Mereka saling memandang satu sama lain. Terutama Zulaika. Arman mengatakan suatu hal lagi yang mengejutkan dirinya. Dia tidak mengerti, kenapa Arman bisa berkata seperti itu. Jadi penyelamat dirinya? Apakah mereka memang pernah bertemu sebelumnya?"Jangan pernah berkata suatu hal yang tidak membuatku mengerti. Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Aku benar-benar tidak mengenalmu. Yang aku tahu kau adalah lelaki yang sangat berengsek! Arman Maulana!""Kau tidak berhak mengatakan itu, karena aku sangat marah!" teriak Arman. Dia kembali mendekati Zulaika dan akan melayangkan pukulannya sekali lagi. "Hentikan!" Ema spontan datang, berada tepat di hadapan Arman. Zulaika mendorong Ema agar tidak menghalanginya."Ema! Apa yang kau lakukan!" ucap Zulaika. Ema tidak menghiraukan perkataan Zulaika. Dia tetap akan menghalangi Arman."Aku berjanji Zulaika tidak akan pernah mengatakan hal buruk lagi. Tolong, Tuan Arman. Lupakan masalah ini. Aku mohon. Dia sudah sangat lemah," ucap Ema sa
Zulaika melihat sesuatu di dalam kabut. Dia melebarkan kedua matanya, memastikan seseorang yang berada di hadapannya. Perlahan dia melangkah, menghampirinya. Tidak Zulaika sangka. Sang ibu berada di hadapannya?“Ibu, aku merindukanmu,” ucapnya sambil menangis. Dia mengeratkan pelukannya. “Apakah aku mati?” lanjutnya dengan terisak.“Waktumu kurang dari enam puluh hari. Kau masih hidup, anakku. Ibu akan selalu di sisimu.”Zulaika menangis, menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau sang ibu pergi.“Ibu!” teriaknya keras, hingga, “apa ini?” ucapnya terus berusaha membuka kedua matanya. Zulaika tidak percaya. Dia berada di gudang bawah tanah dalam keadaan sangat berantakan.“Argh, kepalaku.”Zulaika kembali terkejut. Kedua matanya melebar. Mengingat seseorang memukul kepalanya dan itu adalah Ema. Zulaika kini paham. Ema pasti akan melakukan itu. Dia mencintai Ardian. Tidak ada yang bisa dia percaya. Siapa pun pasti akan menghancurkannya. Kini, dia seorang diri. Hanya dirinya.“Sialan!”Tidak
Zulaika masih tidak mengerti. Apa sebenarnya yang terjadi? Dia terus memutar pikirannya. Dia sama sekali tidak mengingat tentang Arman. Tapi, lelaki itu selalu mengatakan hal itu. Sebagai penyelamat? Penyelamat apa?“Aku tidak pernah menyelamatkanmu, Arman. Aku tidak mengingatnya.”Arman memandang Zulaika. Mengusap wajahnya. Tatapan itu sangat kaku. Bahkan, tangannya bergetar. Dia berusaha melawan perasaannya sendiri. Arman masih tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.“Kau sudah menyiksaku. Aku lebih baik kau bunuh saja. Aku tidak lebih dari wanita murahan yang kau nikahi. Kau juga harus memenuhi peraturan perusahaan, bukan? Apalagi kau akan membawa wanita itu. Untuk apa kau selalu menyelamatkanku.”“Aku akan membawamu ke acara semua pengusaha seluruh dunia. Kau akan aku perkenalkan kepada mereka.Tapi, kau harus sembuh,” balas Arman masih saja menatap Zulaika. Ada rasa kasihan di hatinya. Ditambah rasa sakit akibat cemburunya.“Bagaimana dengan wanita itu?”Arman menghentikan gera
Semua mata memandang Zulaika. Arman sepanjang malam menemani dirinya. Menjaga dengan penuh kehangatan. Lelaki itu sama sekali tidak bisa menahan hatinya. Sudah cukup Arman akan menyembunyikan perasaan itu. Kini dia memperlihatkan rasa itu. Hatinya sudah tidak bisa dibendung lagi.“Apa yang kau lakukan dengan wanitamu? Kau kembali menyiksa mereka?” tanya Zulaika lemas. Dia mendengar teriakan Ema. Zulaika tahu. Itu adalah Ema. Dia sebenarnya sangat terkejut Ema yang sangat dia percaya melakukan hal di luar dugaannya. Tapi, dia sendiri juga tidak suka jika Arman menyiksanya. Tapi, Zulaika tidak bisa mencegah itu.“Aku akan menghabisi siapa saja yang sudah berkhianat denganmu. Mereka akan menerima ganjarannya. Aku adalah lelaki yang selalu menjaga milikku yang berharga.”"Tapi, dia melakukan itu pasti karena perintah darimu. Kenapa kau mengingkarinya? Kau juga sama saja seperti pengkhianat. Sekarang, bebaskan dia.""Sudah cukup bicaranya."Arman membuka pintu saat pengawal mengetuknya. Di
Perlahan Zulaika membalikkan tubuhnya. Dia menatap wanita yang seketika membuatnya terkekeh. Rose? Ternyata wanita itu adalah Rose anak dari Jakarasa. “Zulaika. Aku menerima tawaranmu. Aku akan menjadi pengikutmu. Aku memang mencintai Ardian. Tapi, aku tahu Ardian tidak akan pernah mencintaiku.”Ema menunggu Zulaika untuk menjawabnya. Wanita itu masih saling bertatapan dengan Rose. Dalam batinnya, dia tidak pernah mengira jika Rose wanita itu. Tapi, yang jelas itu bisa terjadi. Dia anak dari pesaing hebat Maulana. Dan ... sekali saja Arman terbongkar jika dia adalah anak pungut, maka Rose adalah wanita penguasa tertinggi.“Aku tidak akan pernah membuat dia memenangkan ini. Ternyata dia wanita itu. Baiklah, aku akan mulai peperangan ini,” batin Zulaika sambil mengangkat tangan kanannya ke arah pelayan. Dia menunjuk pintu kandang anjing itu. Seketika, para pelayan membuka dan membebaskan Ema.“Berdandanlah seperti biasanya. Kau ... mulai sekarang harus berada di sampingku ketika berjal
Zulaika masih saja mengelus-elus punggung Arman. Dia puas bisa membuat Arman seperti saat ini. Lelaki itu memandang ke depan dengan kedua matanya yang menegang. Hatinya sedikit tertusuk, ingin sekali marah. Tapi, belaian Zulaika masih bisa menahan itu.“Kenapa kau bisa membuatku begini?” bisik Arman pelan. Perlahan dia melepaskan pelukannya. Dia menatap Zulaika kembali. “Bahkan ke mana pun, aku selalu mengingatmu. Kenapa?” tanyanya sedikit tegas.“Arman Maulana. Aku sudah datang. Apa kau tidak menyambutku?” Rose menyela pembicaraan Arman. Dengan percaya diri, dia berjalan, mendekat. Berdiri tegak, sambil mengangkat wajahnya. “Kau masih ingat denganku, bukan?” imbuhnya sambil berkacak pinggang, lalu tersenyum.“Zulaika, apa yang kau katakan sebelumnya, aku mendengarkan. Dan, aku harap kau memang benar,” ucap Arman. Dia sama sekali tidak menanggapi perkataan Rose. Wanita itu menurunkan kedua tangannya dengan napas keras. Berjalan cepat, menarik lengan Arman.“Arman. Ingatlah, jika aku p
Zulaika tentu saja sangat terkejut. Kehadiran Ardian membuatnya sedikit mereda dari rasa cemasnya. Saat Zulaika mengatakan keinginannya, tentu saja Ardian tidak membuang sia-sia kesempatan itu. Dia mulai menarik tubuh Zulaika, melumat bibir merah merekah itu dengan sangat dalam. Kerinduannya tidak bisa lagi dia bendung lagi. Zulaika pun melakukan hal yang sama. Walaupun dia tahu ini akan sangat bahaya dengan nyawanya. Jika Arman mengetahui perselingkuhan itu, Zulaika tidak bisa terlepas dari bahaya. Tapi dia tidak bisa memungkiri perasaannya. Dia benar-benar memiliki perasaan kepada Ardian. Dia tidak bisa menolak apa pun yang Ardian lakukan kepadanya. Bahkan saat Ardian menyentuh tubuhnya dan memeluknya seperti itu. Zulaiku merasakan sesuatu yang sangat aneh. Jiwanya benar-benar sangat bahagia, terbang bebas, lepas. Ardian adalah benar-benar sosok lelaki yang sangat diinginkannya.Setelah kedua bibir itu saling bertautan semakin dalam, Zulaika tersadar dari jiwanya yang melayang akiba
Arman terkejut. Seseorang membuka pintu perpustakaan. Suaranya cukup keras. Dia tidak jadi menyentuh buku itu karena terkejut. Ternyata Rose masuk ke dalam. Arman seketika menarik napas panjang. Dia tidak percaya wanita itu menemukan dirinya. Arman memang saat itu mengundang Rose itu berada di dalam kamarnya. Tapi dia melihat Zulaika melintas. Arman sangat penasaran dan mengikutinya masuk ke dalam perpustakaan. Arman meninggalkan kamarnya begitu saja dan memeriksa ruangan yang sama sekali tidak pernah disentuhnya itu, dan kini dia sangat tertarik dengan ruangan itu."Untuk apa kau datang ke sini? Arman, bukankah kau mengundangku untuk berada di kamarmu? Ayolah Arman. Jangan bersikap seperti ini kepadaku. Bisakah kita keluar dan berbicara di kamar mu saja? Hah, ruangan ini tidak menarik sama sekali," ucap Rose mengamati Semua ruangan dengan mengkerutkan kedua alisnya. Dari dulu dia tidak suka buku sama sekali."Ini adalah salah satu ruangan yang aku sukai sekarang. Kau bicaralah di si