Arman mengangkat tangannya sangat tinggi tepat di wajah Zulaika. Dia menatap wajah sang istri dengan bergetar. Arman ingin sekali menampar wajah Zulaika di depan semua orang, namun masih saja dia tahan. Sebenarnya dia tidak bisa menerima, dan akhirnya benar-benar melakukannya tamparan itu sangat keras. Plak! "Apa?" Semua wanita terkejut, mendadak menutup mulut mereka sambil melotot. Tamparan itu membuat Zulaika seketika memalingkan wajahnya. Wanita itu semakin tidak percaya Arman melakukan hal itu di depan semua wanita yang sangat membencinya.Mereka tertawa. Seketika menatap Zulaika dengan senyuman sinis. Senyuman kemenangan atas apa yang sudah Zulaika perlakukan kepada mereka."Kita akan berpisah dan aku tidak akan pernah menjadi istrimu lagi. Aku akan pergi dari sini. Selamat tinggal," ucap Zulaika dengan nada pelan, namun pandangannya sangat menekan. Menusuk, mengarah tepat di kedua mata Arman yang masih menatapnya dengan tajam. Lelaki itu masih tidak puas dengan apa, yang sudah
Zulaika mendorong tubuh Arman setelah lelaki itu menurunkan dari gendongannya. Arman hanya diam menatap sang istri. "Untuk apa kau membawaku ke sini. Untuk apa? Bukankah kau puas melakukannya?"Zulaika masih saja menatap Arman dengan tajam. Dia merasa kesal. Melihat perlakuan Arman yang sudah dilakukannya di depan semua wanita. Dengan sengaja Arman mempermalukan Zulaika dengan sangat kejam. Memperlihatkan jika Arman memang tidak bisa dikalahkan. Namun, tetap saja Arman terlihat mencintai Zulaika dengan tingkahnya yang tiba-tiba berubah drastis."Aku bisa melakukan apa pun yang aku inginkan. Walaupun dengan menamparmu. Ataupun ... aku akan melakukan apa pun yang aku mau di depan semua orang. Kau tidak bisa mengatur ku seenakmu saja. Sekarang diamlah di sini. Karena aku tidak ingin kau keluar ataupun pergi ke mana saja. Sudah cukup kau melakukan perselingkuhan di belakangku. Kau pikir aku tidak tahu? Ini adalah awal dari hukuman yang aku berikan kepadamu. Jika kau tetap saja bertemu de
Menikahi wanita lain? Bagaimana mungkin Arman melakukan itu? Zulaika tetap diam. Dia tidak mengatakan apa pun. Yang jelas, Arman melakukan itu karena ingin membuat dirinya kalah dan memperlihatkan kecemburuan sang istri. Zulaika mengernyit. Apakah dia harus memperlihatkannya?"Lakukan saja. Lagi pula, kau sering melakukan dengan semua wanita. Untuk apa aku harus mencegahmu? Aku tidak akan bisa.""Baiklah. Aku akan melakukannya. Wanita itu, memang selalu ada disampingku. Dia tidak pernah aku bawa ke sini, karena memang aku tidak mau dia aku perlakukan seperti wanita lainnya. Tapi ... sekarang waktunya aku akan membawanya ke sini."Arman menatap luar dari jendela kamar Zulaika. Dia memejamkan kedua matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa. Zulaika masih saja diam, menatapnya dari belakang. Dalam pikirannya, terbelit semua perkataan Arman. Apakah dia bisa bersaing dengan wanita itu?"Aku ingin kau mengikutiku," ucap Arman. Mendadak dia menarik lengan Zulaika. Mengajaknya keluar kam
Seseorang keluar dari gudang itu. Lelaki dengan kedua tangan terikat dan kepala yang ditutup kain hitam, berjalan tersuruk-suruk. Tubuhnya dipenuhi dengan luka.Dua orang memegang lengannya kanan dan kiri, kemudian menariknya. Menendangnya dengan cukup keras saat berada tepat di depan Arman. "Ini tidak mungkin!" Zulaika yang masih berada di dalam mobil bergetar. Sekujur tubuhnya sangat kaku saat melihatnya. Kedua tangannya mengepal. Napasnya tidak beraturan. Kedua matanya melotot tajam, melihat kejadian sangat mengerikan di hadapannya. Dan ... itu dilakukan oleh lelaki yang sangat dibencinya, yaitu Arman."Aku ... akan membunuhnya!" teriak Zulaika. Dia tidak percaya. Agung yang selama ini merencanakan semuanya dengan matang untuk pembalasan dendam, ternyata akan tertangkap dengan cara mengenaskan seperti ini. Zulaika terus menendang pintu mobil, namun tidak bisa membukanya. Arman sudah menguncinya di dalam."Lepaskan aku, dasar keparat!" teriaknya sekali lagi. Zulaika mengamati semua
Bagus terpaku melihat sosok yang ada di hadapannya. Tersenyum dengan berkacak pinggang, lalu berjalan mendekat ke arahnya. Sosok itu memegang pundak Bagus sebelah kanan, lalu menepuk-menepukkan tangannya sambil menganggukkan kepala. Dia terus terkekeh pelan. Ekspresi yang menunjukkan jika dia menertawakan Bagus karena rencananya tidak berjalan dengan sempurna.Bagus masih saja menahan diri untuk tidak melampiaskan emosi. Semua pengawal yang berada di belakangnya berjumlah 10 orang, masih terdiam. Tidak berani untuk mendekat. Karena sosok itu membawa lebih banyak pengikut ketimbang Bagus."Ternyata kau memang benar-benar akan menyiksa gadisku? Aku benar-benar tidak percaya melihatnya. Hmm, aku sangat marah. Dan ... sepertinya aku akan mempercepat kematianmu saja. Mungkin itu yang terbaik," ucapnya sambil terus tersenyum kemudian mengangkat tangannya. Salah satu pengikut yang berada di belakang segera berjalan mendekat. Memberikan satu batang rokok yang segera dihisapnya. Masih dengan t
Mereka saling memandang satu sama lain. Terutama Zulaika. Arman mengatakan suatu hal lagi yang mengejutkan dirinya. Dia tidak mengerti, kenapa Arman bisa berkata seperti itu. Jadi penyelamat dirinya? Apakah mereka memang pernah bertemu sebelumnya?"Jangan pernah berkata suatu hal yang tidak membuatku mengerti. Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Aku benar-benar tidak mengenalmu. Yang aku tahu kau adalah lelaki yang sangat berengsek! Arman Maulana!""Kau tidak berhak mengatakan itu, karena aku sangat marah!" teriak Arman. Dia kembali mendekati Zulaika dan akan melayangkan pukulannya sekali lagi. "Hentikan!" Ema spontan datang, berada tepat di hadapan Arman. Zulaika mendorong Ema agar tidak menghalanginya."Ema! Apa yang kau lakukan!" ucap Zulaika. Ema tidak menghiraukan perkataan Zulaika. Dia tetap akan menghalangi Arman."Aku berjanji Zulaika tidak akan pernah mengatakan hal buruk lagi. Tolong, Tuan Arman. Lupakan masalah ini. Aku mohon. Dia sudah sangat lemah," ucap Ema sa
Zulaika melihat sesuatu di dalam kabut. Dia melebarkan kedua matanya, memastikan seseorang yang berada di hadapannya. Perlahan dia melangkah, menghampirinya. Tidak Zulaika sangka. Sang ibu berada di hadapannya?“Ibu, aku merindukanmu,” ucapnya sambil menangis. Dia mengeratkan pelukannya. “Apakah aku mati?” lanjutnya dengan terisak.“Waktumu kurang dari enam puluh hari. Kau masih hidup, anakku. Ibu akan selalu di sisimu.”Zulaika menangis, menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau sang ibu pergi.“Ibu!” teriaknya keras, hingga, “apa ini?” ucapnya terus berusaha membuka kedua matanya. Zulaika tidak percaya. Dia berada di gudang bawah tanah dalam keadaan sangat berantakan.“Argh, kepalaku.”Zulaika kembali terkejut. Kedua matanya melebar. Mengingat seseorang memukul kepalanya dan itu adalah Ema. Zulaika kini paham. Ema pasti akan melakukan itu. Dia mencintai Ardian. Tidak ada yang bisa dia percaya. Siapa pun pasti akan menghancurkannya. Kini, dia seorang diri. Hanya dirinya.“Sialan!”Tidak
Zulaika masih tidak mengerti. Apa sebenarnya yang terjadi? Dia terus memutar pikirannya. Dia sama sekali tidak mengingat tentang Arman. Tapi, lelaki itu selalu mengatakan hal itu. Sebagai penyelamat? Penyelamat apa?“Aku tidak pernah menyelamatkanmu, Arman. Aku tidak mengingatnya.”Arman memandang Zulaika. Mengusap wajahnya. Tatapan itu sangat kaku. Bahkan, tangannya bergetar. Dia berusaha melawan perasaannya sendiri. Arman masih tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.“Kau sudah menyiksaku. Aku lebih baik kau bunuh saja. Aku tidak lebih dari wanita murahan yang kau nikahi. Kau juga harus memenuhi peraturan perusahaan, bukan? Apalagi kau akan membawa wanita itu. Untuk apa kau selalu menyelamatkanku.”“Aku akan membawamu ke acara semua pengusaha seluruh dunia. Kau akan aku perkenalkan kepada mereka.Tapi, kau harus sembuh,” balas Arman masih saja menatap Zulaika. Ada rasa kasihan di hatinya. Ditambah rasa sakit akibat cemburunya.“Bagaimana dengan wanita itu?”Arman menghentikan gera
Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan
Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya
Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su
Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah
Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m
Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y
Hati Arman benar-benar hancur. Di saat dia sangat percaya dengan istrinya, ternyata apa yang dikatakan Ema memang benar. Zulaika keluar bersama Ardian dengan sangat mesra. Mereka berpelukan sebelum akhirnya Agung akan mengantar Zulaika kembali ke kediaman Maulana.Arman masih saja berada di dalam mobil. Kedua matanya menatap sangat tajam. Arman masih belum pergi dari sana dan menahan hatinya yang sangat terluka itu. Pengkhianatan adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Dia tidak akan pernah memaafkan siapa pun itu. Walaupun pengkhianat itu adalah seseorang yang sangat dicintainya, atau pun ibu yang sudah melahirkannya. Arman benar-benar tidak bisa memaafkan Zulaika.Perlahan dia terus mencengkeram kemudi mobil itu, hingga telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah. Kemudian dia menyalakan mesin mobil dan melesat sangat kencang menuju ke sungai yang masih saja terlihat sangat indah. Kelopak bunga mawar itu masih saja menghiasi permukaannya. Arman berlari dan masuk ke dalam su
Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu
"Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m