Di dalam ruangan rapat, Arman masih saja sangat kesal. Dia yakin Ardian pergi kembali ke kediaman Maulana untuk mencari Zulaika. Arman ingin sekali mengejar dan mencegah Ardian untuk pergi ke sana. Tapi kakinya masih saja melekat tidak ingin dia gerakan sama sekali. Harga dirinya sangat tinggi. Dia tidak ingin terlihat lemah apalagi di depan semua orang yang kini memandangnya dengan tersenyum. Mereka melihat Arman sangat kuat. Mereka yakin Arman bisa menjadi Sang Penguasa dan membuat semua orang takut dengan dan perusahaannya. Tetap menjadi yang tidak tertandingi. Namun, sesuatu Bagus lihat. Lelaki itu tidak pernah melihat Arman seperti itu, dan hatinya benar-benar cemas. Arman tetap saja mencintai Zulaika, namun dia sembunyikan dengan sangat rapat dan itu suatu hal yang sangat tidak bagus."Rapat kita selesaikan sekarang. Sudah jelas-jelas kita akan membangun proyek dan Tuan Muda Ardian yang akan mengerjakannya. Jika proyek ini berhasil, kita akan sangat berkuasa dan menjadi tidak
Arman memasukkan Zulaika kembali ke dalam kamarnya. Dia melepaskan Zulaika begitu saja di atas ranjang mewahnya. Zulaika menatap sang suami dengan tegang. Dia sendiri tidak mengerti harus bagaimana. Misinya sekarang adalah membuat Arman jatuh hati kepadanya dan bisa bertingkah lebih baik. Bisa menurutinya dan melakukan apa pun yang dia inginkan, karena sampai sekarang Zulaika masih belum berhasil. Bahkan Arman selalu saja berhasil dengan rencananya yang selalu tanpa Zulaika duga.Perlahan Zulaika menuruni ranjang, berjalan mendekati meja dan menuang anggur mahal. Kemudian mendekati sang suami kembali. Perlahan menyodorkan gelas itu dengan senyumannya yang sangat cantik. Arman masih saja menatapnya tanpa menerima gelas yang sudah disodorkan kepadanya."Aku sudah bilang. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Ardian. Memang aku melakukan kesalahan sudah berada di ruangan itu bersamanya. Tapi kau tahu sendiri. Mereka semua menyekapku. Mana bisa aku melawan untuk tidak masuk ke sana? Sedan
Arman menarik Zulaika. Mengajaknya turun dari ranjang, masuk ke dalam kamar mandi. Spontan Arman menyalakan air shower. Membasahi tubuh mereka berdua. Dia melakukannya dengan sangat lembut. Namun, Zulaika masih saja tetap harus waspada. Sifat Arman terus berubah-ubah. Kali ini dia mengikutinya dengan sangat baik. Senyuman terus terpampang di wajahnya. Dia berusaha untuk mengatasi semua yang dilakukan Arman dengan sangat hati-hati.Sang suami mematikan air shower, kembali menarik Zulaika. Mengajaknya yang keluar. Dengan cepat Arman membuka almari, menyodorkan satu pakaian yang sudah dia siapkan. Zulaika tidak mengerti. Kenapa Arman seolah-olah mengetahui keinginannya? Tanpa berpikir lagi, Zulaika memakai busana itu. Kaos putih dan celana jeans yang sangat pas dengan ukurannya. Arman pun menggunakan pakaian yang sama."Kamu beli pakaian ini? Astaga, sangat pas untukku. Tidak kusangka ternyata kau sudah menyiapkan semuanya. Apa kau mengetahui keinginan aku?" tanya Zulaika sambil berkacak
Sebuah pertanyaan Arman membuat Zulaika terdiam. Menghentikan gerakannya dan hanya menatap sang suami yang berjalan mendekatinya di taman bunga itu. Arman memetik salah satu bunga. Menyebabkan rambut Zulaika yang sedikit menutup wajahnya. Perlahan memotong ujung batang bunga itu, lalu menyelipkan di telinga Zulaika sebelah kanan. Ujung jemarinya memegang dagu Zulaika, sedikit mengangkatnya ke atas, dan memandang dengan senyuman. Tidak peduli kini Arman terlihat sangat lemah di depan sang istri. Dia benar-benar memperlihatkan perasaannya. Sebuah perasaan yang selama ini selalu ditutupi dan berusaha dia hindari. Dengan semua rencana yang akan membuat Zulaika celaka. Kedua mata Zulaika pun menatap Arman. Entah apa yang terjadi dengan perasaannya, dia terdiam dan bergetar."Aku sudah menjadi lelaki bodoh dan lemah. Tidak mempedulikan kekuasaanku lagi gara-gara dirimu yang seperti ini. Jika kau memang ingin menjadi milikku, jadilah milikku seutuhnya. Jangan pernah mengkhianatiku karena ak
Melia tidak percaya. Ternyata semua wanita di kediaman memiliki mata yang cukup tajam dan telinga dimana-mana. Dia mengikuti mereka dan masuk ke dalam kamar salah satu dari mereka. Menutup pintu dengan sangat rapat. Semua istri siri Arman yang semula tidak pernah berbicara dengan Melia pun, kini sangat berani menatapnya."Aku memiliki kabar yang sangat mengejutkan. Dan ... sepertinya kita bisa menghancurkan Paula dengan bukti ini. Aku memiliki teman yang memiliki sebuah kamera. Kau tahu sendiri bukan, kamera sangat mahal. Tapi dia bisa membantuku," ucap salah satu dari mereka masih membuat Melia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Ceritakan dengan jelas apa yang kalian lihat? Aku benar-benar tidak mengerti," ucap Melia membuat semua wanita yang berada di hadapannya tersenyum.**Arman sangat bahagia. Dia tidak hentinya menunjukkan perasaannya kepada Zulaika. Apa pun dia lakukan untuk membuat Zulaika tersenyum. Lesung pipi sang istri yang sangat manis dan cekung itu membuat ke
Bagus sangat marah. Dia benar-benar tidak terima jika Arman akan berbuat seperti itu. Namun, kepuasan yang diberikan oleh Paula kepadanya bisa membuat dia sedikit melupakan hal itu. Dia harus merencanakan sesuatu untuk membuat Arman tetap pada pendiriannya dan menuruti apa pun yang dia mau. Bagus tidak akan pernah membuat Arman jatuh ke dalam tangan Zulaika dan merubah sistem perusahaan. Semua itu tidak akan pernah menguntungkan dirinya."Di mana dia sekarang? Apakah masih berada di villa? Sudah 5 hari dia menghilang tidak menghubungi sama sekali. Tidak melihat bagaimana perkembangan perusahaan. Dia memang sudah menjadi gila," ucapnya memandang kepala pengawal baru yang masih saja menundukkan kepala kepadanya."Tuan Bagus, maafkan. Yang saya tahu Tuan Arman bersama dengan Nyonya Zulaika akan berada di sini dalam waktu dekat. Mereka sudah menaiki mobil menuju ke sini. Itu adalah kabar yang saya dengar dari pengawal yang sudah mengawal Tuan Arman di sana. Dia mendahului datang ke kantor
Tentu saja Arman sangat kesal. Kehadiran Ardian benar-benar tidak diharapkan sama sekali. Namun, dia harus menjaga gengsinya. Tidak mungkin dia terlihat marah akibat rasa cemburunya. Walaupun sebenarnya dia ingin sekali menghajar Ardian dan membunuhnya saat ini juga. Tapi ... Arman lebih senang menyiksanya dengan perasaan Ardian. Itu yang Arman inginkan.Masih dengan sangat santai dia mendekati Ardian, lalu memperlihatkan senyuman sinis. Tapi kedua matanya tidak bisa dibohongi. Menyorot tajam dipenuhi dengan dendam dan kecemburuan yang sama sekali tidak bisa terpisah dari ekspresinya itu. Ardian pun sebenarnya tahu dan dia akan terus membuat Arman sakit hati. Dia akan terus mempertahankan perasaannya untuk merebut Zulaika dari tangan Arman."Aku selalu menepati janjiku, dan aku tidak akan pernah melarangmu untuk memenangkan pertarungan itu," balas Arman sembari menepuk-nepuk pundak sebelah kanan Ardian. Sang adik segera menyingkir menuju ke kursi sofa dan duduk sambil menyilangkan kak
Zulaika menatap kertas yang sudah berisi pesan untuk Arman. Dia masih saja tersenyum kemudian menyodorkan surat itu kepada Ema yang menerimanya dengan tertawa kecil. Melia pun juga melakukan hal yang sama. Mereka bertiga yakin rencana ini akan berhasil."Segera lakukan. Jangan menunda waktu lagi. Aku akan pergi ke kamar Arman dan melakukan tugasku. Ya, kita akan melakukannya dengan sangat cantik," ucap Zulaika. Perlahan dia mengedipkan salah satu matanya kepada kedua wanita yang kini tersenyum, lalu menganggukkan kepala.Zulaika keluar dari kamar Ema dan Melia pun melakukan hal yang sama. Dia dengan berjalan sangat seksi akan menuju pintu kamar Arman. Mendadak langkahnya terhenti, ketika melihat Rose berada di sana dengan sangat marah. Apalagi mengingat saat dirinya disekap oleh Zulaika bersama dengan Ema dan Melia di ruangan bawah tanah."Aku tidak akan pernah memaafkanmu, dasar wanita keparat. Kau akan pergi ke hari ini juga. Haha aku akan membuat kau sangat dibenci oleh Arman Zulai