"Apa?" Mata Zulaika tertuju kepada Arman yang segera menepukkan tangannya. Para pengawal yang berada di sekeliling ruangan itu bergegas mendekatinya. Arman mengangkat tangan untuk membuat mereka berjalan cepat semakin menuju ke meja kerjanya. Zulaika akan mencoba mendekati Arman untuk menyingkirkan gagasan gila apa pun yang akan Arman pikirkan sebelum memunculkan kekacauan lebih besar lagi. "Kenapa? Kau sengaja melakukannya bukan? Untuk apa kau menghancurkan sebuah ruangan yang sama sekali tidak pernah engkau datangi.""Zulaika ... oh, Zulaika. Kenapa kok sangat tertarik dengan ruangan perpustakaan itu?" Kau ... sepertinya menyimpan sesuatu yang tidak aku ketahui. Hmm, semakin menarik. Apa karena itu milik Ardian?""Hentikan omong kosong ini!"Para pengawal berperawakan besar. Salah satu di antaranya botak dengan codet di salah satu pipinya mendekati Zulaika, tangannya bersiap-siap menarik wanita itu keluar begitu Arman memberikan tanda."Berikan alasan yang tepat untukku kenapa kau
Zulaika masih saja memandang Melia yang hampir saja sekarat. Dia akan menyembuhkan wanita itu. Rencana besar akan dia lakukan. Dengan menyelamatkan Melia, berarti wanita itu akan berhutang budi kepada Zulaika. Menjadi teman Melia dan bekerja sama akan mempermudah aksinya untuk mengalahkan semua penghalang untuknya.“Apa kau akan bersama dengannnya? Hmm, aku tahu itu. Kau akan bekerja sama dengannya, bukan? Hah, kau memang sangat licik, Zulaika,” gumam Ema. Zulaika hanya tersenyum saat mendengarnya.“Bagaimana mungkin aku akan membiarkan Rose mendekati Arman. Aku yang harus dia miliki bukan wanita lain,” balas Zulaika masih saja menatap dokter memeriksa Melia. “Bagaimana Paula?” tanyanya sedikit melirik Ema.“Dia terus menangis di dalam kamarnya. Jujur ... aku senang saat melihatnya. Dia sangat bodoh.”Zulaika membuka secarik kertas yang semula berada digenggamannya. Membaca dengan sangat serius. Kedua matanya melebar, membaca setiap kalimat yang Arman tuliskan. Ada coretan di sebelah
Hadiah untuk menggantikan posisi Bagus di kantor adalah keputusan yang harus Arman lakukan. Dia diam-diam mengikuti Bagus. Saat itu, Zulaika berada di gudang sebuah kapal yang akan membawanya pergi, setelah Arman membiarkan mereka semua menyiksa Zulaika.Arman merasa sangat frustasi. Dia menyendiri, kemudian tidak tahan dan mengendarai mobilnya sangat kencang. Arman Sebenarnya tidak ingin seperti itu. Namun, pengaruh Bagus membuatnya mengikuti kemauan asisten tangan kanannya itu. Hingga Agung mendadak menghadangnya di tengah jalanan sepi.Sang penguasa terkejut. Dia keluar, berjalan cepat mendekati lelaki itu dan akan menggamparnya keras! Tapi, tangan Arman berhenti saat Agung mengatakan, “ingatlah, Tuan Penguasa. Aku yang membujuk ayahmu untuk mempertahankanmu saat itu. Kau mendengarnya sendiri,” membuat Arman diam hanya menatapnya tajam.Agung tersenyum, mendekati Arman, lalu berbisik, “Bagus memerintahkan untuk membunuh Zulaika. Kau tahu kenapa? Karena jika Ardian yang berkuasa, di
Perkataan Rose membuat semua orang sangat terkejut, terutama Arman yang seketika menegakkan tubuhnya. Namun, dia menahan kakinya untuk tidak menegakkan tubuh itu. Dia tidak akan pernah marah hanya karena seorang wanita. Harga dirinya terlalu tinggi untuk memperlihatkan amarah itu.Sementara, Zulaika masih saja memperlihatkan wajahnya dengan tenang. Padahal hatinya benar-benar berdetak kencang, lebih hebat dari biasanya. Dia meremas ke-10 jemarinya untuk mengatasi hatinya agar tidak terlihat cemas.Rose benar-benar sudah melihatnya, dan Zulaika tidak menyangka sama sekali. Kini dia paham. Zulaika sama sekali tidak aman berada di manapun. Semua mata memandangnya tanpa dia ketahui. Para Bos Besar saling berbisik membicarakan itu. Mereka tidak menyukai jika Arman kalah dengan seorang wanita. Semua itu membuat sang penguasa terlihat sangat lemah."Kenapa diam? Kau tidak mau mengakui apa yang sudah kau lakukan di sana? Aku sudah melihat kalian berdua keluar dari kamar mandi wanita. Hahaha,
Entah apa yang terjadi dengan Arman. Dia tidak seperti biasanya. Arman malah memandang Zulaika seperti itu. Apa sebenarnya yang diinginkan Arman? Zulaika mengernyit sangat dalam. Tidak menyukai kejadian yang ada di hadapannya. Dia ingin membalas dendam, tapi dengan orang yang sangat kejam. Bukan orang yang seperti itu. Ada apa di balik topeng Arman? Penguasa Maulana benar-benar bukan orang yang seperti itu."Kau tidak marah? Kenapa kau seperti ini? Hentikan tatapan itu! Aku tidak menyukai. Pergilah!" Zulaika mendorong tubuh Arman yang sangat kuat ditahannya. Zulaika tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan dia sudah terjebak dengan tatapan kedua mata tajam yang masih saja menusuknya itu."Untuk apa aku pergi? Hah, aku pemilik dari ruangan ini ... dan kau adalah istriku. Sah-sah saja jika aku bersama denganmu di sini. Untuk apa aku marah?" ucapnya masih tersenyum puas. "Ardian hanya mencintaimu, tapi tidak bisa memilikimu. Haha, itu pasti akan membuatnya tersiksa bukan? Ya, aku sangat
Tubuh Zulaika bergetar. Dia tidak bisa lagi menumpu tubuhnya yang tegak itu. Spontan dia terduduk lemas, hingga menyentuh tanah. Pasir yang sedikit basah merusak gaunnya yang sangat indah itu. Kedua matanya tidak bisa berkedip. Masih saja memandang tajam seorang pelayan wanita yang selalu dia percayai selama dia berada di dalam asuhan Agung. Kini dia harus melihat sang pelayan kehilangan nyawa dengan begitu sangat mengenaskan."Tidak ...," ucapnya sangat pelan. Suaranya tersendat di tenggorokan. Zulaika sangat terpukul.Rose berjalan dengan Anggun mendekati Zulaika. Wanita itu menatapnya dengan sangat puas. Kesengsaraan Zulaika adalah tujuan utamanya. Kali ini dia menang.Rose mencari tahu siapa yang selalu saja membuka rahasia. Dia selama ini merasa seseorang mengikutinya diam-diam, ketika dirinya melakukan sesuatu. Dan ternyata ... Maya saat itu masuk ke dalam ruangannya. Menyamar sebagai pelayan. Rose seketika curiga ketika melihat sepatu yang Maya gunakan tidak seperti pelayan lai
Tubuh Rose bergetar. Dia sangat khawatir isi dari amplop itu akan menghancurkan dirinya. Entah apa yang berada di dalam sana, Rose masih tidak mengetahuinya. Sang ayah masih tersenyum berusaha menenangkan diri di hadapan semua orang. Jakarasa adalah sosok yang sangat berwibawa. Bahkan dia bisa menyembunyikan perasaannya. Sikapnya yang tenang sama sekali tidak bisa ditebak. Walaupun sebenarnya sifat dia di belakang lebih dingin dari Arman."Kenapa Anda tidak mau membukanya? Perkenalkan, saya istri dari Arman Maulana. Istri sah lebih tepatnya," ucap Zulaika sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Jakarasa dengan sengaja menerima tangan itu dan mengecup punggung telapak tangan Zulaika. Kedua matanya melirik dengan senyuman menggoda. Arman mengepalkan kedua tangannya dengan keras. Dia tidak rela melihat istrinya disentuh oleh orang lain."Sudah cukup semuanya. Tidak perlu ada basa-basi lagi. Apa isi dari amplop itu? Sekarang bukalah. Apa kau tidak ingin melihat isinya?" Arman
"Bersabarlah. Kau jangan terburu-buru. Aku masih ingin bersamamu. Apa kau terburu-buru keluar karena ada Ardian di sana? Bukankah kau sudah menemuinya?"Arman mendekati Zulaika. Dia mendekati sang istri kemudian menanyakan sekali lagi, "kau memberikan apa kepada Jakarasa? Berani sekali kau melakukannya? Hmm, bahkan kau tidak memberitahukan aku isi dari amplop itu."Arman mencengkeram tubuh Zulaika dengan kuat. Wanita itu sedikit tidak bisa bernapas dengan baik. Tapi Zulaika tetap berusaha untuk terlihat tenang. Dia tidak ingin sama sekali terlihat kalah di depan suaminya itu."Seharusnya kau membiarkan lelaki itu untuk membukanya. Jadi kau tidak penasaran apa yang ada di dalamnya. Hmm, wanita yang sudah kau tembak itu yang sudah membantuku. Tapi kini aku kehilangannya. Kau benar-benar berengsek," balas Zulaika sambil berbisik. Namun dia masih saja tersenyum menatap Arman."Ayolah. Dia sudah mau memberikanku racun. Bagaimana jika aku tidak ada di dunia ini. Kau akan menjadi seorang jan
Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan
Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya
Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su
Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah
Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m
Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y
Hati Arman benar-benar hancur. Di saat dia sangat percaya dengan istrinya, ternyata apa yang dikatakan Ema memang benar. Zulaika keluar bersama Ardian dengan sangat mesra. Mereka berpelukan sebelum akhirnya Agung akan mengantar Zulaika kembali ke kediaman Maulana.Arman masih saja berada di dalam mobil. Kedua matanya menatap sangat tajam. Arman masih belum pergi dari sana dan menahan hatinya yang sangat terluka itu. Pengkhianatan adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Dia tidak akan pernah memaafkan siapa pun itu. Walaupun pengkhianat itu adalah seseorang yang sangat dicintainya, atau pun ibu yang sudah melahirkannya. Arman benar-benar tidak bisa memaafkan Zulaika.Perlahan dia terus mencengkeram kemudi mobil itu, hingga telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah. Kemudian dia menyalakan mesin mobil dan melesat sangat kencang menuju ke sungai yang masih saja terlihat sangat indah. Kelopak bunga mawar itu masih saja menghiasi permukaannya. Arman berlari dan masuk ke dalam su
Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu
"Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m