Menikahi wanita lain? Bagaimana mungkin Arman melakukan itu? Zulaika tetap diam. Dia tidak mengatakan apa pun. Yang jelas, Arman melakukan itu karena ingin membuat dirinya kalah dan memperlihatkan kecemburuan sang istri. Zulaika mengernyit. Apakah dia harus memperlihatkannya?"Lakukan saja. Lagi pula, kau sering melakukan dengan semua wanita. Untuk apa aku harus mencegahmu? Aku tidak akan bisa.""Baiklah. Aku akan melakukannya. Wanita itu, memang selalu ada disampingku. Dia tidak pernah aku bawa ke sini, karena memang aku tidak mau dia aku perlakukan seperti wanita lainnya. Tapi ... sekarang waktunya aku akan membawanya ke sini."Arman menatap luar dari jendela kamar Zulaika. Dia memejamkan kedua matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa. Zulaika masih saja diam, menatapnya dari belakang. Dalam pikirannya, terbelit semua perkataan Arman. Apakah dia bisa bersaing dengan wanita itu?"Aku ingin kau mengikutiku," ucap Arman. Mendadak dia menarik lengan Zulaika. Mengajaknya keluar kam
Seseorang keluar dari gudang itu. Lelaki dengan kedua tangan terikat dan kepala yang ditutup kain hitam, berjalan tersuruk-suruk. Tubuhnya dipenuhi dengan luka.Dua orang memegang lengannya kanan dan kiri, kemudian menariknya. Menendangnya dengan cukup keras saat berada tepat di depan Arman. "Ini tidak mungkin!" Zulaika yang masih berada di dalam mobil bergetar. Sekujur tubuhnya sangat kaku saat melihatnya. Kedua tangannya mengepal. Napasnya tidak beraturan. Kedua matanya melotot tajam, melihat kejadian sangat mengerikan di hadapannya. Dan ... itu dilakukan oleh lelaki yang sangat dibencinya, yaitu Arman."Aku ... akan membunuhnya!" teriak Zulaika. Dia tidak percaya. Agung yang selama ini merencanakan semuanya dengan matang untuk pembalasan dendam, ternyata akan tertangkap dengan cara mengenaskan seperti ini. Zulaika terus menendang pintu mobil, namun tidak bisa membukanya. Arman sudah menguncinya di dalam."Lepaskan aku, dasar keparat!" teriaknya sekali lagi. Zulaika mengamati semua
Bagus terpaku melihat sosok yang ada di hadapannya. Tersenyum dengan berkacak pinggang, lalu berjalan mendekat ke arahnya. Sosok itu memegang pundak Bagus sebelah kanan, lalu menepuk-menepukkan tangannya sambil menganggukkan kepala. Dia terus terkekeh pelan. Ekspresi yang menunjukkan jika dia menertawakan Bagus karena rencananya tidak berjalan dengan sempurna.Bagus masih saja menahan diri untuk tidak melampiaskan emosi. Semua pengawal yang berada di belakangnya berjumlah 10 orang, masih terdiam. Tidak berani untuk mendekat. Karena sosok itu membawa lebih banyak pengikut ketimbang Bagus."Ternyata kau memang benar-benar akan menyiksa gadisku? Aku benar-benar tidak percaya melihatnya. Hmm, aku sangat marah. Dan ... sepertinya aku akan mempercepat kematianmu saja. Mungkin itu yang terbaik," ucapnya sambil terus tersenyum kemudian mengangkat tangannya. Salah satu pengikut yang berada di belakang segera berjalan mendekat. Memberikan satu batang rokok yang segera dihisapnya. Masih dengan t
Mereka saling memandang satu sama lain. Terutama Zulaika. Arman mengatakan suatu hal lagi yang mengejutkan dirinya. Dia tidak mengerti, kenapa Arman bisa berkata seperti itu. Jadi penyelamat dirinya? Apakah mereka memang pernah bertemu sebelumnya?"Jangan pernah berkata suatu hal yang tidak membuatku mengerti. Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Aku benar-benar tidak mengenalmu. Yang aku tahu kau adalah lelaki yang sangat berengsek! Arman Maulana!""Kau tidak berhak mengatakan itu, karena aku sangat marah!" teriak Arman. Dia kembali mendekati Zulaika dan akan melayangkan pukulannya sekali lagi. "Hentikan!" Ema spontan datang, berada tepat di hadapan Arman. Zulaika mendorong Ema agar tidak menghalanginya."Ema! Apa yang kau lakukan!" ucap Zulaika. Ema tidak menghiraukan perkataan Zulaika. Dia tetap akan menghalangi Arman."Aku berjanji Zulaika tidak akan pernah mengatakan hal buruk lagi. Tolong, Tuan Arman. Lupakan masalah ini. Aku mohon. Dia sudah sangat lemah," ucap Ema sa
Zulaika melihat sesuatu di dalam kabut. Dia melebarkan kedua matanya, memastikan seseorang yang berada di hadapannya. Perlahan dia melangkah, menghampirinya. Tidak Zulaika sangka. Sang ibu berada di hadapannya?“Ibu, aku merindukanmu,” ucapnya sambil menangis. Dia mengeratkan pelukannya. “Apakah aku mati?” lanjutnya dengan terisak.“Waktumu kurang dari enam puluh hari. Kau masih hidup, anakku. Ibu akan selalu di sisimu.”Zulaika menangis, menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau sang ibu pergi.“Ibu!” teriaknya keras, hingga, “apa ini?” ucapnya terus berusaha membuka kedua matanya. Zulaika tidak percaya. Dia berada di gudang bawah tanah dalam keadaan sangat berantakan.“Argh, kepalaku.”Zulaika kembali terkejut. Kedua matanya melebar. Mengingat seseorang memukul kepalanya dan itu adalah Ema. Zulaika kini paham. Ema pasti akan melakukan itu. Dia mencintai Ardian. Tidak ada yang bisa dia percaya. Siapa pun pasti akan menghancurkannya. Kini, dia seorang diri. Hanya dirinya.“Sialan!”Tidak
Zulaika masih tidak mengerti. Apa sebenarnya yang terjadi? Dia terus memutar pikirannya. Dia sama sekali tidak mengingat tentang Arman. Tapi, lelaki itu selalu mengatakan hal itu. Sebagai penyelamat? Penyelamat apa?“Aku tidak pernah menyelamatkanmu, Arman. Aku tidak mengingatnya.”Arman memandang Zulaika. Mengusap wajahnya. Tatapan itu sangat kaku. Bahkan, tangannya bergetar. Dia berusaha melawan perasaannya sendiri. Arman masih tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.“Kau sudah menyiksaku. Aku lebih baik kau bunuh saja. Aku tidak lebih dari wanita murahan yang kau nikahi. Kau juga harus memenuhi peraturan perusahaan, bukan? Apalagi kau akan membawa wanita itu. Untuk apa kau selalu menyelamatkanku.”“Aku akan membawamu ke acara semua pengusaha seluruh dunia. Kau akan aku perkenalkan kepada mereka.Tapi, kau harus sembuh,” balas Arman masih saja menatap Zulaika. Ada rasa kasihan di hatinya. Ditambah rasa sakit akibat cemburunya.“Bagaimana dengan wanita itu?”Arman menghentikan gera
Semua mata memandang Zulaika. Arman sepanjang malam menemani dirinya. Menjaga dengan penuh kehangatan. Lelaki itu sama sekali tidak bisa menahan hatinya. Sudah cukup Arman akan menyembunyikan perasaan itu. Kini dia memperlihatkan rasa itu. Hatinya sudah tidak bisa dibendung lagi.“Apa yang kau lakukan dengan wanitamu? Kau kembali menyiksa mereka?” tanya Zulaika lemas. Dia mendengar teriakan Ema. Zulaika tahu. Itu adalah Ema. Dia sebenarnya sangat terkejut Ema yang sangat dia percaya melakukan hal di luar dugaannya. Tapi, dia sendiri juga tidak suka jika Arman menyiksanya. Tapi, Zulaika tidak bisa mencegah itu.“Aku akan menghabisi siapa saja yang sudah berkhianat denganmu. Mereka akan menerima ganjarannya. Aku adalah lelaki yang selalu menjaga milikku yang berharga.”"Tapi, dia melakukan itu pasti karena perintah darimu. Kenapa kau mengingkarinya? Kau juga sama saja seperti pengkhianat. Sekarang, bebaskan dia.""Sudah cukup bicaranya."Arman membuka pintu saat pengawal mengetuknya. Di
Perlahan Zulaika membalikkan tubuhnya. Dia menatap wanita yang seketika membuatnya terkekeh. Rose? Ternyata wanita itu adalah Rose anak dari Jakarasa. “Zulaika. Aku menerima tawaranmu. Aku akan menjadi pengikutmu. Aku memang mencintai Ardian. Tapi, aku tahu Ardian tidak akan pernah mencintaiku.”Ema menunggu Zulaika untuk menjawabnya. Wanita itu masih saling bertatapan dengan Rose. Dalam batinnya, dia tidak pernah mengira jika Rose wanita itu. Tapi, yang jelas itu bisa terjadi. Dia anak dari pesaing hebat Maulana. Dan ... sekali saja Arman terbongkar jika dia adalah anak pungut, maka Rose adalah wanita penguasa tertinggi.“Aku tidak akan pernah membuat dia memenangkan ini. Ternyata dia wanita itu. Baiklah, aku akan mulai peperangan ini,” batin Zulaika sambil mengangkat tangan kanannya ke arah pelayan. Dia menunjuk pintu kandang anjing itu. Seketika, para pelayan membuka dan membebaskan Ema.“Berdandanlah seperti biasanya. Kau ... mulai sekarang harus berada di sampingku ketika berjal