karyawannya yang telah kembali, ia masih kewalahan membuat seribu snack roti, apalagi untuk lima hari dalam seminggu.“Apa sebaiknya kita rekrut pegawai baru, bu?” tanya Widya pada Najwa.“Iya, lebih baik begitu, sepertinya kita memang butuh banyak tenaga, Wid,”“Diantara kita semua, hanya ibu yang beristirahat tiga sampai empat jam saja,” kata Widya, “seharusnya ibu fokus pada kue spesial untuk pak Jacob,” kata Widya.“Aku sudah mempersiapkan kue apa aja yang akan aku buat untuk Pak Jacob selama seminggu, kalian juga fokus pada snack yang aku tentukan selama seminggu ini, ya,” kata Najwa dan Widya mengangguk, semua pegawai Najwa sibuk membuat kue dari mulai mengadon bahan, membentuknya dan mengovennya lalu terakhir mengemasnya. Seluruh badan Najwa pegal sekali dan hal itu masih terus berlanjut selama setahun.“Ibu ma
Tina dan Najwa tiba di perusahaan milik Jacob pukul setengah delapan. Kedatangan Najwa sudah ditunggu-tunggu oleh Jacob di ruangannya. Angeline sendiri, sang sekretaris sampai heran kenapa sang bos bisa datang satu jam lebih awal darinya. Angeline yang terbiasa datang jam setengah delapan pagi, pagi itu kaget kala satpam perusahaan mengatakan kalau bos besarnya sudah ada di kantor sejak pukul setengah tujuh pagi. Buru-buru Angeline langsung naik ke lantai atas dan menemui bosnya yang sedang berdiri menghadap ke jendela dan menikmati pemandangan kota dari balik jendela besarnya.“Apa ada yang bapak butuhkan?” tanya Angeline dengan dada berdebar-debar, ia takut pekerjaannya ada yang terlewat sampai-sampai sang bos datang lebih pagi dari biasanya. Jacob menggeleng lemah dan berbalik.“Najwa dan timnya akan datang, terima rotinya dan antar Najwa ke ruangan saya, saya harus mereview roti milik saya sendiri,” kata Jacob pada Angeline yang membuat perempuan itu bingung. Pasalnya ia tak tahu
"Bu, Bu Najwa kenapa pucat?" Tina menghampiri Najwa setelah Jacob dan sekretarisnya keluar dari perusahaan. Tina heran kenapa wajah Najwa bisa sepucat dan sekaget itu setelah tadi ia melihat Najwa tak sengaja menabrak tubuh Hamish. "Lihat kakiku, Tin, masih berpijak di bumi, kan?" tanya Najwa dan Tina mengangguk tak paham. Benar-benar majikan satunya ini sepertinya sangat-sangat kelelahan dengan kue-kue yang terus dibuat."Ada apa, Bu?" tanya Tina bingung. Jujur, Najwa adalah pondasi toko kue tempatnya bekerja, kalau terjadi sesuatu pada Najwa, ia juga pasti akan kena. Dimana lagi Tina bisa dapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan dan bisa makan sepuasnya? Apalagi Najwa selalu membebaskan pegawainya mengambil beberapa roti untuk dibawa pulang jika mereka mau."Pak Jacob, Tin, sumpah jantung saya berdebar terus," kata Najwa mengeluh. Tina melihat ke arah mana Jacob telah menghilang kemudian mengangguk setuju."Beliau emang punya pesona tersendiri, Bu. Meski dingin, irit bicara, tap