Ema masih saja mengatur napasnya terasa sesak itu. Dia terus memejamkan kedua matanya. Sementara Melia sangat penasaran dan dia benar-benar kesal, melihat Ema tidak segera memberitahukan apa yang sudah dilihatnya. Ema terkejut melihat Melia semakin mendekatinya, kemudian memegang kedua pundaknya. Spontan Melia mengoyak sangat keras, membuat tubuhnya yang semula tersandar kini berdiri dengan tegak. Melia mengentakkan tubuh Ema dengan kasar, menunjukkan jemarinya tepat di wajah Ema yang menatapnya dengan tegang."Kau tahu, aku benar-benar membenci menunggu. Jika kau tidak segera mengatakan apa yang kau lihat! Aku benar-benar akan sangat marah. Aku akan membuatmu menyesal, karena kau sudah melakukan itu kepadaku!" lanjutnya membentak keras. Ema menarik napas panjang. Sementara, Zulaika mendekati Melia."Dia pasti mengatakan semua," ucap Zulaika sembari menarik Melia agar menjauh dari Ema yang masih bergeming kaku."Kau tahu aku benar-benar tidak suka menunggu sesuatu seperti ini. Jika d
Ema dan Melia masih kesal dengan Rose yang sudah meninggalkan mereka dengan tertawa puas. Melia menarik Ema. Wanita itu ingin mengetahui perkataan Ema yang tertunda."Katakan. Apa yang kau ketahui?" bisik Melia dengan tatapan tajam. "Kau tadi tidak mengatakan apa pun. Sekarang, wanita keparat itu mengatakan hal buruk juga. Aku ingin mengetahui semuanya," lanjut Melia."Aku akan mengatakannya. Tapi tidak di sini," ucap Ema sambil menarik Melia pergi dari sana.Dari kejauhan, Paula menatap mereka dengan sinis. Dia ingin mengetahui semuanya.**Arman melempar tubuh Zulaika ke atas ranjang. Dia menekan tubuh Zulaika dengan kuat. Sang istri kesakitan tapi tidak bisa meronta. Arman tidak membiarkan dia untuk bergerak."Apa kau sudah tidak waras? Kalau kau tidak mau aku hidup, kau bisa membunuhku sekarang juga." Zulaika mendorong keras. Arman masih menahannya."Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan Ardian. Aku akan membuatmu celaka. Camkan baik-baik." Arman menarik tubuh Zulaika,
Semua wanita mendekati Rose yang masih tersungkur di lantai. Salah satu dari mereka menarik Rose dan mencengkeramnya. Wanita lainnya membantu. Zulaika tersenyum melihatnya."Aku akan berada di pihakmu, Zulaika. Kami sadar. Kau yang bisa membebaskan kami." Salah satu istri siri Arman mendekati Zulaika dan menatapnya sambil tersenyum.Mereka membawa Rose ke ruangan bawah tanah. Namun, Redrich mencegahnya. Dia bersama beberapa pelayan dan pengawal wanita yang selalu bersamanya mencegah. Bahkan, beberapa pengawal membawa senjata."Aku tidak akan pernah membiarkanmu membawa wanita ini. Dia akan menikah dengan Ardian dan itu yang akan terjadi. Jangan pernah membuatnya sengsara, karena aku membutuhkan wanita ini. Zulaika dengarkan. Kau akan tetap bersama dengan Arman. Tapi untuk menjadi istrinya dan tidak untuk menghancurkan anakku," ucapnya dengan tegas. Zulaika berdiri tepat di hadapannya. Sementara wanita yang lainnya masih saja mencengkeram lengan Rose dengan kuat, karena Rose selalu sa
Ardian masih saja terdiam. Dia benar-benar mendapatkan tugas yang sangat berat. Tapi apakah dia akan berhenti di sini saja? Sementara dia harus membuktikan jika dirinya memang bisa melakukan hal yang bisa membuat Arman terkejut. Selama ini memang dirinya selalu unggul dari Arman. Ardian selalu bisa memecahkan semua masalah perusahaan. Walaupun Bagus selalu ikut andil. Bagus memiliki otak yang sangat cerdas. Tawaran untuk Bagus agar mau bekerja sama dengannya, sepertinya akan sia-sia. Ardian mengetahui jika ternyata Bagus dan Arman masih saja saling berhubungan, dan mereka sudah berhasil melakukan sandiwara seperti itu. Ardian masih berpikir sejenak hingga akhirnya dia berdiri menatap Arman yang masih saja tersenyum puas ketika melihatnya."Sesuatu yang kau berikan ini adalah sangat mustahil untuk aku lakukan. Tapi bagaimana lagi. Aku memang harus melakukan itu dengan segala konsekuensinya. Hadiahmu memang sangat menarik dan aku menyetujuinya. Tapi, untuk membunuh wanita yang sangat a
Di dalam ruangan rapat, Arman masih saja sangat kesal. Dia yakin Ardian pergi kembali ke kediaman Maulana untuk mencari Zulaika. Arman ingin sekali mengejar dan mencegah Ardian untuk pergi ke sana. Tapi kakinya masih saja melekat tidak ingin dia gerakan sama sekali. Harga dirinya sangat tinggi. Dia tidak ingin terlihat lemah apalagi di depan semua orang yang kini memandangnya dengan tersenyum. Mereka melihat Arman sangat kuat. Mereka yakin Arman bisa menjadi Sang Penguasa dan membuat semua orang takut dengan dan perusahaannya. Tetap menjadi yang tidak tertandingi. Namun, sesuatu Bagus lihat. Lelaki itu tidak pernah melihat Arman seperti itu, dan hatinya benar-benar cemas. Arman tetap saja mencintai Zulaika, namun dia sembunyikan dengan sangat rapat dan itu suatu hal yang sangat tidak bagus."Rapat kita selesaikan sekarang. Sudah jelas-jelas kita akan membangun proyek dan Tuan Muda Ardian yang akan mengerjakannya. Jika proyek ini berhasil, kita akan sangat berkuasa dan menjadi tidak
Arman memasukkan Zulaika kembali ke dalam kamarnya. Dia melepaskan Zulaika begitu saja di atas ranjang mewahnya. Zulaika menatap sang suami dengan tegang. Dia sendiri tidak mengerti harus bagaimana. Misinya sekarang adalah membuat Arman jatuh hati kepadanya dan bisa bertingkah lebih baik. Bisa menurutinya dan melakukan apa pun yang dia inginkan, karena sampai sekarang Zulaika masih belum berhasil. Bahkan Arman selalu saja berhasil dengan rencananya yang selalu tanpa Zulaika duga.Perlahan Zulaika menuruni ranjang, berjalan mendekati meja dan menuang anggur mahal. Kemudian mendekati sang suami kembali. Perlahan menyodorkan gelas itu dengan senyumannya yang sangat cantik. Arman masih saja menatapnya tanpa menerima gelas yang sudah disodorkan kepadanya."Aku sudah bilang. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Ardian. Memang aku melakukan kesalahan sudah berada di ruangan itu bersamanya. Tapi kau tahu sendiri. Mereka semua menyekapku. Mana bisa aku melawan untuk tidak masuk ke sana? Sedan
Arman menarik Zulaika. Mengajaknya turun dari ranjang, masuk ke dalam kamar mandi. Spontan Arman menyalakan air shower. Membasahi tubuh mereka berdua. Dia melakukannya dengan sangat lembut. Namun, Zulaika masih saja tetap harus waspada. Sifat Arman terus berubah-ubah. Kali ini dia mengikutinya dengan sangat baik. Senyuman terus terpampang di wajahnya. Dia berusaha untuk mengatasi semua yang dilakukan Arman dengan sangat hati-hati.Sang suami mematikan air shower, kembali menarik Zulaika. Mengajaknya yang keluar. Dengan cepat Arman membuka almari, menyodorkan satu pakaian yang sudah dia siapkan. Zulaika tidak mengerti. Kenapa Arman seolah-olah mengetahui keinginannya? Tanpa berpikir lagi, Zulaika memakai busana itu. Kaos putih dan celana jeans yang sangat pas dengan ukurannya. Arman pun menggunakan pakaian yang sama."Kamu beli pakaian ini? Astaga, sangat pas untukku. Tidak kusangka ternyata kau sudah menyiapkan semuanya. Apa kau mengetahui keinginan aku?" tanya Zulaika sambil berkacak
Sebuah pertanyaan Arman membuat Zulaika terdiam. Menghentikan gerakannya dan hanya menatap sang suami yang berjalan mendekatinya di taman bunga itu. Arman memetik salah satu bunga. Menyebabkan rambut Zulaika yang sedikit menutup wajahnya. Perlahan memotong ujung batang bunga itu, lalu menyelipkan di telinga Zulaika sebelah kanan. Ujung jemarinya memegang dagu Zulaika, sedikit mengangkatnya ke atas, dan memandang dengan senyuman. Tidak peduli kini Arman terlihat sangat lemah di depan sang istri. Dia benar-benar memperlihatkan perasaannya. Sebuah perasaan yang selama ini selalu ditutupi dan berusaha dia hindari. Dengan semua rencana yang akan membuat Zulaika celaka. Kedua mata Zulaika pun menatap Arman. Entah apa yang terjadi dengan perasaannya, dia terdiam dan bergetar."Aku sudah menjadi lelaki bodoh dan lemah. Tidak mempedulikan kekuasaanku lagi gara-gara dirimu yang seperti ini. Jika kau memang ingin menjadi milikku, jadilah milikku seutuhnya. Jangan pernah mengkhianatiku karena ak
Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan
Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya
Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su
Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah
Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m
Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y
Hati Arman benar-benar hancur. Di saat dia sangat percaya dengan istrinya, ternyata apa yang dikatakan Ema memang benar. Zulaika keluar bersama Ardian dengan sangat mesra. Mereka berpelukan sebelum akhirnya Agung akan mengantar Zulaika kembali ke kediaman Maulana.Arman masih saja berada di dalam mobil. Kedua matanya menatap sangat tajam. Arman masih belum pergi dari sana dan menahan hatinya yang sangat terluka itu. Pengkhianatan adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Dia tidak akan pernah memaafkan siapa pun itu. Walaupun pengkhianat itu adalah seseorang yang sangat dicintainya, atau pun ibu yang sudah melahirkannya. Arman benar-benar tidak bisa memaafkan Zulaika.Perlahan dia terus mencengkeram kemudi mobil itu, hingga telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah. Kemudian dia menyalakan mesin mobil dan melesat sangat kencang menuju ke sungai yang masih saja terlihat sangat indah. Kelopak bunga mawar itu masih saja menghiasi permukaannya. Arman berlari dan masuk ke dalam su
Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu
"Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m