“Saya gak mau roti selai strawberry!” kata Aisyah ketus pada bi Surti yang memberikannya segelas susu dan selai yang dipesannya tadi. Aisyah kesal dan cemburu kala melihat Najwa keluar dengan Hamish untuk berolah raga pagi itu. Bi Surti jadi bingung, dipandangnya wajah bu Ida yang sedang memegangi botol Mufti saat ia gendong, Bu Ida menggeleng ke bi Surti, memintanya menaruh kembali piring berisi selai strawberry itu ke belakang, “buatkan saya nasi goreng!” kata Aisyah memerintah.
“Baik, nyonya,” kata bi Surti. Bu Ida mendekat.
“Kamu gak mau gendong Mufti, sejak kemarin kamu belum menggendongnya sama sekali,” kata sang mertua pada menantu keduanya. Ida sangat berhati-hati sekali saat berbicara dengan Aisyah, ia menjaga mental Aisyah yang sedang naik turun dan kondisinya itu.
“Tanganku masih kebas, bu. Lebih baik ibu taruh di kamar saja jika lelah mengurusnya,” jawab Aisyah cepat.
“Kam
“Bu Najwa, ada pak Jacob,” kata Widya pada Najwa yang sedang sibuk mempersiapkan roti spesial untuk Jacob coba. Najwa melirik ke arah jam di dinding, baru pukul sepuluh pagi dan lelaki itu sudah datang ke tokonya. Ia jadi ingat dengan ucapan Sarah tadi pagi selepas ia jogging dengan Hamish.“Sarah, aku mau bicara, kamu sibuk?” tanya Najwa saat Sarah sudah mengangkat panggilan teleponnya.“Nggak, ngomong aja, weekend ini, jadi aku libur,” kata Sarah.“Kupikir lembur, karena kemarin kan kamu bilang bos kamu dapat job dadakan,” kata Najwa.“Iya, tapi lagi gak sibuk,” kata Sarah. Kemudian Najwa menceritakan kedatangan Jacob kemarin yang mengatakan akan melakukan pemesan seribu snack roti padanya mulai senin depan dan ingin mencoba roti spesial buatnya sendiri.“Wahh, alhamulillah, kamu ambil, kan?” tanya Sarah antusias.“Iya, dia bilang mau ke toko hari ini. Tapi ini kan sabtu, masak mau ke sini?” tanya Najwa pada Sarah.“Pak Jacob adalah orang yang menepati ucapannya, Najwa. Dia pasti da
Di dalam mobil, Jacob terus tersenyum sendiri, ekspresi wajah Najwa, senyumnya dan kebahagiaan perempuan itu tersalur padanya. Sang sopir sampai heran sekali melihat wajah bosnya tersebut, belum pernah ia melihat bosnya sering tersenyum seperti itu, matanya yang bagai elang membuat siapapun takut saat memandangnya dan auranya yang dingin membuat orang tak betah dekat-dekat dengannya, hanya saja kenapa masih banyak perempuan diluar sana yang mengejar-ngejar bosnya? Tentu saja karena uang dan ketampanan yang dimilikinya.Jacob masih ingat apa yang dikatakan oleh Sarah padanya saat Najwa belum datang.“Tumben kamu ajak aku makan malam?” tanya Sarah, setelah sudah tak menjadi rekan kerjanya, mereka masih berhubungan baik. Sarah adalah sepupu mantan kekasih Jacob. Mereka cukup dekat karena dulu Jacob selalu mencari kekasihnya jika susah dihubungi lewat Sarah, dan Sarah akan membantunya, hanya saja sepupu Sarah tidak tahu diri, berselingkuh di belakang Jacob yang membuat Jacob patah hati da
“Aku mau ke Hypermart dan beberapa supermarket toko bahan kue,” kata Najwa pada Aisyah ketika mereka semua sudah berada di teras rumah.“Iya, mbak, kita kesana sama-sama saja,” kata Aisyah.“Aku bawa mobil sendiri, karena takut gak muat satu mobil,” kata Najwa.“Iya, aku juga mau belanja banyak barang,” jawab Aisyah yang tak mau kalah dengan apa yang nanti Najwa belanjakan. Najwa tak peduli apa yang sedang dipikirkan dan direncanakan oleh Aisyah, yang jelas ia harus gegas berbelanja barang premium untuk kebutuhannya di toko kue nanti, karena itu ia mengajak Widya dan Tina juga.Dua mobil berlalu dari pekarangan rumah Najwa dan mereka langsung menuju mall yang ada Hypermartnya. Sampai di sana, Najwa bersama bi Surti dan yang lainnya segera menuju Hypermart dan tak memedulikan rombongan Aisyah di belakang mereka.“Bi Surti,” panggil Aisyah yang membuat langkah kaki Najwa, Bi Surti dua pegawainya yang lain terdiam. Aisyah mendekat dengan senyuman.“Ada apa, bu?” tanya bi Surti ramah.“Bi
Najwa sudah melupakan insiden yang terjadi di Supermarket dan langsung fokus untuk mengadon kue yang menjadi pesanan untuk perusahaan Jacob. Bahkan dengan bantuan tenaga karyawannya yang telah kembali, ia masih kewalahan membuat seribu snack roti, apalagi untuk lima hari dalam seminggu.“Apa sebaiknya kita rekrut pegawai baru, bu?” tanya Widya pada Najwa.“Iya, lebih baik begitu, sepertinya kita memang butuh banyak tenaga, Wid,”“Diantara kita semua, hanya ibu yang beristirahat tiga sampai empat jam saja,” kata Widya, “seharusnya ibu fokus pada kue spesial untuk pak Jacob,” kata Widya.“Aku sudah mempersiapkan kue apa aja yang akan aku buat untuk Pak Jacob selama seminggu, kalian juga fokus pada snack yang aku tentukan selama seminggu ini, ya,” kata Najwa dan Widya mengangguk, semua pegawai Najwa sibuk membuat kue dari mulai mengadon bahan, membentuknya dan mengovennya lalu terakhir mengemasnya. Seluruh badan Najwa pegal sekali dan hal itu masih terus berlanjut selama setahun.“Ibu ma
Tina dan Najwa tiba di perusahaan milik Jacob pukul setengah delapan. Kedatangan Najwa sudah ditunggu-tunggu oleh Jacob di ruangannya. Angeline sendiri, sang sekretaris sampai heran kenapa sang bos bisa datang satu jam lebih awal darinya. Angeline yang terbiasa datang jam setengah delapan pagi, pagi itu kaget kala satpam perusahaan mengatakan kalau bos besarnya sudah ada di kantor sejak pukul setengah tujuh pagi. Buru-buru Angeline langsung naik ke lantai atas dan menemui bosnya yang sedang berdiri menghadap ke jendela dan menikmati pemandangan kota dari balik jendela besarnya.“Apa ada yang bapak butuhkan?” tanya Angeline dengan dada berdebar-debar, ia takut pekerjaannya ada yang terlewat sampai-sampai sang bos datang lebih pagi dari biasanya. Jacob menggeleng lemah dan berbalik.“Najwa dan timnya akan datang, terima rotinya dan antar Najwa ke ruangan saya, saya harus mereview roti milik saya sendiri,” kata Jacob pada Angeline yang membuat perempuan itu bingung. Pasalnya ia tak tahu
"Bu, Bu Najwa kenapa pucat?" Tina menghampiri Najwa setelah Jacob dan sekretarisnya keluar dari perusahaan. Tina heran kenapa wajah Najwa bisa sepucat dan sekaget itu setelah tadi ia melihat Najwa tak sengaja menabrak tubuh Hamish. "Lihat kakiku, Tin, masih berpijak di bumi, kan?" tanya Najwa dan Tina mengangguk tak paham. Benar-benar majikan satunya ini sepertinya sangat-sangat kelelahan dengan kue-kue yang terus dibuat."Ada apa, Bu?" tanya Tina bingung. Jujur, Najwa adalah pondasi toko kue tempatnya bekerja, kalau terjadi sesuatu pada Najwa, ia juga pasti akan kena. Dimana lagi Tina bisa dapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan dan bisa makan sepuasnya? Apalagi Najwa selalu membebaskan pegawainya mengambil beberapa roti untuk dibawa pulang jika mereka mau."Pak Jacob, Tin, sumpah jantung saya berdebar terus," kata Najwa mengeluh. Tina melihat ke arah mana Jacob telah menghilang kemudian mengangguk setuju."Beliau emang punya pesona tersendiri, Bu. Meski dingin, irit bicara, tap
"Kamu keterlaluan, Aisyah!" seru Ida kesal pada menantunya itu. Bagaimana Ida tak kesal jika sebagai Aisyah sengaja mengatakan itu di depannya kepada Najwa."Mbak Najwa yang mulai duluan, Bu!" seru Aisyah tak mau disalahkan."Mungkin memang Najwa yang salah karena dia nasehatin kamu, tapi ibu juga lihat kalau kamu sendiri yang malas-malasan nyusuin anakmu. Ibu meski tua gini tahu ilmu parenting ibu-ibu jaman sekarang. Lidah bayi itu akan merangsang air susu kamu jadi akan keluar nantinya jika kamu keras kepala menyusui anakmu. Kamu ogah-ogahan menyusui anakmu, sedangkan anakmu butuh ASI darimu sebab dia alergi susu formula biasa," kata Ida panjang lebar yang membuat Aisyah diam karena tak menyangka ibu mertuanya mengerti ilmu pelekatan antara air susu dan lidah bayi yang bisa merangsang air susunya agar keluar, "Ilmu ASI itu semakin sering disusukan maka akan semakin banyak ASInya. Kayak pabrik, semakin banyak permintaan maka semakin banyak pula produk yang dikeluarkan, kan?" kata Ida
Najwa masih diam karena tahu dari ekspresi Angeline bahwa ia sedang kesal. Mungkin Angeline tak menyangka kalau ia akan mendapatkan reward berupa cake dari Jacob, padahal tadi pagi Angeline juga sudah makan roti yang dibuat Najwa. Untuk menghilangkan rasa kesal Angeline dan Najwa juga canggung karena Jacob terus menatap tajam ke arahnya, Najwa bangkit dan berjalan ke arah Angeline yang hanya menatap bingung ke arah macam-macam cake yang ada di hadapannya. "Mbak, sudah tentukan mana cake yang akan mbak pilih? Kalau belum dan gak keberatan, mau saya pilihkan?" tawar Najwa sopan dan Angeline mengangguk ke arahnya, setuju dengan saran dari Najwa tersebut. Najwa kemudian mengamati Angeline baik-baik lalu ia memilih brownies cake panggang yang sudah dihias sangat cantik. Angeline tadi juga sempat melirik brownies panggang cake itu tapi ia ragu dengan komposisi coklat di dalam cake tersebut karena takut akan mempengaruhi berat badannya yang ideal."Saya rasa sepulang kerja nanti ini enak di