Arman tidak percaya laki-laki yang selalu dia kejar kini berada di hadapannya secara langsung. Lelaki yang sangat berani masuk ke dalam kediamannya.Selama bertahun-tahun dia selalu mencari keberadaan Agung. Namun, sekarang lelaki itu menghampirinya dengan sangat mengejutkan. Saat itu sebenarnya Arman bisa menangkap Agung. Tapi, karena dia melihat dan mendengar sendiri bahwa Bagus dan kepala pengawal hanya menginginkan dia menjadi boneka mereka, Arman akhirnya akan membiarkan Agung. Membuat Agung menemui Bagus dan kepala pengawal setianya itu. Dia melepaskan Agung begitu saja walaupun sebenarnya dia paham tidak bisa menangkap Agung yang sangat hebat itu dengan mudah. "Ayah?" Zulaika keluar dan menatap ayah angkatnya itu dengan sangat serius. Dia tidak tahu harus mengatakan apa."Ternyata kau sangat berani datang ke rumah ini. Oh, aku tahu. Kau merindukannya bukan? Ya, pasti kau mengingat dengan jelas kamar ini. Tentu saja kamar ini adalah milik ayahku dahulu dan kau sering masuk ke d
Agung masih saja berusaha untuk mengatasi dirinya. Walaupun perasaannya terkejut. Dia mendengar Arman sudah menyiksa Ardian di suatu tempat? Sebenarnya Agung selalu saja mengamati Zulaika dari kejauhan. Dia sangat cemas dengan Zulaika yang sepertinya akan mengalami kekalahan. Menjebak Arman sangatlah sulit. Lelaki itu sangat cerdas dan mengetahui semuanya dengan cepat.Agung memutuskan untuk masuk ke dalam, dan nekat untuk menemui Arman. Dia ingin melihat bagaimana keadaan Zulaika di dalam. Awalnya Agung bersiap melihat Zulaika menderita. Ternyata keadaan Zulaika baik-baik saja. Sebelumnya dia mengetahui Zulaika masuk ke dalam ruangan bawah tanah yang sangat mengerikan itu karena surat yang diberikan oleh Redrich. Agung tidak menyangka wanita itu membela Arman dan ingin melindungi anaknya. Ditambah, sekarang Redrich malah melawan Zulaika."Jadi kau menganiaya Ardian? Sepertinya sangat menarik buatmu. Tapi aku pikir itu tindakan yang sangat bodoh. Jika kau ingin melawan adikmu, sebaikn
Permintaan Arman yang membuat Ardian terperanjat, ketika dirinya berdetak kencang mendengarnya. Ardian hanya terdiam masih menatap sang kakak tidak mengucap apa pun. Dia mengernyit sangat dalam. Mana mungkin dia akan berbuat seperti itu? Tidak mungkin dia akan melakukannya, atau justru menyetujui sebuah permintaan yang sangat mustahil itu? Membunuh orang yang dia cintai hanya karena pertaruhan seperti itu? Apakah dia harus tetap melanjutkannya? Ataukah dia harus menyerah yang berarti dia kalah dan tidak akan pernah mendapatkan Zulaika?"Bagaimana Ardian? Kau sekarang berdiam saja tidak menjawab pertanyaanku? Kau takut melakukannya, atau kau akan membalikkan keadaan. Hmm, memintaku melakukannya, jika aku kalah?" tanya Arman sekali lagi semakin memojokkan Ardian.Ardian masih saja memberikan tatapan tajam. Kedua tangan mengepal, berusaha melepaskan ikatannya. Sementara, Arman masih saja tersenyum puas membalas tatapan setajam pisau itu."Apa maumu sebenarnya? Kalau kau, tidak menyukai Zu
Ema masih saja mengatur napasnya terasa sesak itu. Dia terus memejamkan kedua matanya. Sementara Melia sangat penasaran dan dia benar-benar kesal, melihat Ema tidak segera memberitahukan apa yang sudah dilihatnya. Ema terkejut melihat Melia semakin mendekatinya, kemudian memegang kedua pundaknya. Spontan Melia mengoyak sangat keras, membuat tubuhnya yang semula tersandar kini berdiri dengan tegak. Melia mengentakkan tubuh Ema dengan kasar, menunjukkan jemarinya tepat di wajah Ema yang menatapnya dengan tegang."Kau tahu, aku benar-benar membenci menunggu. Jika kau tidak segera mengatakan apa yang kau lihat! Aku benar-benar akan sangat marah. Aku akan membuatmu menyesal, karena kau sudah melakukan itu kepadaku!" lanjutnya membentak keras. Ema menarik napas panjang. Sementara, Zulaika mendekati Melia."Dia pasti mengatakan semua," ucap Zulaika sembari menarik Melia agar menjauh dari Ema yang masih bergeming kaku."Kau tahu aku benar-benar tidak suka menunggu sesuatu seperti ini. Jika d
Ema dan Melia masih kesal dengan Rose yang sudah meninggalkan mereka dengan tertawa puas. Melia menarik Ema. Wanita itu ingin mengetahui perkataan Ema yang tertunda."Katakan. Apa yang kau ketahui?" bisik Melia dengan tatapan tajam. "Kau tadi tidak mengatakan apa pun. Sekarang, wanita keparat itu mengatakan hal buruk juga. Aku ingin mengetahui semuanya," lanjut Melia."Aku akan mengatakannya. Tapi tidak di sini," ucap Ema sambil menarik Melia pergi dari sana.Dari kejauhan, Paula menatap mereka dengan sinis. Dia ingin mengetahui semuanya.**Arman melempar tubuh Zulaika ke atas ranjang. Dia menekan tubuh Zulaika dengan kuat. Sang istri kesakitan tapi tidak bisa meronta. Arman tidak membiarkan dia untuk bergerak."Apa kau sudah tidak waras? Kalau kau tidak mau aku hidup, kau bisa membunuhku sekarang juga." Zulaika mendorong keras. Arman masih menahannya."Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan Ardian. Aku akan membuatmu celaka. Camkan baik-baik." Arman menarik tubuh Zulaika,
Semua wanita mendekati Rose yang masih tersungkur di lantai. Salah satu dari mereka menarik Rose dan mencengkeramnya. Wanita lainnya membantu. Zulaika tersenyum melihatnya."Aku akan berada di pihakmu, Zulaika. Kami sadar. Kau yang bisa membebaskan kami." Salah satu istri siri Arman mendekati Zulaika dan menatapnya sambil tersenyum.Mereka membawa Rose ke ruangan bawah tanah. Namun, Redrich mencegahnya. Dia bersama beberapa pelayan dan pengawal wanita yang selalu bersamanya mencegah. Bahkan, beberapa pengawal membawa senjata."Aku tidak akan pernah membiarkanmu membawa wanita ini. Dia akan menikah dengan Ardian dan itu yang akan terjadi. Jangan pernah membuatnya sengsara, karena aku membutuhkan wanita ini. Zulaika dengarkan. Kau akan tetap bersama dengan Arman. Tapi untuk menjadi istrinya dan tidak untuk menghancurkan anakku," ucapnya dengan tegas. Zulaika berdiri tepat di hadapannya. Sementara wanita yang lainnya masih saja mencengkeram lengan Rose dengan kuat, karena Rose selalu sa
Ardian masih saja terdiam. Dia benar-benar mendapatkan tugas yang sangat berat. Tapi apakah dia akan berhenti di sini saja? Sementara dia harus membuktikan jika dirinya memang bisa melakukan hal yang bisa membuat Arman terkejut. Selama ini memang dirinya selalu unggul dari Arman. Ardian selalu bisa memecahkan semua masalah perusahaan. Walaupun Bagus selalu ikut andil. Bagus memiliki otak yang sangat cerdas. Tawaran untuk Bagus agar mau bekerja sama dengannya, sepertinya akan sia-sia. Ardian mengetahui jika ternyata Bagus dan Arman masih saja saling berhubungan, dan mereka sudah berhasil melakukan sandiwara seperti itu. Ardian masih berpikir sejenak hingga akhirnya dia berdiri menatap Arman yang masih saja tersenyum puas ketika melihatnya."Sesuatu yang kau berikan ini adalah sangat mustahil untuk aku lakukan. Tapi bagaimana lagi. Aku memang harus melakukan itu dengan segala konsekuensinya. Hadiahmu memang sangat menarik dan aku menyetujuinya. Tapi, untuk membunuh wanita yang sangat a
Di dalam ruangan rapat, Arman masih saja sangat kesal. Dia yakin Ardian pergi kembali ke kediaman Maulana untuk mencari Zulaika. Arman ingin sekali mengejar dan mencegah Ardian untuk pergi ke sana. Tapi kakinya masih saja melekat tidak ingin dia gerakan sama sekali. Harga dirinya sangat tinggi. Dia tidak ingin terlihat lemah apalagi di depan semua orang yang kini memandangnya dengan tersenyum. Mereka melihat Arman sangat kuat. Mereka yakin Arman bisa menjadi Sang Penguasa dan membuat semua orang takut dengan dan perusahaannya. Tetap menjadi yang tidak tertandingi. Namun, sesuatu Bagus lihat. Lelaki itu tidak pernah melihat Arman seperti itu, dan hatinya benar-benar cemas. Arman tetap saja mencintai Zulaika, namun dia sembunyikan dengan sangat rapat dan itu suatu hal yang sangat tidak bagus."Rapat kita selesaikan sekarang. Sudah jelas-jelas kita akan membangun proyek dan Tuan Muda Ardian yang akan mengerjakannya. Jika proyek ini berhasil, kita akan sangat berkuasa dan menjadi tidak