Setelah kembali ke lokasi perkemahan, Chelsea bergumam, “Kalau kamu nggak datang tadi, aku pasti sudah menamparnya.”“Emm?” Ferdy tersenyum. “Kalau tadi kamu beri aku isyarat mata, aku pasti akan langsung tampar mereka.”“Sudahlah.” Chelsea melambaikan tangannya. “Kasihan tanganku kesakitan karena tampar dia. Aku lihat kulit wajahnya tebal banget.”Ferdy tersenyum tipis. Wanitanya tetap saja kelihatan imut meski sedang marah.Chelsea menggandeng tangan Timothy, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Apa anak laki-laki itu telah melukaimu?”Timothy menggeleng. Tatapannya spontan tertuju pada diri Ferdy.Tadi Ferdy baru saja merasakan bagaimana rasanya dibela oleh seorang ayah. Dulu ketika Timothy sekolah di luar negeri, dia sering ditindas oleh teman-temannya. Mereka semua mentertawakan Timothy tidak memiliki ayah.Jadi, saat ibunya anak tadi berbicara seperti itu, Timothy juga tidak merasa terluka, sebab dia juga sudah terbiasa. Satu-satunya hal yang membuat Timothy tidak terbiasa adal
“Pak Ferdy, Bu Chelsea.” Irfan mendekat dengan sedikit canggung.Dari kejauhan, Irfan menyadari suasana mereka berdua sangat bagus. Sebenarnya dia tidak ingin mengganggu mereka. Hanya saja, orang tua dari anak tadi menunda waktu sampai sekarang baru berhasil mengumpulkan uang ganti rugi. Sekarang, ayah dari anak itu juga baru berhasil membujuk istrinya untuk minta maaf.Saat ini, si pria menarik tangan anak dan juga istrinya mengikuti langkah Irfan.Ketika melihat Ferdy, si pria langsung menunjukkan senyuman menyanjungnya. “Pak Ferdy, sikap kami tadi memang sudah keterlaluan. Kami juga sudah bayar uang ganti rugi. Sekarang kami datang untuk minta maaf kepadamu. Aku harap Pak Ferdy nggak perhitungan sama kami. Biarkan masalah ini berlalu saja.”Sambil berbicara, si pria membungkuk. Tak lupa, dia juga menekan kepala putranya yang tidak bersedia untuk menunduk itu.Chelsea melirik si wanita sekilas. “Kenapa? Sepertinya kamu nggak merasa bersalah?”“Bukan, bukan.” Si pria segera menarik is
Saat Chelsea membaca berita, hatinya terasa tidak nyaman. Selama ini, demi melindungi Timothy, Chelsea berusaha semampunya untuk tidak mengekspos selembar foto Timothy sama sekali. Sekarang, semua jerih payahnya malah dihancurkan oleh wanita itu!Bukan hanya wajah Timothy saja yang terekspos, Timothy juga diterpa oleh caci maki.Timothy hanyalah seorang anak kecil yang belum genap berusia 6 tahun! Kenapa dia malah mesti menerima cercaan orang-orang!Chelsea menggenggam ponselnya dengan erat. Dia tahu tidak seharusnya dia melepaskan mereka dengan gampangnya!Saat matahari baru terbit, Chelsea sudah mengatur semuanya dengan mengerahkan koneksi anggota Zenith. Setelah itu, seperti biasanya Chelsea duluan bangun untuk mempersiapkan sarapan untuk Timothy.Beberapa saat kemudian, Timothy datang ke sisi meja makan. “Selamat pagi, Mama.”“Selamat pagi, Sayang.”Chelsea meletakkan piring berisi roti tawar dan telur dadar di hadapan Timothy. Ketika melihat dia sudah mengenakan seragam rapi, Che
Ibu dari anak laki-laki itu pun terbengong setelah mendengarnya. “Kenapa nggak perlu sekolah?”“Mana aku ….” Setelah si pria melepaskan sepatunya, dia menyadari “keramaian” di dalam ruang tamu. Dia pun terbengong beberapa saat. “Pak Ferdy, kamu … kenapa kamu bisa ada di sini?”“Sepertinya kamu mesti tanya istri kesayanganmu.” Chelsea berkata dengan perlahan, “Coba tanya apa yang telah dia lakukan semalam?”Si pria menyadari sepertinya masalah sangat serius. Dia segera berjalan ke sisi istrinya. “Apa yang kamu lakukan?”“Aku ….” Belum sempat mendengar penjelasan dari sang istri, ponsel yang diletakkan di dalam saku celana si pria berdering. Dia berjalan ke sisi balkon untuk mengangkatnya. Tak lama kemudian, terdengar suara paniknya. “Kenapa kamu tiba-tiba menghentikanku? Jelas-jelas aku ….”Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon. Si pria semakin terkejut lagi. Disusul, pria itu menurunkan ponselnya, lalu berjalan ke sisi istrinya dengan kesal. Tanpa aba-aba, dia langsung menam
Kedap suara di rumah subsidi ini tidaklah bagus. Dalam seketika, suara tangis histeris si wanita menarik perhatian tetangga-tetangganya.Irfan pergi membubarkan para “penonton”. “Jangan sampai ada yang menyebar masalah hari ini. Kalau nggak, aku akan minta tanggung jawab dari kalian.”Para tetangga tidak tahu apa yang telah terjadi. Hanya saja, begitu mendengar peringatan Irfan, mereka semua juga takut akan menimbulkan masalah. Mereka bergegas pulang ke rumah masing-masing.Setelah semuanya membubarkan diri, Chelsea dan Ferdy meninggalkan tempat bersama. Mereka tidak lagi menghiraukan wanita yang sedang menangis itu.Sementara, pengacara dan Irfan masih tinggal di rumah subsidi itu. Mereka bertugas dalam mengurus prosedur selanjutnya. Si wanita berani menyebar gosip tidak benar di internet. Sudah sepantasnya dia menerima ganjarannya.Begitu keluar rumah, Ferdy pun bertanya, “Bagaimana kondisi Timothy saat ini?”“Dia masih belum tahu masalah di internet. Aku hanya cari alasan biar dia
“Kami ….” Baru saja Chelsea ingin menjelaskan, Kendrian pun tersenyum. “Selamat buat kalian!”Usai berbicara, Kendrian melangkah ke dalam rumah.Chelsea masih terbengong di tempat. Beberapa saat kemudian, dia baru menatap bayangan punggung Kendrian sembari merenungkan sesuatu. Entah kenapa dia merasa seperti sedang ilusi saja.Sepertinya Chelsea dapat mendengar nada kecewa dari suara Kendrian tadi. Chelsea menghela napas ringan, lalu berkata pada Olivia, “Timothy masih nggak tahu masalah ini.”Langkah kaki Olivia yang sedang melangkah ke atas tangga berhenti. Dia menoleh untuk melihat Chelsea. “Kamu nggak beri tahu dia?”“Emm, masalah ini bisa terjadi juga karena ulah orang dewasa. Biarkan orang dewasa saja yang menyelesaikan masalah ini. Dia masih kecil, nggak ada bagusnya dia mengetahui masalah ini.”Apa pun ceritanya, Chelsea ingin mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melindungi keluguan Timothy. Dunia orang dewasa sangat kotor. Chelsea tidak ingin Timothy merasakannya sekarang.C
Sonia bahkan malas untuk duduk lagi, langsung meletakkan selembar cek ke atas meja. “Ambil uang ini, lalu pergi dari hadapannya!”Si wanita mendengus dingin. Dia melihat nominal di atas cek, lalu bertanya, “Aku cuma diberi 2 miliar? Apa Pak Sandy hanya seharga segini di hatimu?”“Nggak ada ruang untuk negosiasi dalam masalah ini! Bagiku, kalian para wanita rendahan itu memang nggak bernilai sama sekali.” Sonia menggebrak meja dengan salah satu tangannya, lalu mencondongkan tubuhnya untuk melihat wanita itu. “Jangan kira karena Sandy masih bersedia membiarkanmu untuk tidur di atas ranjangnya, kamu pun merasa kamu sangat bernilai. Dengan statusnya, dia juga nggak kekurangan wanita sama sekali.”Si wanita bersandar di tempat duduknya, lalu kembali bertanya, “Jadi, kenapa kamu malah ajak aku ketemuan, bahkan memberiku uang?”“Oke, kamu nggak ingin dengar nasihatku, ‘kan? Aku juga nggak perlu jelaskan panjang lebar kepadamu. Lagi pula, cepat atau lambat dia juga bakal bosan sama kamu. Lebi
Di dalam kamar, Sonia sedang membasuh tubuhnya dengan air hangat. Akhirnya dia merasa lebih nyaman. Baru saja dia berbaring di atas ranjang, pintu kamar terbuka. Dia pun terkejut spontan duduk di atas ranjang.Sandy tidak bermaksud untuk memasuki kamar. Dia hanya berdiri di depan pintu, menatap Sonia dari kejauhan. “Aku menerima undangan dari Zenith. Aku akan ke sana bulan depan. Apa kamu ingin menghadirinya?”Sonia merasa kaget. “Kenapa?”“Apanya kenapa?” Sandy kelihatan tidak sabar. “Disuruh bawa pasangan. Aku bisa bawa siapa lagi kalau bukan bawa kamu?”Kening Sonia berkerut. Bukannya Sandy memiliki banyak calon?“Lupakan saja kalau kamu nggak ingin pergi. Aku ….”“Apa benar kamu ingin bawa aku ke sana?” tanya Sonia.Sandy bersandar di dahan pintu. “Dulu, mungkin aku bisa asal bawa wanita lain. Tapi sekarang kita sudah menikah. Aku hanya bisa membawamu untuk menghadiri acara penting.”Setelah mendengar ucapan itu, Sonia pun menyingkirkan kecurigaannya. “Oke, aku akan pergi bersamamu
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me