“Nggak, kok.” Chelsea duluan menjawab, “Aku merasa agak lelah hari ini, nggak bisa menjamu Kak Daisy dengan baik.”Dapat terdengar nada penuh amarah dari ucapan Chelsea.Ardi juga tidak bertanya lagi. Dia melihat Chelsea menaiki tangga tanpa berpamitan sama sekali. Ardi juga merasa tidak berdaya. Dia melihat ke sisi Daisy, lalu berkata, “Kak Daisy, Chelsea memang adalah seorang pengurus di Zenith, tapi terkadang sikapnya itu sangat kekanak-kanakan. Dia juga masih muda, kalau dia melakukan kesalahan, kamu jangan masukin ke hati, ya.”Daisy melirik ke sisi tangga sekilas. Tatapannya kelihatan lara. Kemudian, dia bergumam, “Kali ini, aku yang telah mengecewakannya.”Ardi tidak kedengaran. “Apa katamu?”Daisy menggeleng. “Nggak kenapa-napa.” Dia melihat Ardi dengan tersenyum tipis. “Aku merasa tenang karena ada kamu yang menjaga Chelsea.”“Aku hanya orang cacat. Mana mungkin aku bisa menjaga Chelsea? Malahan dia yang lebih banyak menjagaku. Beberapa hari lalu, dia ketiduran di sofa. Aku me
Setelah mendengar pertanyaan Ferdy, kepala Sonia terasa sangat sakit. “Aku juga nggak tahu ….”Chelsea mengangkat tangannya untuk menekan-nekan ujung keningnya. “Herbert berusaha keras untuk bekerja sama dengan Hope. Sepertinya ada motif tersembunyi di belakangnya.”Perbuatan Herbert melenyapkan kesan bagusnya di hati Chelsea.“Tapi … Kak Daisy sedang berada di sisi Herbert. Kalau kerja sama kali ini nggak berhasil, entah hukuman apa yang akan diberikan Malcolm kepada Kak Daisy.” Chelsea sungguh merasa serbasalah. Dia menatap Ferdy dengan penat. “Menurutmu, apa yang mesti aku lakukan?”“Apa kamu akan mendengar masukanku?” tanya Ferdy kembali.Chelsea dapat menebak apa yang ingin Ferdy katakan. Dia langsung menjulingkan bola matanya. “Dasar manusia nggak punya hati.”Ferdy pun tersenyum. “Bukannya kamu sudah punya jawabannya? Apa perlu kamu menjadikanku sebagai orang jahat?”Dengan karakter Chelsea, dia tidak mungkin mengabaikan Daisy begitu saja. Jadi, meski Chelsea tahu terpendam moti
Chelsea merasa gugup. “Kakek, aku ingin meminta pendapatmu. Sekarang perusahaan farmasi sebesar Perusahaan Farmasi Hermera berinisiatif untuk bekerja sama dengan Hope, kesempatan ini adalah kesempatan yang sangat langka bagi Hope.”“Aku nggak setuju.” Calvin langsung menolak dengan tegas. “Sekarang Hope ingin mengembangkan bisnis produksi obat dan juga bekerja sama dengan Perusahaan Farmasi Hermera. Apa kamu ingin membuatku mati kecapekan?”Chelsea segera menjelaskan, “Tentu saja bukan. Aku paling sayang sama Kakek. Mana mungkin aku tega melihat Kakek kecapekan?”“Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu. Asal kamu tahu, aku sudah tua, nggak sanggup untuk memikul banyak beban. Kalau kamu ingin bekerja sama dengan Perusahaan Farmasi Hermera, kamu jalankan saja setelah aku sudah di bawah tanah nanti!” Usai berbicara, Calvin langsung mengakhiri panggilan.Chelsea yang tiba-tiba dimarah itu terbengong di tempat. Kenapa Kakek Calvin semarah ini?…Setelah panggilan itu, Calvin bagai telah m
Saat berada di luar taman kanak-kanak, Ferdy menatap 2 bocah cilik berjalan ke dalam sekolah. Setelah tidak kelihatan bayangan punggung mereka lagi, Ferdy mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Chelsea.[ Sudah sampai dengan selamat. ]Kalimat itu singkat, padat, dan tepat.Saat Chelsea menerima pesan, dia hanya membalas dengan sangat singkat. [ Oke. ]Kemudian, tidak ada kelanjutan lagi.Namun, Chelsea masih tidak meletakkan ponselnya. Dia menatap layar ponselnya dengan terbengong. Dengan kondisi seperti sekarang, Chelsea merasa mereka bagai sekeluarga saja.Beberapa tahun ini Chelsea sibuk untuk mengejar kariernya. Dia jarang melambatkan langkahnya untuk menikmati hidup. Setelah dipikir-pikir, sepertinya Ferdy selalu ada di setiap momen hidupnya.Kepikiran hal ini, Chelsea tersenyum tidak berdaya. Entah sejak kapan pria itu diam-diam masuk ke dalam hidupnya. Chelsea berusaha untuk menyingkirkan pemikirannya, lalu mengirim pesan kepada Anita, mengajaknya untuk ketemuan di
“Setelah kamu mengajakku untuk ketemuan waktu itu, anggota Milano Group mencariku untuk membahas soal investasi. Katanya, Milano Group sangat percaya dengan prospek Perusahaan Farmasi Norman. Mereka berencana untuk memperbesar skala pabrik Perusahaan Farmasi Norman.”Anita menatap Chelsea. Dia merasa sangat aneh. “Aku kira Pak Ferdy sudah diskusi sama Bu Chelsea ….” Ketika melihat reaksi Chelsea, sepertinya Ferdy mencari Perusahaan Farmasi Norman tanpa sepengetahuan Chelsea.“Bu Chelsea, aku tahu nggak seharusnya aku bertanya soal masalah pribadimu, tapi ….” Anita mencoba untuk bertanya, “Sekarang kalian berdua adalah mitra kerja samaku. Apa boleh aku mengetahui hubungan ….” (kalian berdua?)Dua kata terakhir tidak dilontarkan oleh Anita. Dia hanya mengamati ekspresi Chelsea dengan penuh hati-hati.“Nggak apa-apa. Milano Group bisa menginvestasi Perusahaan Farmasi Norman juga adalah sebuah kabar bagus. Kamu nggak usah terlalu peduli dengan hubunganku dan Pak Ferdy.”Nada bicara Chelsea
Larut malam.Sonia memasuki restoran dengan perlahan. Baru saja dia melepaskan sepatu hak tingginya, lampu di ruang tamu tiba-tiba menyala. Dia spontan merasa syok.“Kenapa kamu pulangnya malam sekali? Ke mana kamu?” Terdengar suara dingin Sandy.Sonia menelan air liurnya berusaha untuk bersikap tenang. “Tadi aku kumpul dengan beberapa klien. Kami mengobrol dengan sangat gembira, jadi lupa waktu.”“Kenapa aku dengar-dengar kalian sudah bubar sekitar jam 21.30?” Kali ini suara Sandy semakin dingin lagi. Kelihatan sekali amarahnya sudah di ujung ambang.Sonia mengerutkan keningnya. Sebenarnya si berengsek mana yang memberi laporan kepada Sandy?“Iya, acaranya memang bubar sekitar jam 21.30. Hanya saja, asistenku si Delon minum kebanyakan karena bantu menghabiskan jatahku. Nggak mungkin aku nggak menghiraukannya, ‘kan?”Sonia melepaskan sandal, lalu berjalan ke hadapan Sandy dengan perlahan. Terlintas senyuman di wajahnya. “Hanya aku saja yang nggak minum alkohol. Jadi, aku antar dia ke r
Di dalam ruang kerja, Sonia telah menghabiskan setengah cangkir kopi. Akhirnya dia mendengar suara buka pintu.Delon berjalan ke depan mejanya dengan takut. Dia menunduk tidak berani menatap Sonia. “Bu Sonia, ada urusan apa kamu mencariku?”Sonia tersenyum padanya. “Sekarang hanya ada kita berdua di ruangan ini. Kamu nggak usah bersikap terlalu sungkan terhadapku. Gimana kalau kamu panggil aku Sonia seperti semalam saja?”Delon merasa sangat syok. “Semalam … kita ….”“Emm, kita sudah tidur bersama.” Sepertinya Sonia sedang membayangkan apa yang terjadi semalam. Dia menjilat ujung bibirnya. “Semalam performamu cukup bagus. Aku merasa sangat puas.”“Aku ….” Saking syoknya, Delon bahkan tidak bisa berdiri dengan tegak lagi. Dia menopang tubuhnya dengan memegang meja. Dia melihat ke sisi Sonia sembari memelas. “Aku … aku benar-benar sudah mabuk semalam. Bu Sonia, kamu bisa menghukumku, tapi aku mohon jangan pecat aku!”“Bukannya aku lagi memujimu? Mana mungkin aku akan menghukummu?”Sonia
“Chelsea, Pak Herbert ingin bertemu sama kamu.” Terdengar suara dingin Daisy dari ujung telepon.Hati Chelsea terasa syok. Suaranya seketika juga menjadi dingin. “Oke, beri tahu aku alamat dan waktunya.”Herbert benar-benar tahu bagaimana cara mengendalikan Chelsea. Dia langsung menyuruh Daisy untuk berhubungan langsung dengan Chelsea. Mana mungkin juga Chelsea bisa menolaknya?Tentu saja Daisy tahu kenapa Chelsea bisa menyetujuinya dengan begitu cepat. Hatinya terasa tidak nyaman. “Aku akan kirimkan kepadamu.”“Emm,” balas Chelsea, lalu bertanya, “Apa Herbert mempersulitmu?”“Nggak, kok. Kamu nggak usah mencemaskanku.” Usai berbicara, Daisy langsung mengakhiri panggilan.Setelah Daisy menurunkan ponselnya, segelas anggur merah muncul di dalam pandangannya.“Apa Bu Chelsea menyetujuinya?” tanya Herbert.“Emm.” Daisy mengambil gelas anggur. Tanpa menatap Herbert sama sekali, dia langsung meneguk alkohol hingga tidak bersisa.Herbert tersenyum tipis. “Ternyata asisten andalan Malcolm mem