Satu bulan lagi adalah pesta kedewasaanku dan sekarang Marquis memanggilku ke ruang kerja untuk membicarakan tentang persiapannya. Dia memutuskan untuk mengadakan pesta ini semewah mungkin dan akan mengenalkanku kepada para bangsawan Avalon secara resmi sebagai putrinya.
Yah, aku tahu dia sangat menyayangi putrinya tapi bukankah terlalu berlebihan untuk merayakan pesta kedewasaan dengan sangat mewah? Dia memberiku berkas rencana pesta yang sudah dia siapkan“Ayah, apa ini tidak terlalu berlebihan?”Marquis yang sedang membaca berkas-berkasnya kini melihat kearahku dan mengerutkan dahinya. “Apa maksudmu putriku?”“Itu … pesta kedewasaan saya. Bukankan ini terlalu mewah?”Aku suka sih karena ini juga hari bersejarah untukku tapi dengan begitu bukankah para bangsawan akan menganggapku sebagai wanita yang matre. Seorang putri angkat yang menghabiskan uang ayahnya untuk memamerkan kesombongan. Mereka pasti akan berfikir begitu.Kesan pertama mereka padaku saja sudah buruk dan jika dia mengadakan pesta sesuai dengan rencana ini. Kupikir para bangsawan akan semakin membenciku.“Putriku, ini adalah pesta kedewasaanmu dan akan menunjukkan kepada bangsawan lain bahwa keluarga Magrita bukanlah hal yang sepele.”“Ayah benar. Tapi …”Tapi tetap saja, siapa yang akan melakukan pesta semegah ini bahkan anggarannya melebihi anggaran pesta kerajaan. Keluarga Marquis magrita memang sangat kaya tapi ini tetap berlebihan. Aku lebih senang kalau uang itu kusimpan saja untuk tabungan masa depan.Kita ‘kan tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya? Tidak ada yang menjamin.“Kalau begitu, apakah saya boleh mengaturnya sendiri?”“Kau ingin mengaturnya?”“Benar Ayah. Akan lebih bagus jika mereka mengenal saya melalui hal seperti ini.”Dia berfikir sejenak mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku meminta sesuatu padanya dan yang kuminta bukanlah hal yang mudah apalagi untukku yang baru saja belajar dia pasti ragu menyerahkannya tapi aku cukup percaya diri dengan kemampuanku.Lagipula apa yang perlu di khawatirkan aku bahkan pernah mengatur uang 15 perak untuk hidup sebulan di luaran sana.“Baiklah, lakukan persiapannya sendiri dan jika kau kesulitan. Minta saja bantuan padaku tanpa perlu sungkan.”“Terima kasih, Ayah!”“Oh iya. Mario, bantu putriku menyiapkannya," perinntah Marquis pada pria di sampingnya.Dia kembali menatapku. “Akan lebih mudah jika ada orang yang berpengalaman membantumu, Putriku.”“Sekali lagi terima kasih ayah. Mario pasti akan sangat membantu.”Dia tersenyum melihatku yang sangat senang. Ah, aku benar-benar menyayangi Ayah angkatku ini.Saat aku keluar dari ruang kerja Marquis sepertinya dia menggumamkan sesuatu dan aku juga berpapasan dengan seseorang yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tapi dia terlihat seperti seorang dokter, mungkinkah Marquis sedang sakit? Tapi dia terlihat baik-baik saja.“Sudahlah, jangan memikirkan sesuatu yang aneh.”Aku hanya perlu fokus pada persiapan kali ini. Baguslah, dengan ini aku bisa membuktikan kemampuanku dan mendapatkan pengakuan para bangsawan sebagai putri marquis. Countess sudah mengajariku cara-caranya jadi aku hanya perlu mengikuti langkahnya saja dan dengan pengetahuan yang kutemukan di jalanan selama tujuh belas tahun sepertinya aku tahu apa yang bisa menarik perhatian para bangsawan.“Mario. Bisa ambilkan aku catatan anggaran pesta dua tahun terakhir di keluarga Marquis? Aku akan menunggumu di ruang baca.”“Baik Nona.”Keluarga Marquis terkenal dengan pemandangannya yang indah karena dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, bahkan didalam pegunungan itu terdapat tambang batu bara. Wilayah ini juga menjadi pusat pariwisata di Avalon. Barang yang sering dijadikan oleh-oleh adalah kerajinan patung kayu, mungkin aku bisa memanfaatkannya.Setelah beberapa saat Mario datang membawa banyak berkas di pelukannya. Aku bisa saja menghiasi ruang pesta dengan berlian menggunakan uang yang di berikan Marquis. Para bangsawan memang suka kemewahan tapi bukan kemewahan yang berlebihan seperti itu.“Mario, siapa yang menyiapkan pesta terakhir kali?” tanyaku basa basi sembari membaca satu persatu berkas.“Nona Yvone yang menyiapkannya, itu adalah pesta ulang tahun beliau yang ke enam belas.”Benar juga, Marquis bilang kalau putrinya meninggal setahun sebelum dia menemukanku. Dia membuat anggaran yang cukup bagus, aku yakin pestanya saat itu berjalan baik. Tapi daftar tamunya.“Hmm … kenapa dia hanya mengundang sedikit orang?”“Saat itu kesehatan Nona Yvone sudah mulai buruk. Jadi beliau hanya mengundang kerabat dekat dan mengadakan pesta kecil.”"Oh, jadi begitu ... hmm."Sekarang aku tahu apa yang perlu kupersiapkan, karena tamu undangan sudah disiapkan oleh Marquis aku hanya perlu menyiapkan dekorasi dan perencanaan pesta yang matang. Mario adalah suami dari Sillia, wanita yang dulu menemukanku bersama Marquis. Mereka adalah dua orang kepercayaan di kediaman ini."Aku akan menuliskan daftar barang yang harus kita pesan.""Baik Nona. Apa anda ingin saya merekomendasikan sesuatu?""Tidak perlu, kurasa aku punya ide."Mario tetap berdiri di sampingku yang sedang menulis. Dia tidak mempertanyakan apapun tapi apa ini hanya perasaanku saja sesaat aku merasa bahwa tatapan Mario seolah menusukku. Tapi saat aku menoleh dia tersenyum.“Apa anda sudah selesai, Nona?” tanyanya dengan senyuman ramah.Yah. Itu pasti hanya ilusiku saja.“Iya. Mario, aku sudah menuliskan semuanya di sana. Kerjakan tanpa ada yang kurang lalu siapkan kereta kuda. Aku akan pergi keluar.”“Baik Nona.”Dia sangat kompeten meskipun umurnya sudah cukup tua, karena Marquis memberikan dia padaku berarti Marquis sudah sangat mempercayaiku. Aku tidak akan mengecewakannya.Sekarang aku harus pergi mengunjungi para pembuat lilin dan pengrajin kayu. Meskipun dilihat berkali-kali, wilayah Marquis tidak pernah membosankan. Jalanannya juga selalu ramai oleh para pengunjung, selama perjalanan aku bisa melihat penginapan yang di kelola keluarga Marquis sangat ramai.Setelah pesta kedewasaan dan aku sudah diakui oleh para bangsawan, Marquis bilang akan mengajariku mengelola wilayah ini secara langsung. Meskipun aku sudah beberapa kali ikut kunjungan wilayah bersama tapi dia tidak pernah membiarkanku ikut campur lebih jauh.“Nona, kita sudah sampai.”"Bantu aku untuk turun.""Baik."Pengawal yang di tugaskan Marquis, membantuku turun dan menarik perhatian banyak orang. Sebenarnya aku tahu dia awalnya menolak untuk mengawalku tapi setelah di bayar dua kali lipat oleh Marquis dia langsung menerimanya.Bukankah kekuatan uang itu sangat bagus?“Selamat siang, Nona Magrita. Ada keperluan apa sampai anda datang sendiri ke tempat seperti ini?” tanya seorang penjaga di tempat pengrajin.“Apa maksudmu Tuan, tempat ini adalah sumber kemakmuran Magrita. Anda tidak perlu memanggilnya dengan sebutan ‘tempat seperti ini’.”“A-ah maafkan saya.”Dia terlihat sangat gugup padahal orang lain melihatku dengan tatapan benci yang terlihat sangat jelas. Sudahlah, aku harus segera menemui pemilik tempat ini dan pergi. Tatapan mereka membuatku sangat mual. Sebenarnya bukan hanya disini tapi di Kediaman Marquis juga banyak pelayan yang seperti itu, kebanyakan mereka adalah pelayan lama.“Tolong antarkan aku pada pemimpin tempat ini.”Dia hanya diam saja dan justru seorang pria berbadan besar datang dan berdiri tepat di hadapanku.“Jika anda hanya ingin bermain, sebaiknya anda mencari tempat yang lain Nona.”“Fleur! Apa yang kau katakan!”Pria bernama Fleur itu membawa palu dan alat pengukir di tangannya. Dia sengaja menunjukkan kedua benda itu padaku. “Benda-benda seperti ini bisa saja menyakiti Anda,” ujarnya dengan nada mencemooh.Yah, aku tidak bisa membencinya karena kebanyakan penduduk sudah tahu asal muasalku yang asli. Jadi wajar mereka masih mengaggapku sebagai ‘gadis pengemis’ yang diambil Marquis hanya karena wajahku yang mirip putrinya.“Tuan. Apa saya terlihat seperti mengajak anda bermain? Atau apa setiap pelanggan kesini hanya bermain-main dengan anda? Saya pikir ini tempat pengrajin.”Dia tersentak mendengar jawabanku. Apa kau pikir aku hanya akan diam dan lari setelah kau intimidasi. Sepertinya dia lupa darimana aku berasal."Apa anda melihat saya sedang bermain? Bahkan anak kecil tahu kalau ini bukan tempat bermain. Sepertinya ada yang salah dengan mata anda, Tuan." Dia hampir saja melemparkan palunya dan menggertakkan giginya mendengar jawabanku. "Hah! Memangnya apa yang bisa dilakukan orang rendahan sepertimu?!" Disaat seperti ini pun mereka hanya diam melihatku di permalukan apalagi penjaga yang di berikan Marquis, dia bahkan tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun untukku. "Saya tidak punya kewajiban menjawab pertanyaan Anda, yang saya cari adalah pemilik tempat ini." Wajah pria ini memerah karena marah. "Apa?! Kau mau di pukul ya?!" "Pukul saja." Jika kau memukulku harga dirimu pasti akan jatuh. Dia sudah mengangkat tangannya, jika aku hanya diam pukulan itu akan mengenai wajahku. Kurasa itu cukup setimpal asalkan aku tidak membuat kerusuhan lebih lama. "Berhenti! Apa yang kau lakukan Fleur?!" seru seorang pria yang sedang menuruni tangga. "Tuan?" "Kau akan membuat semua pelanggan kita kabu
Sehari sebelumnya. "Putriku! Apa yang terjadi?!" seru Marquis yang langsung berlari menghampiriku. Kurasa sia-sia aku meminta mereka tutup mulut. Marquis pasti sangat khawatir, dia memelukku dengan tubuhnya yang bergetar. "Aku baik-baik saja Ayah." "Bagaimana bisa kau bertemu dengannya?" "Kami tidak sengaja berpapasan dan ... emm ... itu, sepertinya aku salah mengatakan sesuatu padanya. Tapi Ayah tenang saja. Semuanya sudah selesai dengan baik." "Tidak. Ayah akan membuatnya meminta maaf padamu." Jika kau melakukannya, sepertinya bukan hanya aku yang mati tapi kau juga Marquis. Dia bahkan lebih gila daripada yang dibicarakan rumor. "Tidak. Aku baik-baik saja, Duke juga sudah meminta maaf." Mari hentikan semuanya disini dan jangan bertemu lagi dengannya. Aku juga harus mengurus sisa persiapan pesta. Marquis tidak menjawabku dan hanya menatapku sebentar lalu langsung memelukku lagi. "Baiklah, aku cukup senang dengan melihatmu masih hidup, Putriku." Ah, dia pasti takut kehilangan
Hari ini kepalaku rasanya sangat pusing mengingat pria itu terus saja membuat nyawaku terasa terancam dan Marquis malah menjadikannya pasangan pesta kedewasaanku. Sebenarnya apa yang di pikirkan Marquis? Aku menghela nafas panjang dan menarik perhatian Mario. "Ada yang salah Nona? Apa perlu saja pesankan yang lain?" tanya Mario yang sedang membawa beberapa contoh dekorasi pesta. "Tidak," jawabku. Sepertinya aku harus mencari udara segar sebelum kembali bertemu Duke Arcelio hari ini. Entah kenapa pria itu semakin sering berkunjung. Kurasa dia tidak punya pekerjaan sampai membuang banyak waktu mengancam nyawaku. Apalagi kemarin saat kami selesai makan malam tanpa ada Marquis dia hampir melemparkan pisaunya padaku namun meleset dan justru mengenai pelayan yang berdiri di belakangku. Aku sungguh tidak tahu apa motivasi pria itu hidup. "Mario, aku akan pergi keluar. Tolong sampaikan pada Ayah, aku akan pulang sebelum makan malam bersama Tuan Duke." "Baik, Nona." Hari ini aku pergi b
"Ayah apa maksudnya? Aku bertunangan dengan Tuan Revanov?" Sepertinya bukan hanya aku tapi Revanov pun juga terkejut ketika pertunangan kami di umumkan. Saat kulirik wajahnya terlihat menahan marah. Apa dia benar-benar tidak tahu tentang pertunangan ini? "Ayah akan jelaskan nanti," bisik Marquis padaku. Banyak sekali orang yang memberiku ucapan selamat. Namun tidak satupun dari mereka yang berani berbicara langsung dengan Revanov apalagi dengan wajahnya yang seperti ingin melahap orang hidup-hidup. Bisakah aku hidup dengan orang seperti ini? Membayangkannya saja membuatku merinding. Setelah beberapa saat akhirnya aku bisa keluar dari ruang pesta dengan Revanov, pria itupun sedari tadi hanya diam. Aku jadi penasaran dengan apa yang sedang dia pikirkan. "Apa kau berencana untuk membunuhku?" Aku memberanikan diri untuk mulai berbicara. Kami duduk di tepi air mancur yang ada di taman, ini lebih baik daripada harus menjawab satu persatu pertanyaan para bangsawan di dalam sana. "Kena
Revanov benar-benar membuat keributan dengan ulahnya. Padahal tadi dia terlihat tidak menyukai pertunangan kami, lalu kenapa dia melakukan hal bodoh di depan orang banyak seperti ini. Apa pria juga mengalami perubahan mood yang cepat seperti wanita?Rasanya aku sangat ingin membedah otak gilanya itu."Apa kau melihatnya juga?""Dia benar-benar Duke yang haus darah itu?""Astaga mereka nampak sangat serasi."Dan banyak lagi suara berisik yang mereka buat. Apanya yang serasi? Mereka belum tahu saja bagaimana perlakuan pria ini terhadapanku. Rasanya seperti terombang ambing di lautan kematian. Aku meliriknya yang masih berdiam diri di hadapanku seolah tidak terganggu dengan suara-suara bising itu. "Aku lupa kalau dia tidak normal," gumamku, kali ini gantian aku yang menarik tangannya. "Ikut aku!"Sekuat tenaga aku menariknya dari tengah pesta dan membawanya ke teras. Disini hanya ada sedikit orang yang akan melihat kami. Angin malam yang menerpa membuat rambutku berantakan, aku ingin me
Aku bersyukur kali ini pesta berjalan dengan lancar dan Revanov tidak membuat kekacauan apapun di pesta seperti yang biasa dia lakukan pada pesta-pesta yang lain. Hari ini terasa begitu panjang, aku merebahkan diri di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar yang dihiasi dengan berbagai ukiran indah. "Baguslah mereka menerima hadiah itu dengan baik. Sekarang aku hanya perlu menunggu penjelasan dari Marquis, kira-kira apa yang akan dia katakan?" Kumeraih pisau buah yang ada di atas nakas dan menyembunyikannya di balik gaun sebelum beranjak dari tempat tidur menuju depan cermin. Pantulan wajahku di dalamnya benar-benar sangat jelas karena bulan purnama, bahkan bayangan dari dedaunan di luar juga terlihat. Kupikir wajah ini membawa keberuntungan tapi rupanya malah membawaku pada petaka. "Wajah yang cantik, apa aku harus membuat luka pada wajah ini?" gumamku sembari mengelus pantulan diriku sendiri yang ada di dalam cermin. Lalu detik berikutnya bayangan seseorang ikut terpantul
Ketika aku bangun Revanov sudah tidak ada di kamarku begitu pula jasad pembunuh bayaran itu. Semalam aku pasti sudah ikutan gila, bagaimana bisa kami tidur bersama?! "Permisi Nona," ujar seorang pelayan yang baru saja masuk membawa sarapanku dan air untuk mencuci muka. "Letakkan saja disana. Kau boleh pergi sekarang." "Baik." Perlahan aku beranjak dari ranjang dan membasuh wajahku sendiri yang kini terpantul dalam air di baskom. Aku tidak pernah berfikir bahwa akan ada seseorang yang menyewa pembunuh bayaran seperti semalam. Mereka tidak mungkin utusan dari Marquis. "Haah, siapa lagi yang mencari gara-gara denganku sekarang." Hari ini aku akan menerima surat penyerahan tambang batu bara dari Marquis sekaligus penjelasan tentang pertunangan mendadak yang dia umumkan semalam. Ruang kerjanya nampak sepi tanpa ada Mario ataupun Sillia. "Kau sedang mencari siapa Putriku?" tanya Marquis yang baru saja selesai menandatangani berkasnya. "Dimana Mario dan Sillia?" "Oh, mereka kuberi t
"Kyaaaa!""Nona! Apa yang terjadi?!"Para pelayan dan penjaga berbondong-bondong masuk ke dalam kamarku setelah mendengarku berteriak. Beberapa dari mereka langsung membungkus tubuhku dengan selimut dan sebagian lainnya menutup mulut karena mual melihat mayat seseorang tergeletak di lantai kamarku dengan tubuh yang penuh darah."Danis?""Itu Danis! Ba-bagaimana bisa?"Dalam sekejap keributan menjadi lebih parah, mereka membawaku keluar kamar dan kami berpapasan dengan Marquis yang sepertinya langsung mendapatkan laporan. Wajahnya terlihat sangat marah lalu detik berikutnya berubah khawatir saat melihat tubuhku bergetar."Putriku, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan memeluk erat tubuhku. "Kau pasti sangat terkejut.""A-ayah, danis ... dia ..." Aku menelan ludah jika mengingat mayat yang ada di dalam."Tidak apa-apa, aku yang akan mengurusnya," ujar Marquis menenangkanku. Dia berbalik untuk memerintahkan beberapa penjaga. "Bawa Putriku ke ruangan yang lain.""Baik, Tuan."Mereka membaw
Sehari sebelumnya."Apa kau yakin Kinsey bekerja sama dengan Gabriel? Bukankah tidak ada alasan untuk Kinsey bekerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Bian sembari menandai beberapa ttitik di peta yang dia temukan.Kemungkinana untuk keluarga Kinsey bekerjasama dengan Gabriel sangatlah kecil terlebih mereka adalah keluarga yang selalu mencoba menghindari sekandal. Itulah sebabnya Amelia tidak terlalu memperlihatkan kedekatan dirinya dengan mereka karena resikonya begitu besar."Tidak ada satupun kemungkinan untuk mereka bekerjasama dengan Gabriel, Rev." Tambah Bian.Sedangkan pria itu memilih tidak menjawab pertanyaan temannya dan mempelajari peta untuk mengingat beberapa titik yang mungkin bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan Cecilia. Dia bersandar pada meja dan mulai menjelaskan sedikit kemungkinan yang tengah dia pikirkan."Bukankah kita tahu bahwa Amelia bekerja sama dengan Kinsey, adikmu itu juga bekerja sama dengan Gabriel," jelas Revanov."Lalu apa hubungannya? kau pikir
Sudah berapa lama aku ada disini, semua yang kulihat hanyalah kegelapan dan secercah cahaya dari lilin yang di bawa oleh Marquis. Apa aku benar-benar sudah di campakan oleh Revanov. Kenapa berisik sekali di luar? "Kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang yang suaranya terdengar tidak asing, dia berdiri di hadapanku dengan jubah yang menutupi wajahnya namun tidak bisa menyembunyikan betapa kuatnya aura keberadaan manusia satu ini."Gabri ... el?""Oh, kau mengenaliku." Dia menyingkap tudung yang menyembunyikan wajahnya. "Sudah kuduga Revanov memilih wanita yang tepat untuk kujadikan umpan. Lihatlah dia dengan bodohnya melawan para monster itu. Heh, dia tidak pernah berubah karena itulah dia akan tetap kalah," jelas Gabriel dengan senyum sinis di wajahnya."Monster?" "Kau baru bertanya sekarang?" Ujarnya dengan tawa yang menggema.Apa itu berarti selama ini aku sedang ada di hutan selatan? Tapi bagaimana bisa itu terjadi?! Sial, pikiranku menjadi semakin sulit mencerna apa yang terja
Pandangan yang buram, suara tetesan air yang jatuh adalah satu-satunya hal yang menemaniku disini dan membuatku tetap tersadar bahwa aku masih hidup. Sudah berapa hari aku ada disini aku tidak tahu, yang pasti adalah orang-orang itu sesekali datang menemui untuk melampiaskan amarah mereka seperti saat ini."Kau sudah gila? Bagaimana jika Tuan Gabriel tahu tentang hal ini?" tanya seorang pria dengan suara seraknya pada Marques."Gabriel? Ha! Apa maksudmu? Dia anakku jadi aku bebas melakukan apapun," jawab Marquis dengan nada mengejek.Akupun tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun rencanakan, tapi Gabriel? Bukankah dia kakak Revanov, kenapa mereka tiba-tiba membawa nama itu. "Ack!" rintihku saat Marquis lagi-lagi menendangku dan menjambak rambutku."Lihatlah! Anak pembawa petaka ini! Dia yang membuat bisnis kita bangkrut!" ujar Marquis dengan nada geram sebelum kembali menjatuhkan tubuhku.Sudah berapa lama aku seperti ini, semuanya membuatku kembali mengingat kenang
Tidak ada satupun yang berhasil kuingat saat tak sadarkan diri setelah acara minum teh bersama Putri Amelia dan sekarang aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat asing. Tanpa ada seorang pun di sampingku, kedua tanganku terikat termasuk kakiku dan saat itu aku baru sadar bahwa semua ini mungkin adalah rencana dari Amelia. Bagaimana bisa dia menculikku bahkan saat aku ada di kediamanku sendiri. "Revanov? Apa itu kau?" Sialnya suaraku juga seolah hilang, tak butuh waktu lama karena setelah aku terbangun sebuah bayangan menghampiriku di dalam ruangan yang gelap ini, dia membawa sebuah lentera di tangannya. "Kau sudah bangun? Putriku?" Deg! Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar suara yang begitu familiar. Dan apa yang kulihat sekarang benar-benar di luar perkiraanku, aku lengah ketika berfikir sudah berhasil menghancurkannya. Pria tua itu sudah berdiri di hdapanku dengan sebuah benda pisau di tangan yang satunya. "Marquis?" "Apa kau merindukan Ayahmu ini?" t
Entah Seperti yang di katakan melalui surat bahwa Putri Amelia akan datang berkunjung. Ternyata dia langsung datang hari ini dengan membawa beberapa pengawal dan pelayannya."Salam untuk matahari Avalon," sapaku bersamaan dengan Revanov yang juga menyambutnya."Terima kasih atas sambutan hangat kalian, tapi kudengar Duches sedang sakit. Apa tidak masalah jika anda pergi keluar seperti ini?" tanya Amelia.Dia memberikan isyarat pada salah satu pelayannya untuk memberikan sebuah mantel padaku."Anda harus menjaga suhu tubuh saat berada di Arcelio, tempat ini lebih dingin dari daerah-daerah lainnya," jelas Amelia begitu menempatkan mantel tadi padaku."Terima kasih Yang mulia," ucapku.Apa ini perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang salah disini? Dia berkata seolah dirinya yang paling tahu tempat ini bahkan dia juga memberikan beberapa mantel kepada pelayan yang ikut menyambutnya."Kuharap kalian juga bisa bekerja lebih nyaman disini," ucap Amelia begitu memberikan mantel-mantel tad
Pada akhirnya aku tidak bisa menemui Alfonso sampai aku tiba di Arcelio. Orang-orang di kediaman itu membuat keributan setelah melihat luka yang ada pada tubuhku.Padahal aku sudah mencoba menyembunyikannya sebisa mungkin tapi ternyata bekasnya lebih parah dari yang kukira."Fred, aku menunggu penjelasanmu nanti," ujar Revanov pada Frederick begitu melihatku kembali dengan badan penuh lebam.Frederick hanya mengangguk hormat dan dengan cepat memanggil tabib untuk mengobatiku. Sedangkan Revanov kini menatap tajam padaku, lebih tepatnya pada luka lebam yang ada di pipiku."Kenapa?" tanyaku karena dia tak kunjung bicara namun malah mengepalkan tangannya."Tidak apa-apa, masuklah kau harus segera di obati," ucapnya."Iya, tapi kau mau kemana?"Kupikir dia akan mengantarku masuk untuk diobati tapi ternyata malah meminta seorang pelayan untuk menyiapkan kudanya. Dia nampak terburu-buru, apa mungkin urusan dengan orang yang mengaku sebagai kakaknya itu belum selesai?"Aku akan segera kembali
Setelah tubuhku di pontang pantingkan oleh Marquis sebagian baju yang kupakai akhirnya robek dan ada banyak bekas goresan di sekujur tubuhku. Meskipun aku tahu bahwa dia sangat marah tapi apa memang harus sampai seperti ini? Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima semua serangannya."Kau hanya anak bodoh yang tak berguna!" serunya tiap kali menjambak rambutku."Tapi kenapa kau menggunakan aku sebagai jaminan perjanjian itu?"Plak!!Bekas tangannya pasti sangat kentara di wajahku. "Harusnya kubiarkan saja kau di jalanan saat itu. Dasar putri tidak tahu diri. Kau sudah kubiarkan hidup harusnya kau berterima kasih bukannya malah mengkhianati ayahmu seperti ini!""Lihat siapa yang berbicara sekarang, anda mengatakan saya berkhianat? Lalu anda sebut apa perlakuan yang anda lakukan pada ibu saya?!""Berhentilah mengelak! Itu karena ibumu saja yang tak mau mengerti keinginan suaminya. Harusnya dia tahu bahwa menuruti perkataan suami itu hal yang harus dilakukan.""Haha..."Tanganku y
Malam telah larut ketika aku dan Revanov kembali ke kediaman Arcelio. Kami membahas tentang pengembangan wilayah sebentar sebelum tidur.Kali ini sudah kupikirkan dengan matang bahwa besok aku akan memenuhi panggilan Marquis, apalagi pria tua itu sudah mulai mengancamku melalui surat-suratnya. "Kurasa kau menyukai hadiahku ya, Ayah," gumamku pada langit-langit kamar.Kamar ini sengaja di buat sedikit redup karena aku yang memintanya, kupikir cahaya bukanlah hal yang cocok untukku. Dan kegelapan akan membuatku terus tersadar tentang apa tujuanku sebenarnya.Tidak ada cahaya yang benar-benar hadis di hidup ini, sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berfokus pada pembalasan dendam.******Suara telapak kaki kuda mengiringi perjalananku menuju Magrita, tak kusangka akan secepat ini kembali ke tempat itu.Revanov tidak membiarkanku pergi sendirian karena dia mengirimkan Frederick untuk pergi bersamaku."Dia pasti sangat mempercayaimu sampai memberikan tugas seperti ini," ujarku pada Frede
Ke esokan harinya aku keluar bersama dengan Revanov untuk melihat kondisi para penduduk, Meskipun tempat ini sangat dingin ta[i aku senang melihat banyak orang yang maih mau tinggal disini. Kulihat perdagangan disini berjalan dengan lancar lalu penyupaian bahan pangan juga berjalan dengan baik. "Selain tambang, sumber penghasilan di Arcelio ada apa saja?" tanyaku pada Revanov yang setia berjalan berdampingan denganku. "Tidak ada sumber penghasilan lain, sejauh ini Arcelio terus bertahan dengan mengandalkan pertambangan," jawab Revanov. Selama kami mengunjungi wilayah, para penduduk menyambut dengan baik bahkan mereka memberikan beberapa buah untukku dan Revanov sebagai tanda terima kasih sudah merawat wilayah ini. Saat menghadapi para penduduk sifat revanov sangat berbeda, dia menjadi orang yang lebih lembut dan terlihat seperti pemimpin yang sangat mengayomi. Pasti berat baginya setelah memberikan tambang berlian pada Marquis dan hanya mendapatkan aku sebagai gantinya. Apa tidak