Bagus sangat marah. Dia benar-benar tidak terima jika Arman akan berbuat seperti itu. Namun, kepuasan yang diberikan oleh Paula kepadanya bisa membuat dia sedikit melupakan hal itu. Dia harus merencanakan sesuatu untuk membuat Arman tetap pada pendiriannya dan menuruti apa pun yang dia mau. Bagus tidak akan pernah membuat Arman jatuh ke dalam tangan Zulaika dan merubah sistem perusahaan. Semua itu tidak akan pernah menguntungkan dirinya."Di mana dia sekarang? Apakah masih berada di villa? Sudah 5 hari dia menghilang tidak menghubungi sama sekali. Tidak melihat bagaimana perkembangan perusahaan. Dia memang sudah menjadi gila," ucapnya memandang kepala pengawal baru yang masih saja menundukkan kepala kepadanya."Tuan Bagus, maafkan. Yang saya tahu Tuan Arman bersama dengan Nyonya Zulaika akan berada di sini dalam waktu dekat. Mereka sudah menaiki mobil menuju ke sini. Itu adalah kabar yang saya dengar dari pengawal yang sudah mengawal Tuan Arman di sana. Dia mendahului datang ke kantor
Tentu saja Arman sangat kesal. Kehadiran Ardian benar-benar tidak diharapkan sama sekali. Namun, dia harus menjaga gengsinya. Tidak mungkin dia terlihat marah akibat rasa cemburunya. Walaupun sebenarnya dia ingin sekali menghajar Ardian dan membunuhnya saat ini juga. Tapi ... Arman lebih senang menyiksanya dengan perasaan Ardian. Itu yang Arman inginkan.Masih dengan sangat santai dia mendekati Ardian, lalu memperlihatkan senyuman sinis. Tapi kedua matanya tidak bisa dibohongi. Menyorot tajam dipenuhi dengan dendam dan kecemburuan yang sama sekali tidak bisa terpisah dari ekspresinya itu. Ardian pun sebenarnya tahu dan dia akan terus membuat Arman sakit hati. Dia akan terus mempertahankan perasaannya untuk merebut Zulaika dari tangan Arman."Aku selalu menepati janjiku, dan aku tidak akan pernah melarangmu untuk memenangkan pertarungan itu," balas Arman sembari menepuk-nepuk pundak sebelah kanan Ardian. Sang adik segera menyingkir menuju ke kursi sofa dan duduk sambil menyilangkan kak
Zulaika menatap kertas yang sudah berisi pesan untuk Arman. Dia masih saja tersenyum kemudian menyodorkan surat itu kepada Ema yang menerimanya dengan tertawa kecil. Melia pun juga melakukan hal yang sama. Mereka bertiga yakin rencana ini akan berhasil."Segera lakukan. Jangan menunda waktu lagi. Aku akan pergi ke kamar Arman dan melakukan tugasku. Ya, kita akan melakukannya dengan sangat cantik," ucap Zulaika. Perlahan dia mengedipkan salah satu matanya kepada kedua wanita yang kini tersenyum, lalu menganggukkan kepala.Zulaika keluar dari kamar Ema dan Melia pun melakukan hal yang sama. Dia dengan berjalan sangat seksi akan menuju pintu kamar Arman. Mendadak langkahnya terhenti, ketika melihat Rose berada di sana dengan sangat marah. Apalagi mengingat saat dirinya disekap oleh Zulaika bersama dengan Ema dan Melia di ruangan bawah tanah."Aku tidak akan pernah memaafkanmu, dasar wanita keparat. Kau akan pergi ke hari ini juga. Haha aku akan membuat kau sangat dibenci oleh Arman Zulai
Zulaika tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata semua rencana yang disusun dengan baik itu, telah berhasil. Arman menerima surat yang Zulaika buat. Dia membacanya, mendadak segera pergi untuk memeriksa. Arman ingin melihat sendiri. Ternyata sesuai dugaan. Dia melihat Bagus bersama Paula masuk ke dalam hotel yang sering mereka datangi sebelumnya.Melia mendapatkan kabar itu dari beberapa pelayan yang sudah dia bayar dengan sangat banyak. Arman mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa dikhianati oleh Bagus. Terutama Paula. Wanita yang pernah saja hampir mengisi hatinya. Namun, Arman mengurungkan niatnya untuk memperistri Paula saat itu, ketika dia melihat Paula ternyata memiliki rencana buruk kepada semua istri sirinya.Walaupun Arman memiliki sisi yang sangat gelap, arogan, berkuasa, tidak mau mengalah, dan kejam, tetapi Arman tidak mau menikahi seorang istri yang memiliki hati seperti dirinya. Dia ingin berdampingan dengan wanita yang bisa membuat dirinya berubah. Akhirnya A
"Bagaimana bisa? Hah kenapa Ardian bisa melakukan ini? Dia bisa mengembangkan proyek ini dengan sangat cepat. Pasti ada sebuah permainan yang dilakukannya di belakangku. Aku tidak akan pernah memaafkannya," ucap Arman dengan keras.Zulaika yang berada di sebelahnya segera memeluknya. Mengelus-elus punggungnya dan berusaha menenangkan sang suami."Ardian, dari mana kau mendapat bantuan?" batin Zulaika. Dia sendiri tidak mengerti. Walaupun dia sebenarnya tahu Ardian adalah lelaki yang sangat cerdas dibandingkan dengan Arman."Sudahlah, jangan pernah kau memikirkan hal apa pun. Lebih baik sekarang pikirkan keadaanmu saja. Bagaimana jika kita pulang. Beristirahatlah. Tapi, aku harus berbelanja. Aku ingin sekali memiliki sebuah baju dan beberapa perlengkapan wanita. Kau tahu sendiri kan, aku tidak pernah melakukannya. Sejak masuk ke dalam kediaman Maulana. Kau sudah berjanji akan menurutiku." Dengan merengek Zulaika terus menatap Arman kemudian mendaratkan bibirnya. Perlahan melumat bibir
Hati Zulaika berdebar. Dia tidak percaya bagaimana bisa, Rose bersama Bagus ada di sana? Padahal dia baru saja meninggalkan lelaki itu bersama Paula di hotel. Sementara, Paula tiba-tiba masuk ke dalam, bersedekap. Lalu tertawa dengan keras mendekati Zulaika dan menamparnya dengan sangat keras. Hingga akhirnya Zulaika tersungkur. Hidung Zulaika berdarah akibat tamparan yang sangat keras itu."Kau!" Zulaika melirik dengan tajam ke arah Paula. Jantungnya berdetak sangat kencang. Bagaimana dia bisa melawan orang yang ada di hadapannya? Dia seorang diri tidak bisa melawan. Namun, apa boleh buat. Zulaika harus tetap kuat menghadapi ini semua. Dia tidak bisa kalah dan terbunuh karena misinya belum selesai."Jika kalian ingin membunuhku, ya sudah. Bunuh saja aku. Namun, bersiaplah untuk mati. Karena Arman tidak akan pernah membiarkan kalian melakukan itu," ucap Zulaika dengan tertawa keras. Kemudian dia berdiri dan menatap ketiga orang yang kini membalas tatapannya itu dengan tajam.Bagus tib
Arman berdiri mendekati Bagus. Menjambak rambutnya, lalu mengangkat kepalanya. Kini Bagus menatap Arman dan tidak bisa berbuat apa pun. Dia sudah terjebak dengan rencananya sendiri.Selama ini apa yang dilakukannya sangat sia-sia. Walaupun sebenarnya Bagus sudah menjadi lelaki terkaya dan berpengaruh di kota akibat kekuasaan Maulana yang selalu membantunya. Namun, kini dia terus bersujud meminta maaf kepada Arman dan meminta lelaki itu untuk memberikan kesempatan sekali lagi. Arman tidak menjawab apa pun. Dia hanya diam menatap Bagus dengan ekspresi yang sangat dingin."Aku memang salah. Aku benar-benar salah. Tapi tolongla. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon kepadamu. Aku tidak ingin hubungan kita sia-sia gara-gara wanita itu," ucapnya dengan terus memohon. Arman masih saja terdiam hingga akhirnya dia menodong Bagus tepat di keningnya, seperti apa yang sudah Bagus lakukan pada Zulaika."Bukankah kau sudah melakukan ini kepadanya? Kenapa kau tidak menarik pelatuk itu dan ma
Zulaika masih tidak menjawab apa pun yang Arman katakan. Dia hanya terdiam di sana sambil duduk mengawasi jalanan yang dipenuhi dengan mobil yang berlalu-lalang. Hatinya berdebar. Dia tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Walaupun sebenarnya dia sangat tenang. Dendamnya sudah terbalaskan. Kini tersisa 2 orang saja yang harus dihabisinya. Sang Penguasa yang menjadi biang keladi semua masalah yang dialaminya, dan Ardian.Mobil melesat cukup kencang sampai di kediaman Maulana. Zulaika menarik napas panjang sebelum akhirnya dia keluar dari sana menerima uluran tangan Arman yang menariknya keluar dari mobil. Senyuman masih saja sangat susah diberikan. Pikirannya masih bergejolak melihat kematian semua orang yang sangat dibencinya."Kau terlihat tidak bahagia. Seharusnya kau sangat senang dan bisa tersenyum puas," kata Arman sambil mengamati Zulaika dan membelai pipi kanannya. "Aku akan melakukan sesuatu sesuai dengan permintaanmu," lanjutnya kemudian dengan menunduk dan mendekati