Share

Bab 4 Mendadak Viral

Penulis: Dhesu Nurill
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 15:28:40

Selama perjalanan pulang, Hana memberi peringatan kepada Rendi agar tidak memberitahukan perihal dirinya yang pergi ke dokter lain.

"Ren, kamu harus laporkan apa saja yang dilihat atau didengar selama menjadi sopir Kalila. Bila perlu, rekam semua itu."

"Baik, Nyonya."

Sang wanita melihat jalanan dari kaca mobil. Mengingat pembicaraan Kalila dan Aji tempo hari, membuat Hana benar-benar murka.

Namun, sampai detik ini dia belum bisa mengungkapkan kebusukan mereka. 

Setelah sampai rumah, Hana melihat Kalila sudah pulang. Adiknya itu tampak bingung bercampur kaget saat melihat Hana pulang bersama Rendi.

Pasalnya, wanita itu tak tahu jika sang Kakak keluar. Saat dia pulang kuliah, tak mendapati Hana. Kala bertanya pada Bi Asih, wanita yang hampir sepuh itu malah mengatakan tidak tahu.

Memang sebelumnya Rendi mengantarkan Kalila kuliah, setelah itu barulah menjemput Hana untuk pergi ke rumah sakit.

"Ya Tuhan, Kak. Kakak dari mana saja? Aku nyariin, loh," ujar Kalila, menghampiri Hana yang baru saja duduk di kursi roda.

Dalam hati Hana merutuk, melihat gelagat adiknya yang pandai berakting.

"Iya, aku tadi keluar sebentar."

"Ke mana?" Kalila menyelidik, sembari menyipitkan mata.

Hana diam sejenak, menelisik raut wajah adiknya yang tampak penasaran. Di saat seperti ini, Hana merasa puas. Meskipun hanya mambuat Kalila penasaran dan uring-uringan. Pasti wanita itu sudah berpikiran macam-macam.

"Kakak ke mana? Kok gak jawab?"

Benar saja. Kalila menunggu alasan yang diberikan oleh Hana.

Hana berusaha tersenyum sebaik mungkin. Ya, senyuman yang biasa diberikan pada Kalila.

"Aku hanya jalan-jalan sekitaran komplek saja. Bosan kalau tiap hari di rumah," ungkap Hana.

Kalila terlihat tersenyum lega. "Oh, oku kira ke mana. Lagian, kenapa Kakak enggak bilang sama aku? Biasanya juga bilang dulu."

Kalila pasti merasa aneh dengan gelagat kakaknya. Bagaimana tidak? Selama Kalila tinggal di rumah ini dan Hana jatuh sakit, tak pernah sekalipun Hana keluar rumah untuk jalan-jalan.

"Ya, masa cuma jalan-jalan disekitar sini harus bilang? Lagian, kamu kan kuliah. Aku takut ganggu. Aku juga gak lama, makanya pakai mobil," ungkap Hana.

Wanita itu pun memilih untuk masuk ke rumah. Membiarkan Kalila bergelut dengan pemikirannya sendiri.

***

"Mas, aku gak mau pakai sopir!" seru Kalila dengan nada merajuk.

Aji yang tengah duduk di kursi kerjanya pun berdiri menghampiri wanita itu. Mengusap pelan pipi Kalila.

"Ya, kamu harus mau, Kal."

"Ih, kok gitu, sih? Kalau aku sama si Rendi terus, kapan kita berduaannya?!" protes Kalila.

Aji pusing jika menghadapi Kalila yang seperti ini. Pembicaraan mereka sedang disadap dan diawasi oleh Hana dari kamarnya.

Setelah makan malam. Hana pamitan untuk istirahat. Tidak lupa Kalila memberikan obat untuk sang Kakak. Tetapi, seperti biasa Hana akan membuangnya setelah Kalila pergi.

"Dengar, kalau kamu menolak, Hana akan curiga. Lagian, dia kan cuma nganterin kamu kuliah dan pulang. Kalau misal mau berduaan, kita bisa keluar malam, waktu Hana sudah tidur."

Wajah Kalila terkejut, tapi tak lama kemudian seringainya terlihat juga. "Kamu benar, Mas. Kenapa aku gak kepikiran ke sana, ya?"

Aji terkekeh sembari mengusap surai hitam milik Kalila. Hana yang mendengar itu hanya bisa mengigit bibir bawahnya sembari menahan air mata.

"Kurang ajar, kalian! Benar-benar binatang!" rutuk Hana, pelan tapi penuh penekanan.

Tidak sampai di situ saja. Hana harus menelan duri kesakitan kala melihat Aji dan Kalila melakukan hal tak senonoh di ruang kerja itu.

Kali ini, air mata Hana benar-benar luruh. Hatinya bukan hanya hancur, tapi juga hangus terbakar.

"Iblis!"

***

Beberapa minggu kemudian, sebuah video tak senonoh tersebar di internet. Sebuah akun anonim yang menyebarkan itu.

Kalila dan Aji sangat kaget saat mengetahui kalau pemeran dalam video itu adalah mereka.

Orang-orang yang mengenal keduanya pun mulai mencemooh, bahkan ada yang memaki.

Kalila yang begitu terkenal di kampus pun mulai mendapat imbas dari masalah ini. Hingga akhirnya dia pun menemui Aji di kantornya untuk memecahkan masalah ini.

Saat Kalila masuk ke kantor Aji, pegawai di sana banyak yang menatap benci dan jijik. Bahkan ada yang berani menyindir wanita itu.

"Gila, ya! Ada adik yang kaya gitu. Selingkuh sama iparnya sendiri. Benar-benar wanita jalang!"

"Iya, benar! Bukannya berterima kasih, malah menusuk dari belakang. Murahan!"

Banyak lagi selentingan-selentingan yang membuat telinga Hana panas. Inginnya Kalila melawan mereka. Tetapi, mengingat ini kantor Aji, dia pun tak berani dan memilih untuk membiarkan saja.

***

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" tanya Aji, tampak marah.

Kalila kaget mendengarnya. "Loh, kok kamu marah sih, Mas?! Aku ke sini itu buat nyelesaikan masalah kita!" seru Kalila, ikut kesal.

Aji mendengkus kesal. Dia mengguyar kepalanya, wajahnya juga terlihat stres.

"Hancur, Kal! Semua akan hancur karena video sialan itu! Lagian, video itu siapa yang merekam?!" tanya Aji, gusar.

Kalila duduk. Dia juga terlihat tak tenang. Padahal, rencananya dia akan ikut seleksi model bulan depan. Tetapi, malah ada skandal seperti ini.

"Ya, mana aku tahu, Mas! Kamu pikir aku segila itu, merekam adegan kita? Enggak, lah!"

Mereka saling diam. Seperti sedang berpikir keras, siapa yang sudah melakukan ini semua.

"Yang pasti orang dalam, Kal. Mana mungkin ada orang yang merekam aksi kita, di tempat privasiku pula," terang Aji, memberikan hipotesis.

Kalila menganggukkan kepala. "Kamu benar, Mas! Pasti ada orang dalam yang sengaja mau menghancurkan kita!"

Aji semakin gusar. Dia menebak siapa saja yang sudah berani merekam aksinya dengan Kalila, sampai satu nama pun terlintas di benak Aji.

"Ini pasti ulah si sopir itu!"

"Maksudmu, Rendi?"

"Iyalah, siapa lagi? Orang baru yang datang dan buat semua mulai berubah itu ya si Rendi."

Kalila tak langsung menanggapi, melainkan berpikir sejenak. "Tapi, Mas. Buat apa Rendi melakukan itu? Apa untungnya?"

Aji berdecak keras. "Ya ada untungnya. Dia bisa menjual video kita lewat web, itu kan bisa menghasilkan uang."

Wanita itu terperangah kaget. "Kalau gitu, aku gak mau, Mas! Aku itu mau jadi model. Aku juga mahasiswi terkenal di kampus. Gara-gara video ini, karirku bisa hancur."

"Aku tahu! Kamu pikir, karirku juga tidak hancur? Sama saja. Coba kamu lihat pandangan para karyawan. Mereka itu sudah melihat videonya."

Kalila menggeram kesal. "Kayanya kamu benar, Mas. Ini pasti ulah si Rendi. Pantes saja ada yang aneh, tiba-tiba mau jadi sopir. Tahunya, ada maksud tertentu!"

"Kita gak bisa diam saja. Sebaiknya, kita langsung kasih pelajaran sama si Rendi itu!" seru Aji, mulai tersulut emosi.

"Iya, Mas. Aku setuju!"

Bab terkait

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 5 Perubahan Hana

    Tepat pukul 5 sore, Kalila dan Aji pulang bersama. Kebetulan, hari ini jadwal Hana periksa pada Bara. Jadi, tentu saja Rendi ikut dengan sang wanita.Aji tiba-tiba saja berteriak pada Rendi. Sang pemuda pun kaget, tapi Hana tidak. Wanita itu tampaknya tahu apa yang akan terjadi.Sebab, yang menyebarkan video itu adalah Hana sendiri. Selama beberapa minggu, Hana mengumpulkan semua video asusila mereka. Awalnya, Hana ingin melabrak mereka dan melampiaskan kekesalannya. Namun, mengingat keadaannya yang masih lemah, membuat Hana mencari cara lain. Yaitu, menghancurkan keduanya secara tidak langsung.Sebelum memviralkan kedua pengkhianat itu, Hana sudah menyuruh Rendi untuk mengambil beberapa CCTV di sana, hanya menyisakan satu CCTV yang pastinya akan sulit ditemukan oleh Aji maupun Kalila.Kemungkinan mereka menyalahkan Rendi itu sudah diperhitungkan oleh Hana. Jadi, sang wanita itu memberi perintah Rendi dengan pura-pura tidak tahu."Heh, pemuda sialan! Apa yang kamu lakukan, hah?!" seru

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 6 Pengakuan

    Besoknya, Hana menemui Bara. Sebenarnya dia tidak mau merepotkan siapa pun. Hanya saja, untuk kali ini, Hana benar-benar butuh bantuan Bara untuk memalsukan kehadirannya di rumah sakit sebelumnya. Ini bertujuan agar Kalila tidak curiga kepadanya. Membiarkan sang adik berpikiran kalau dirinya tidak ganti dokter atau rumah sakit."Itu sulit, Han."Hana terlihat murung mendengar jawaban Bara."Kenapa? Bukankah dokter di sana juga teman sejawatmu?"Bara menganggukkan kepala. "Benar, tapi masalahnya itu seniorku. Mana mungkin aku melakukan itu."Hana tampak kecewa. Tetapi, dia tidak bisa memaksakan kehendak. Apalagi pada orang lain."Baiklah kalau begitu, aku permisi."Hana berdiri dengan lemah. Bara merasa bersalah dengan penolakannya. Lalu, tiba-tiba saja pria itu melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat si empunya tercenung."Han, untuk apa kamu melakukan itu? Bukankah kamu adalah orang yang jujur. Aku merasa tak percaya kamu meminta hal seperti itu."Hana menghentikan langkah, tapi w

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 7 Jawaban Tak Terduga

    Sungguh tidak terduga. Padahal, Hana belum mempersiapkan segalanya untuk membongkar kebejatan kedua orang itu. Ingin menghancurkan Kalila dan Aji sehancur-hancurnya.Namun, kenapa semua di luar dugaan. Kalila malah mengakui dan meminta maaf atas perbuatannya. Apa ini? Dia selemah itu. Setelah mendapat cemoohan dari semua orang, mentalnya langsung down.Tidak seperti tampang dan omongannya tempo hari di ruang kerja Aji, yang katanya ingin membuat Hana menderita dan merebut apa pun yang didapat oleh Hana."Kak, percaya sama aku! Aku gak fitnah Mas Aji. Kami memang berselingkuh!"Lamunan Hana buyar mendengar seruan dari Kalila. Kalau sudah begini, Hana harus putar otak. Mengubah rencana. Kalila tidak boleh mendapatkan pengampunan secepat ini."Kalau begitu, aku ingin mendengar langsung dari pengakuan Mas Aji."Kalila tampak kaget. Sepertinya dia tidak menyangka kalau Hana akan mengatakan hal seperti itu. Kalila pikir, Hana akan terpancing emosi dan mengamuk pada Aji. Lalu, berakhir memaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 8 Keputusan Hana

    "Apa maksudmu, Mas? Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Hana.Ini di luar dugaan. Wanita itu kira, Aji akan mengaku dan hanya membahas perihal perselingkuhan mereka. Tetapi, Aji malah mengatakan yang semakin membuat Hana terkejut."Iya, adikmu inilah yang memberi ide agar kamu sakit dan--"Belum juga melanjutkan ucapannya, suara tamparan kembali terdengar. Lagi-lagi Kalila menampar pria itu."Cukup, Mas! Jangan membuat hubungan persuadaraan kami hancur! Sudah!"Kalila menangis dan berusaha untuk meyakinkan Lusi kalau semua itu hanya fitnah Aji saja.Hana hanya terdiam. Rendi dan Bi Asih pun tak bisa berbuat apa-apa selain menjadi penonton gratisan."Mbak, ampuni aku," lirih Kalila, bersimpuh di depan Hana yang masih berdiri.Perihal sakit Hana yang dibuat-buat, dia baru bisa menyimpulkan ini perbuatan Aji. Sebab rekaman pembicaraan mereka tempo hari, Aji lah yang menyuruh Kalila menaikkan dosisnya.Namun, bukan berarti adiknya tidak salah. Pasti ada andil Kalila. Entah siapa yang memula

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 9 Kelicikan Aji

    Hana termenung sendiri di kamarnya. Dia memikirkan langkah selanjutnya untuk menghadapi Kalila dan Aji."Aku tidak menyangka akan seperti ini. Sekarang, aku bingung harus bagaimana."Hana masih diam memikirkan itu semua. Tetapi belum ada titik terang. Wanita itu pun memilih untuk memantau Aji di tempat kerjanya. Sebab, jika Aji tidak ada di kamar dan sedang dalam masalah, biasanya pria itu akan berdiam diri di ruang kerja.Hana langsung mengecek CCTV di ruangan itu. Ternyata dugaannya benar. Sang suami sedang uring-uringan di ruang kerja. Sempat bolak balik tak jelas, lalu kembali duduk sembari mengusap kasar rambutnya."Sial! Kenapa semua bisa terjadi?!" erang Aji. Suaranya sampai berdenging di telinga Hana. Wanita itu kadang memakai earphone saat menjalankan aksinya itu. Hana akan pantau, apa saja yang akan dilakukan oleh Aji di sana. Tak lama kemudian, Kalila masuk dengan beringas. Wanita itu bahkan membanting pintu ruang kerja Aji."Apa yang kamu lakukan?!" tanya Aji, kaget. Bahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 10 Demi Menyingkirkan Hana

    "Benar-benar biadab! Selama ini, aku menikahi orang jahat sepertinya," rutuk Hana, dengan pelan tetapi penuh penekanan.Sementara, di ruang kerja, Aji dan Kalila tertawa jumawa. Seolah mereka akan menang telak karena rencana yang diyakini sudah sempurna."Benar juga kamu, Mas. Jadi, mereka bakalan ngira kalau Kak Hana meninggal karena penyakit, bukan karena dibunuh. Tapi, kalau aku keluar dari sini, siapa yang akan memberi obat sama Kak Hana?"Aji tersenyum enteng dan kembali mengelus surai hitam Kalila. "Gampang, aku juga bisa. Intinya, kamu ikuti saja rencanaku. Ke depannya, kita bisa bebas melakukan apa saja.""Baiklah, Mas. Aku ikut saja."Hana hanya bisa memejamkan mata melihat adegan itu lagi. Dia kira pertengkaran tadi akan membuat keduanya merenggang. Tetapi, ternyata semua rencana Aji.Sungguh, sebelumnya Hana kira Aji selingkuh dengan adiknya karena Hana yang sakit-sakitan dan kurangnya perhatian darinya. Tetapi, ternyata ada niat jahat yang sudah terencana seperti itu.Apak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 11 Mulai Merasa Janggal

    Aji uring-uringan. Saat ini pria itu sedang di mobil menuju kantor. Hati dan pikirannya sedang tidak sinkron.Bagaimana tidak? Perubahan Hana begitu kentara. Dari mulai tidak memakai kursi roda lagi dan sekarang bisa beraktivitas seperti biasanya. Bukan hanya itu saja, wajah Hana tampak segar. Tidak pucat dan sayu seperti dulu. Ini sangat aneh. Aji akan tanyakan pada Kalila, apakah obat itu masih diberikan atau tidak.Sementara itu, Rendi berhasil mengikuti Kalila. Ternyata sang gadis pindah ke apartemen yang cukup mewah. Rendi akan pastikan dulu kalau Kalila tinggal di sana, dan bukan menginap di tempat orang.Wanita itu sedikit kesal karena dia harus naik litf. Padahal, di rumah Hana, Kalila dapat kamar di bawah. Memang apartemen ini tidak buruk juga, hanya saja dia kurang suka karena tidak seperti rumah Hana yang ada halamannya. Harus turun ke lantai dasar baru bisa menikmati halaman luas.Dengan gerutuan, Kalila pun pergi ke sana. Dia memberitahukan pihak apartemen tentang kepind

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 12 Mencari Celah

    Hana tidak menjawab pertanyaan Rendi, memilih untuk pergi ke kamarnya. Sang pemuda tidak berani mengikuti, apalagi itu kamar pribadi. Jadi, Rendi pun memilih menunggu di luar.Hana bergegas membuka laci, di mana surat-surat penting ditaruh. Wanita itu langsung mencari aset apa saja yang dimiliki dirinya dan Aji.Ternyata, Aji tidak punya harta yang berarti. Hanya rumah ini saja. Itu pun atas nama Hana. Dia menghela napas panjang, lega rasanya saat tahu kalau rumah yang ditempati bisa jadi miliknya. Jadi, jika terjadi apa-apa, Aji yang harus angkat kaki dari rumah ini.Wanita itu juga teringat mobil Aji dan juga miliknya. Hana harus segera membalik nama mobil itu menjadi miliknya. Dengan begitu, Aji akan benar-benar sengsara."Aku harus mendapatkan STNK mobil itu. Jadi, bisa diurus untuk balik nama," gumam Hana.Sang wanita menyimpan surat tanah, rumah dan BPKB mobilnya maupun mobil dirinya. Hana lakukan untuk meminimalisir kemungkinan terburuk, agar Aji tidak macam-macam dengannya.Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15

Bab terbaru

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 55 Pengakuan Kalila

    Hana tak bertanya atau walaupun menimpali ucapan wanita itu, tetapi lebih meneliti bagaimana wajah Kalila saat ini. Mungkin saja wanita itu sedang berbohong kepadanya. Dia benar-benar harus berhati-hati kepada Kalila. Wajahnya saja yang terlihat lugu, tapi ternyata hatinya busuk dan kelakuannya di luar batas. Bahkan dia tidak menyangka kalau Adik yang selama ini disayangi dan juga dilindungi malah menusuknya dari belakang. "Aku benar-benar serius mengatakan itu. Kalau misalkan Kakak tidak percaya, aku bisa memberikan buktinya. Aku sudah mengumpulkan banyak bukti tentang kejahatan Mas Aji kepada Kakak," ujar Kalila. Dia tidak mau sampai diserang oleh Hana atau malah sendirian menghadapi Aji. "Kamu punya bukti-buktinya? Kenapa kamu melakukan itu? Berarti benar kamu mengakui kalau kamu itu sudah jahat kepadaku?" tanya Hana sembari melipat tangan di depan dada. Dia ingin sekali melakukan ini dari dulu, menginterogasi atau bahkan memaki-maki adiknya sendiri. Tak masalah, karena memang

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 54 Tidak Mudah Percaya

    Melihat situasi yang mulai memanas, sang kakek pun langsung buka suara. "Maaf kalau saya memotong pembicaraan kalian. Saya ingin menjelaskan duduk permasalahannya, agar tidak ada salah paham, ya," ucap Kakek itu yang membuat mereka bertiga menoleh. Kebetulan di sana juga sudah ada Rendi. "Maaf, Kakek ini siapa, ya?" tanya Hana, dia tidak bisa mudah percaya begitu saja. Mengingat kalau Kalila itu mungkin licik dan menyewa Kakek ini untuk pura-pura menjadi saksi. Walaupun memang saat ini keadaan Kalila begitu kacau, tapi entah kenapa rasa percaya terhadap adiknya itu sudah hilang begitu saja. Harus punya bukti yang kuat, baru benar-benar bisa paham dengan situasi yang terjadi. "Saya Tono. Saya orang yang tinggal di sekitaran perkebunan itu." Pria tua itu pun menceritakan kronologis saat ia menemukan Kalila di sebuah lubang. Hana hanya terdiam. Dia melihat tidak ada kebohongan di sorot mata Kakek ini. Tampak benar-benar tulus dan juga jujur. "Seperti itu, Nak. Saya datang ke sini h

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 53 Pengakuan Kalila

    Saat ini Hana sedang berada di mobil menuju perjalanan pulan. Dia terus saja memikirkan perkataan Sabrina kepadanya. Wanita itu hampir saja tergoda untuk ikut kerjasama dengan Sabrina perihal Kalila, tetapi Hana sadar kalau yang dihadapinya adalah Rido dan orang kaya yang mungkin saja bisa melakukan segala cara dengan uang atau bisa saja dia dimanfaatkan oleh Sabrina demi kepentingan tertentu. Lalu, ujungnya Hana juga yang menjadi tersangka atau kambing hitam mereka. "Aku tidak mau berurusan dengan orang-orang kaya seperti itu. Mereka terlihat baik, padahal di belakangnya busuk. Untuk masalah Kalila, biarlah aku sendiri akan berpikir sesuai dengan rencanaku sebelumnya," gumam Hana saat masih di dalam mobil.Dia benar-benar tidak mau berurusan lagi dengan Rido atau istrinya, berharap semuanya akan segera berakhir dan bisa memulai hidup baru dengan baik. Suara ponsel berdering, di sana tertera nama Rendi. Wanita itu menautkan kedua alisnya. Biasanya Rendi akan menelepon Hana jika mema

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 52 Aku Tidak Tertarik

    “Aku ingin mengajakmu kerja sama.”Hana masih tampak kebingungan, terlihat dari wajahnya serta alis yang saling bertautan.“Untuk?”Sabrina tersenyum, lalu menghela napas panjang. wanita itu begitu santai. Tetapi, wajahnya kali ini tampak serius.“Aku tahu, suamimu selingkuh dengan adikmu.”Lagi-lagi tubuh Hana menegang. Satu pertanyaan muncul di benak, bagaimana wanita itu bisa tahu?Seolah paham dengan mimik wajah Hana, Sabrina kembali melanjutkan ucapannya yang malah membuat Hana tidak bisa berkata-kata.“Aku mengikuti kegiatan dan gerak-gerik Kalila.”Hana menghela napas berat. Adiknya itu memang sangat memalukan. Dia malah merebut seorang suami yang sudah beristri.Namun, sekarang bukan itu point masalahnya. Kenapa Sabrina harus mengajaknya kerja sama? Dia sama sekali tidak butuh patner untuk memberikan adiknya hukuman.“Kamu bisa memakai uangmu untuk membereskan Kalila. Dia memang adikku, tapi perlakuan dan tindakannya bukan tanggung jawabku.”Sabrina takjub dengan keteguhan dan

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 51 Istri Rido

    “Kalau itu saya kurang tahu, Non. Tapi, sedari pagi Tuan memang sudah berangkat.”Kalila masih khawatir. Jadi, dia hanya bisa berharap kalau Aji tidak dulu pulang dan Hana segara kembali.Sementara itu di sebuah kafe, Hana sedang bertemu dengan wanita yang kemarin meneleponnya. Pada akhirnya, sang wanita tidak punya pilihan lain.Rasa penasaran membuatnya mengambil keputusan ini. Apalagi, mungkin ini bisa dijadikan bahan bukti penangkapan Adik dan suaminya.Namun, yang membuat Hana kaget adalah wanita itu dikenal olehnya. Dia adalah Sabrina, istri dari Rido.Wanita cantik dan elegan itu tersenyum simpul pada Hana. Entah kenapa, kesan pertama yang dilihat bukanlah takut atau risi, melainkan merasa terpukau.“Pasti kamu kenal aku, kan?” tanya Sabrina dengan ramah.Hana ikut tersenyum sembari mengangguk. “Iya, aku mengenalmu.”“Sama, aku juga kenal kamu. Termasuk hubunganmu dengan suamiku.”Kali ini Hana mengernyit bingung. “Maksudmu? Maaf, aku tidak punya hubungan apa pun dengan Rido.”

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 50 Barang Bukti

    “Tas?”Rendi bergegas melihat isi tas itu, tentu saja menggunakan sarung tangan. Ini akan jadi bukti untuk diperlihatkan pada Hana. Isinya masih aman, kecuali HP. Sudah dipastikan kalau Aji menculik Kalila.Pria itu mencoba mencari apalagi yang bisa dijadikan bukti, sampai Rendi melihat ada jaket milik Aji yang tertinggal di sana. Rendi pun langsung mengambilnya. Ini akan semakin memperkuat kesalahan Aji.Setelah itu sang pria pun langsung pergi dari sana. Dia akan mencari jejak Kalila sepanjang pulang dari sini. Mungkin saja wanita itu masih ada di sekitaran sini.Sementara itu, tepat pukul 9 Kalila bisa menaiki mobil sayur. Dia diantar oleh kakek itu untuk ke kantor polisi.Selama perjalanan, Kalila terus berdoa, semoga dia tidak bertemu dengan Aji. Kalau tidak, bukan hanya dirinya yang ada dalam masalah, tapi sang Kakek juga.Kalila menutupi kepalanya dengan kain jarik yang diberikan Nenek. Ini digunakan agar Kalila aman dan tidak ada yang mengenali.Hingga satu jam kemudian, akhir

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 49 Masih Ketakutan

    “Ini, Nak. Minumlah.”Kakek tua itu menyerahkan teh hangat pada Kalila yang sedang duduk di dipan sebuah rumah sederhana berdinding anyaman bambu.Dengan tangan gemetar, wanita itu menerimanya dan langsung meminumnya.“Pelan-pelan, Nak. Itu masih panas.”Kalila tahu, teh itu masih agak panas. Tetapi, semalaman dia tidak makan maupun minum. Entah bagaimana kalau dirinya sampai tak tertolong, mungkin kejahatan Aji tidak akan pernah bisa terbongkar.“Kamu sudah tenang?”Tanya seorang nenek yang keluar dari arah dapur. Sepasang sepuh itu tinggal dengan cucunya. Mereka ada di ujung perkambungan, dan hanya rumah ini yang ada di sepanjang jalan setapak. Terbilang hidup sangat sederhana.Nenek itu duduk di pinggir dipan dan mengusap pundak Kalila dengan pelan.“Ya Allah, Nak. Badanmu sampai gemetar seperti ini. Dia pasti sangat ketakutan,” ucap Nenek itu pada sang Kakek.Pria sepuh mengangguk setuju. “Iya, Bu. Kalau saja kita tidak menemukannya, dia pasti sudah tertangkap lagi oleh penculik i

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 48 Dua Pria Penolong

    Kalila menangis dengan suara parau. Dia benar-benar mulai putus asa. Kalau tidak ada yang menolongnya, maka kemungkinan besar dirinya akan ketangkap oleh Aji.Dia menggelengkan kepala. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya merasa takut.Ternyata Aji punya sisi jahat yang mengerikan. Mungkin saja, Kalila akan habis di tangan pria itu kalau tidak kabur. Tetapi, masalahnya dia tidak tahu cara keluar dari sini.Wanita itu menangis sembari berusaha berpikir, bagaimana caranya agar bisa keluar dari sini. Tak ada jalan selain terus menyerukan permintaan tolong dan berdoa pada Tuhan.“Ya Tuhan, aku benar-benar menyesal. Tidak mau berurusan dengan Mas Aji lagi. Kalau aku keluar dari sini, aku akan membuka kebusukan pria itu. Aku janji.”Kalila menangis sesenggukan, sampai tiba-tiba ....“Ternyata orang!” seru seorang anak remaja dengan pakaian kaos dan celana panjang. Ada topi bambu yang menempel di kepalanya.Kalila langsung mendongak dan menghapus jejak air mata. Wanita itu merasa senan

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 47 Aji Ketakutan

    “Siapa kamu sebenarnya?”Hana masih mencari tahu tentang identitas wanita di seberang sana. Tetapi, lagi-lagi sang wanita tak mengatakan apa pun.“Kamu akan tahu siapa aku setelah nanti kita bertemu.”Hana diam sejenak, memikirkan apa yang harus dia lakukan.“Kalau kamu mau tahu tentang adikmu dan suamimu, datanglah besok jam 8. Aku akan mengirimkan alamatnya.”Setelah itu panggilan pun terputus. Lalu, sebuah pesan masuk. Isinya alamat dari si penelepon tadi.Entah apa yang akan Hana perbuat besok. Yang pasti dia harus hati-hati dengan kemungkinan terburuk.***Suara pintu utama terbuka membuat Hana terkesiap. Sang wanita langsung mencari tahu siapa yang datang, ternyata itu adalah suaminya.Aji terlihat pucat dan juga terengah-engah. Hana mengernyit, bingung. Sebab tak biasanya Aji seperti ini.Pantas saja sedari tadi dia tak melihat keberadaan sang pria.“Kamu dari mana, Mas? Lalu, kenapa seperti habis dikejar orang?”Aji berusaha menenangkan diri. Yang sebenarnya, saat pulang tadi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status