Ardian ingin sekali menyentuh Zulaika. Namun, kali ini istri Arman tidak mau menerima. Zulaika akan mengubur perasaannya. Waktu sudah semakin dekat untuk melakukan pembalasan dendam. Hanya 50 hari saja.Zulaika menampis tangan Ardian, kemudian menamparnya dengan cukup kencang. Ardian tidak menyerah. Dia tetap menarik Zulaika dan akhirnya mendaratkan ciumannya yang sangat lembut. Seketika Zulaika terhanyut dengan itu semua. Dia pun membalas ciuman hangat Ardian. "Aku tahu. Kau mencintaiku," batin Ardian. Dengan tersenyum Ardian terus melakukannya. Perlahan telapak tangan kanannya membelai rambut Zulaika dengan sangat lembut. Membuat wanita itu semakin melayang, kemudian meneteskan air mata. "Kenapa aku selalu kalah dengannya." Hatinya sudah kalah dengan belaian Ardian. Hatinya mendadak berdebar. Zulaika benar-benar jatuh cinta kepada tuan muda kedua. Namun, apakah bisa? Ramalan itu sudah jelas didengarnya. Dia tidak bisa memberikan hati kepada kedua tuan muda itu."Aku tidak bisa mel
Arman berjalan cepat mendekati ruangan bawah tanah. Dia mendobraknya. Kakinya menendang dengan sangat kuat. "Tuan. Sebaiknya kita membukanya dengan menggunakan kunci ini." Para pengawal menghampirinya, dan memberikan kunci gembok kepada Arman yang seketika diterima. Dengan cepat Arman membuka pintu itu. Dia tidak sabar ingin melihat Zulaika. Dia tidak ingin sang istri mengalami kesengsaraan. "Aku tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang sudah melakukan hal ini!" teriaknya cukup kencang. Arman tidak mengetahui apa pun tentang hal ini.Redrich bersama Rose dan semua wanita, berjalan cepat mengikuti Arman dari belakang."Kenapa dia sangat marah? Padahal sudah jelas dia yang sudah memberikan surat kuasa itu. Apakah Ardian sudah membohongi kita semua?" tanya Rose sambil menatap Redrich yang hanya terdiam tanpa berucap apa pun. Wanita penguasa itu sangat bergetar. Dia tidak mengerti kenapa Arman yang memberikan surat kuasa itu, ternyata sangat marah. Redrich semakin bergetar. Dia kini
Arman mengatakan perasaannya dengan sangat tegas. Bahkan dia menatap sang istri masih dengan pandangan sangat dingin. Zulaika paham dengan sikap suaminya itu. Arman tidak pernah bercanda. Kali ini dia benar-benar mengatakan perasaannya. Tatapan itu terlihat sangat jelas. Tapi, jatuh cinta? Apakah Arman kini sudah merasakannya? Zulaika masih saja menatap sang suami dengan sangat serius.Zulaika menekan dadanya. Dia mengalami suatu hal yang sangat aneh dalam dirinya sendiri. Yah, Zulaika merasakan perasaannya bergetar. Dia sangat senang mendengarnya. Zulaika tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Walaupun dia tidak memungkiri jika dirinya memiliki hati dengan Ardian. Tapi, apakah ini juga dinamakan jatuh cinta? Apakah dia mencintai kedua tuan muda itu dan tidak bisa memilihnya salah satu? Apakah ini karma atas pembalasan dan yang harus dia lakukan tinggal sedikit lagi? Mendadak Zulaika menarik napas panjang, kemudian memalingkan wajahnya. Dia berdiri dan menuruni bak. Dengan cepat di
Arman tidak percaya laki-laki yang selalu dia kejar kini berada di hadapannya secara langsung. Lelaki yang sangat berani masuk ke dalam kediamannya.Selama bertahun-tahun dia selalu mencari keberadaan Agung. Namun, sekarang lelaki itu menghampirinya dengan sangat mengejutkan. Saat itu sebenarnya Arman bisa menangkap Agung. Tapi, karena dia melihat dan mendengar sendiri bahwa Bagus dan kepala pengawal hanya menginginkan dia menjadi boneka mereka, Arman akhirnya akan membiarkan Agung. Membuat Agung menemui Bagus dan kepala pengawal setianya itu. Dia melepaskan Agung begitu saja walaupun sebenarnya dia paham tidak bisa menangkap Agung yang sangat hebat itu dengan mudah. "Ayah?" Zulaika keluar dan menatap ayah angkatnya itu dengan sangat serius. Dia tidak tahu harus mengatakan apa."Ternyata kau sangat berani datang ke rumah ini. Oh, aku tahu. Kau merindukannya bukan? Ya, pasti kau mengingat dengan jelas kamar ini. Tentu saja kamar ini adalah milik ayahku dahulu dan kau sering masuk ke d
Agung masih saja berusaha untuk mengatasi dirinya. Walaupun perasaannya terkejut. Dia mendengar Arman sudah menyiksa Ardian di suatu tempat? Sebenarnya Agung selalu saja mengamati Zulaika dari kejauhan. Dia sangat cemas dengan Zulaika yang sepertinya akan mengalami kekalahan. Menjebak Arman sangatlah sulit. Lelaki itu sangat cerdas dan mengetahui semuanya dengan cepat.Agung memutuskan untuk masuk ke dalam, dan nekat untuk menemui Arman. Dia ingin melihat bagaimana keadaan Zulaika di dalam. Awalnya Agung bersiap melihat Zulaika menderita. Ternyata keadaan Zulaika baik-baik saja. Sebelumnya dia mengetahui Zulaika masuk ke dalam ruangan bawah tanah yang sangat mengerikan itu karena surat yang diberikan oleh Redrich. Agung tidak menyangka wanita itu membela Arman dan ingin melindungi anaknya. Ditambah, sekarang Redrich malah melawan Zulaika."Jadi kau menganiaya Ardian? Sepertinya sangat menarik buatmu. Tapi aku pikir itu tindakan yang sangat bodoh. Jika kau ingin melawan adikmu, sebaikn
Permintaan Arman yang membuat Ardian terperanjat, ketika dirinya berdetak kencang mendengarnya. Ardian hanya terdiam masih menatap sang kakak tidak mengucap apa pun. Dia mengernyit sangat dalam. Mana mungkin dia akan berbuat seperti itu? Tidak mungkin dia akan melakukannya, atau justru menyetujui sebuah permintaan yang sangat mustahil itu? Membunuh orang yang dia cintai hanya karena pertaruhan seperti itu? Apakah dia harus tetap melanjutkannya? Ataukah dia harus menyerah yang berarti dia kalah dan tidak akan pernah mendapatkan Zulaika?"Bagaimana Ardian? Kau sekarang berdiam saja tidak menjawab pertanyaanku? Kau takut melakukannya, atau kau akan membalikkan keadaan. Hmm, memintaku melakukannya, jika aku kalah?" tanya Arman sekali lagi semakin memojokkan Ardian.Ardian masih saja memberikan tatapan tajam. Kedua tangan mengepal, berusaha melepaskan ikatannya. Sementara, Arman masih saja tersenyum puas membalas tatapan setajam pisau itu."Apa maumu sebenarnya? Kalau kau, tidak menyukai Zu
Ema masih saja mengatur napasnya terasa sesak itu. Dia terus memejamkan kedua matanya. Sementara Melia sangat penasaran dan dia benar-benar kesal, melihat Ema tidak segera memberitahukan apa yang sudah dilihatnya. Ema terkejut melihat Melia semakin mendekatinya, kemudian memegang kedua pundaknya. Spontan Melia mengoyak sangat keras, membuat tubuhnya yang semula tersandar kini berdiri dengan tegak. Melia mengentakkan tubuh Ema dengan kasar, menunjukkan jemarinya tepat di wajah Ema yang menatapnya dengan tegang."Kau tahu, aku benar-benar membenci menunggu. Jika kau tidak segera mengatakan apa yang kau lihat! Aku benar-benar akan sangat marah. Aku akan membuatmu menyesal, karena kau sudah melakukan itu kepadaku!" lanjutnya membentak keras. Ema menarik napas panjang. Sementara, Zulaika mendekati Melia."Dia pasti mengatakan semua," ucap Zulaika sembari menarik Melia agar menjauh dari Ema yang masih bergeming kaku."Kau tahu aku benar-benar tidak suka menunggu sesuatu seperti ini. Jika d
Ema dan Melia masih kesal dengan Rose yang sudah meninggalkan mereka dengan tertawa puas. Melia menarik Ema. Wanita itu ingin mengetahui perkataan Ema yang tertunda."Katakan. Apa yang kau ketahui?" bisik Melia dengan tatapan tajam. "Kau tadi tidak mengatakan apa pun. Sekarang, wanita keparat itu mengatakan hal buruk juga. Aku ingin mengetahui semuanya," lanjut Melia."Aku akan mengatakannya. Tapi tidak di sini," ucap Ema sambil menarik Melia pergi dari sana.Dari kejauhan, Paula menatap mereka dengan sinis. Dia ingin mengetahui semuanya.**Arman melempar tubuh Zulaika ke atas ranjang. Dia menekan tubuh Zulaika dengan kuat. Sang istri kesakitan tapi tidak bisa meronta. Arman tidak membiarkan dia untuk bergerak."Apa kau sudah tidak waras? Kalau kau tidak mau aku hidup, kau bisa membunuhku sekarang juga." Zulaika mendorong keras. Arman masih menahannya."Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan Ardian. Aku akan membuatmu celaka. Camkan baik-baik." Arman menarik tubuh Zulaika,