Melia tidak percaya. Ternyata semua wanita di kediaman memiliki mata yang cukup tajam dan telinga dimana-mana. Dia mengikuti mereka dan masuk ke dalam kamar salah satu dari mereka. Menutup pintu dengan sangat rapat. Semua istri siri Arman yang semula tidak pernah berbicara dengan Melia pun, kini sangat berani menatapnya."Aku memiliki kabar yang sangat mengejutkan. Dan ... sepertinya kita bisa menghancurkan Paula dengan bukti ini. Aku memiliki teman yang memiliki sebuah kamera. Kau tahu sendiri bukan, kamera sangat mahal. Tapi dia bisa membantuku," ucap salah satu dari mereka masih membuat Melia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Ceritakan dengan jelas apa yang kalian lihat? Aku benar-benar tidak mengerti," ucap Melia membuat semua wanita yang berada di hadapannya tersenyum.**Arman sangat bahagia. Dia tidak hentinya menunjukkan perasaannya kepada Zulaika. Apa pun dia lakukan untuk membuat Zulaika tersenyum. Lesung pipi sang istri yang sangat manis dan cekung itu membuat ke
Bagus sangat marah. Dia benar-benar tidak terima jika Arman akan berbuat seperti itu. Namun, kepuasan yang diberikan oleh Paula kepadanya bisa membuat dia sedikit melupakan hal itu. Dia harus merencanakan sesuatu untuk membuat Arman tetap pada pendiriannya dan menuruti apa pun yang dia mau. Bagus tidak akan pernah membuat Arman jatuh ke dalam tangan Zulaika dan merubah sistem perusahaan. Semua itu tidak akan pernah menguntungkan dirinya."Di mana dia sekarang? Apakah masih berada di villa? Sudah 5 hari dia menghilang tidak menghubungi sama sekali. Tidak melihat bagaimana perkembangan perusahaan. Dia memang sudah menjadi gila," ucapnya memandang kepala pengawal baru yang masih saja menundukkan kepala kepadanya."Tuan Bagus, maafkan. Yang saya tahu Tuan Arman bersama dengan Nyonya Zulaika akan berada di sini dalam waktu dekat. Mereka sudah menaiki mobil menuju ke sini. Itu adalah kabar yang saya dengar dari pengawal yang sudah mengawal Tuan Arman di sana. Dia mendahului datang ke kantor
Tentu saja Arman sangat kesal. Kehadiran Ardian benar-benar tidak diharapkan sama sekali. Namun, dia harus menjaga gengsinya. Tidak mungkin dia terlihat marah akibat rasa cemburunya. Walaupun sebenarnya dia ingin sekali menghajar Ardian dan membunuhnya saat ini juga. Tapi ... Arman lebih senang menyiksanya dengan perasaan Ardian. Itu yang Arman inginkan.Masih dengan sangat santai dia mendekati Ardian, lalu memperlihatkan senyuman sinis. Tapi kedua matanya tidak bisa dibohongi. Menyorot tajam dipenuhi dengan dendam dan kecemburuan yang sama sekali tidak bisa terpisah dari ekspresinya itu. Ardian pun sebenarnya tahu dan dia akan terus membuat Arman sakit hati. Dia akan terus mempertahankan perasaannya untuk merebut Zulaika dari tangan Arman."Aku selalu menepati janjiku, dan aku tidak akan pernah melarangmu untuk memenangkan pertarungan itu," balas Arman sembari menepuk-nepuk pundak sebelah kanan Ardian. Sang adik segera menyingkir menuju ke kursi sofa dan duduk sambil menyilangkan kak
Zulaika menatap kertas yang sudah berisi pesan untuk Arman. Dia masih saja tersenyum kemudian menyodorkan surat itu kepada Ema yang menerimanya dengan tertawa kecil. Melia pun juga melakukan hal yang sama. Mereka bertiga yakin rencana ini akan berhasil."Segera lakukan. Jangan menunda waktu lagi. Aku akan pergi ke kamar Arman dan melakukan tugasku. Ya, kita akan melakukannya dengan sangat cantik," ucap Zulaika. Perlahan dia mengedipkan salah satu matanya kepada kedua wanita yang kini tersenyum, lalu menganggukkan kepala.Zulaika keluar dari kamar Ema dan Melia pun melakukan hal yang sama. Dia dengan berjalan sangat seksi akan menuju pintu kamar Arman. Mendadak langkahnya terhenti, ketika melihat Rose berada di sana dengan sangat marah. Apalagi mengingat saat dirinya disekap oleh Zulaika bersama dengan Ema dan Melia di ruangan bawah tanah."Aku tidak akan pernah memaafkanmu, dasar wanita keparat. Kau akan pergi ke hari ini juga. Haha aku akan membuat kau sangat dibenci oleh Arman Zulai
Zulaika tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata semua rencana yang disusun dengan baik itu, telah berhasil. Arman menerima surat yang Zulaika buat. Dia membacanya, mendadak segera pergi untuk memeriksa. Arman ingin melihat sendiri. Ternyata sesuai dugaan. Dia melihat Bagus bersama Paula masuk ke dalam hotel yang sering mereka datangi sebelumnya.Melia mendapatkan kabar itu dari beberapa pelayan yang sudah dia bayar dengan sangat banyak. Arman mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa dikhianati oleh Bagus. Terutama Paula. Wanita yang pernah saja hampir mengisi hatinya. Namun, Arman mengurungkan niatnya untuk memperistri Paula saat itu, ketika dia melihat Paula ternyata memiliki rencana buruk kepada semua istri sirinya.Walaupun Arman memiliki sisi yang sangat gelap, arogan, berkuasa, tidak mau mengalah, dan kejam, tetapi Arman tidak mau menikahi seorang istri yang memiliki hati seperti dirinya. Dia ingin berdampingan dengan wanita yang bisa membuat dirinya berubah. Akhirnya A
"Bagaimana bisa? Hah kenapa Ardian bisa melakukan ini? Dia bisa mengembangkan proyek ini dengan sangat cepat. Pasti ada sebuah permainan yang dilakukannya di belakangku. Aku tidak akan pernah memaafkannya," ucap Arman dengan keras.Zulaika yang berada di sebelahnya segera memeluknya. Mengelus-elus punggungnya dan berusaha menenangkan sang suami."Ardian, dari mana kau mendapat bantuan?" batin Zulaika. Dia sendiri tidak mengerti. Walaupun dia sebenarnya tahu Ardian adalah lelaki yang sangat cerdas dibandingkan dengan Arman."Sudahlah, jangan pernah kau memikirkan hal apa pun. Lebih baik sekarang pikirkan keadaanmu saja. Bagaimana jika kita pulang. Beristirahatlah. Tapi, aku harus berbelanja. Aku ingin sekali memiliki sebuah baju dan beberapa perlengkapan wanita. Kau tahu sendiri kan, aku tidak pernah melakukannya. Sejak masuk ke dalam kediaman Maulana. Kau sudah berjanji akan menurutiku." Dengan merengek Zulaika terus menatap Arman kemudian mendaratkan bibirnya. Perlahan melumat bibir
Hati Zulaika berdebar. Dia tidak percaya bagaimana bisa, Rose bersama Bagus ada di sana? Padahal dia baru saja meninggalkan lelaki itu bersama Paula di hotel. Sementara, Paula tiba-tiba masuk ke dalam, bersedekap. Lalu tertawa dengan keras mendekati Zulaika dan menamparnya dengan sangat keras. Hingga akhirnya Zulaika tersungkur. Hidung Zulaika berdarah akibat tamparan yang sangat keras itu."Kau!" Zulaika melirik dengan tajam ke arah Paula. Jantungnya berdetak sangat kencang. Bagaimana dia bisa melawan orang yang ada di hadapannya? Dia seorang diri tidak bisa melawan. Namun, apa boleh buat. Zulaika harus tetap kuat menghadapi ini semua. Dia tidak bisa kalah dan terbunuh karena misinya belum selesai."Jika kalian ingin membunuhku, ya sudah. Bunuh saja aku. Namun, bersiaplah untuk mati. Karena Arman tidak akan pernah membiarkan kalian melakukan itu," ucap Zulaika dengan tertawa keras. Kemudian dia berdiri dan menatap ketiga orang yang kini membalas tatapannya itu dengan tajam.Bagus tib
Arman berdiri mendekati Bagus. Menjambak rambutnya, lalu mengangkat kepalanya. Kini Bagus menatap Arman dan tidak bisa berbuat apa pun. Dia sudah terjebak dengan rencananya sendiri.Selama ini apa yang dilakukannya sangat sia-sia. Walaupun sebenarnya Bagus sudah menjadi lelaki terkaya dan berpengaruh di kota akibat kekuasaan Maulana yang selalu membantunya. Namun, kini dia terus bersujud meminta maaf kepada Arman dan meminta lelaki itu untuk memberikan kesempatan sekali lagi. Arman tidak menjawab apa pun. Dia hanya diam menatap Bagus dengan ekspresi yang sangat dingin."Aku memang salah. Aku benar-benar salah. Tapi tolongla. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon kepadamu. Aku tidak ingin hubungan kita sia-sia gara-gara wanita itu," ucapnya dengan terus memohon. Arman masih saja terdiam hingga akhirnya dia menodong Bagus tepat di keningnya, seperti apa yang sudah Bagus lakukan pada Zulaika."Bukankah kau sudah melakukan ini kepadanya? Kenapa kau tidak menarik pelatuk itu dan ma
Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan
Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya
Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su
Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah
Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m
Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y
Hati Arman benar-benar hancur. Di saat dia sangat percaya dengan istrinya, ternyata apa yang dikatakan Ema memang benar. Zulaika keluar bersama Ardian dengan sangat mesra. Mereka berpelukan sebelum akhirnya Agung akan mengantar Zulaika kembali ke kediaman Maulana.Arman masih saja berada di dalam mobil. Kedua matanya menatap sangat tajam. Arman masih belum pergi dari sana dan menahan hatinya yang sangat terluka itu. Pengkhianatan adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Dia tidak akan pernah memaafkan siapa pun itu. Walaupun pengkhianat itu adalah seseorang yang sangat dicintainya, atau pun ibu yang sudah melahirkannya. Arman benar-benar tidak bisa memaafkan Zulaika.Perlahan dia terus mencengkeram kemudi mobil itu, hingga telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah. Kemudian dia menyalakan mesin mobil dan melesat sangat kencang menuju ke sungai yang masih saja terlihat sangat indah. Kelopak bunga mawar itu masih saja menghiasi permukaannya. Arman berlari dan masuk ke dalam su
Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu
"Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m