“Pada malam hari itu, Erma menelepon kakekmu. Kakekmu hanya mengangkat sekali, tapi nada bicaranya sangat nggak sabaran. Dia bilang nggak ada gunanya untuk mencarinya. Erma disuruh untuk mencari dokter.”“Erma mengatakan anaknya sudah nggak bernapas lagi. Dokter nggak bersedia untuk menyelamatkan anaknya. Tapi kakekmu hanya mengatakan ….”Kening Hannah tampak berkerut. Dia mengulangi kembali apa yang didengarnya pada waktu itu. “Anak kita nggak seharusnya dilahirkan. Bagus juga kalau dia meninggal.”Hingga saat ini, Hannah masih mengingat kejadian malam hari itu. Dia merasa dirinya bagai pernah mengalami sebuah mimpi buruk saja.Hujan pada malam hari itu sangat deras. Erma menggendong jasad anaknya duduk di koridor rumah sakit sembari menangis histeris. Meski tidak air mata lagi yang bisa diteteskan lagi, dia masih saja menjerit dengan histeris.Suara Erma dipadukan dengan suara hujan terdengar di dalam koridor terdengar sangat memilukan hati.“Nggak! Nggak mungkin!”Chelsea menggebrak
Di sisi lain, Chelsea sudah berjalan keluar kedai teh. Dia menengadah kepalanya melihat awan di atas langit. Wajahnya dibasahi oleh rintik-rintik hujan. “Nona, apa kamu nggak bawa payung?” tanya seorang pelayan dengan penuh perhatian.Chelsea segera memalingkan kepalanya untuk menatap si pelayan. Pelayan tersenyum, lalu menyerahkan payung kepadanya. “Diambil payungnya. Kamu tamunya Bu Hannah. Nggak mungkin kami membiarkanmu pulang dengan kehujanan.”“Belakangan hari ini cuaca memang agak buruk. Ingat bawa payung sebelum keluar rumah,” pesan pelayan dengan suara lembut.Chelsea mengambil payung sembari menatap pelayan yang berjalan menjauh. Tiba-tiba dia kepikiran dengan kakeknya. Sudah lama Chelsea tidak berziarah ke makamnya. Hanya saja, Chelsea tidak tahu bagaimana menghadapi Albert kali ini. Perasaannya terasa kalut.Setelah pulang ke rumah, Chelsea langsung masuk ke kamar, bahkan tidak menyantap makan malamnya.Semua di rumah juga menyadari ada yang aneh dengan Chelsea. Sepertinya
Ferdy tidak bertanya lagi, melainkan melewati sisi Timothy, berjalan ke lantai atas.“Aku masih belum selesai bicara. Kamu jangan pergi cari ….” Belum sempat Timothy menyelesaikan bicaranya, dia pun menyadari isyarat mata Ardi yang sedang mendorong kursi rodanya. Ardi mendekati Timothy. “Kalau kamu merasa Pak Ferdy telah membuat mamamu kesal, sudah seharusnya dia menyelesaikan masalah itu sendiri.”Timothy mencemberutkan bibirnya. Dia bergumam dengan kesal, “Iya.”Justru karena Timothy mengerti, dia baru mengundang Ferdy ke rumah. Dia tidak tega melihat ibunya mengurung diri di kamar, apalagi tidak makan dan tidak minum.Kepikiran hal ini, Timothy melihat ke lantai atas sembari berpikir, ‘Semoga saja cowok itu bisa membujuk Mama. Kalau nggak, aku nggak bakal lepasin cowok jahat itu!’Di dalam kamar, Chelsea mendengar suara ketuk pintu. Dia mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut, lalu membalas, “Aku nggak pengen makan. Kalian makan saja. Nggak usah panggil aku.”Kemudian, suara ketu
Semingguan ini terus turun hujan.Saat hendak berziarah ke makam Albert, cuaca malah sangat cerah. Ferdy pergi menjemput Chelsea. Dia juga bertemu dengan Timothy yang sedang berdiri di depan pintu sembari menatapnya.Saat Chelsea sedang membereskan barangnya, Timothy sengaja menunjukkan wajah seriusnya, lalu memperingati Ferdy, “Jangan tindas mamaku.”Setelah Ferdy berkunjung ke rumah waktu itu, Chelsea pun keluar kamar untuk makan. Meski sebenarnya Timothy sangat tidak bersedia, dia akui cowok jahat itu memang pintar dalam membujuk ibunya.Ferdy menatap Timothy. Dia merasa bocah ini sangat lucu. Pantas saja orang-orang mengatakan anak lak-laki adalah ksatria ibunya. Timothy memang cocok dengan panggilan itu.Baru saja Timothy hendak bersuara lagi, Chelsea yang mengenakan terusan hitam berjalan keluar. Dia langsung membalikkan tubuhnya berjalan ke dalam rumah.Chelsea berjalan ke hadapan Ferdy. “Tadi Timothy ngomong apa sama kamu?”“Dia berpesan untuk lindungi kamu.” Ferdy memiringkan
“Anak itu baru si Malcolm?” tanya Ferdy kembali.“Emm.” Chelsea mengangguk. “Malcolm yang asli seharusnya sudah meninggal. Malcolm yang sekarang ….” Mungkin dia adalah pengganti yang dianggap Erma.Kepikiran hal ini, kening Chelsea tampak berkerut. “Menurutmu, Malcolm tahu masalah ini nggak?”“Kita mesti cari tahu sendiri.” Ferdy menatap makam Albert dengan tatapan rumit. “Seandainya Malcolm nggak tahu, mungkin kenyataan ini akan menghancurkannya.”Seorang anak yang dibesarkan dengan kebencian, tiba-tiba mengetahui bahwa semua kebencian itu tidaklah nyata. Dia hanyalah diperalat saja. Siapa pun yang mengetahui kenyataan ini pasti akan merasa bagai december geledek.Apalagi Malcolm adalah seorang lelaki yang memiliki harga diri sangat tinggi. Bisa jadi dia akan melakukan hal yang ekstrem.Pemikiran Chelsea sama dengan Ferdy. Mereka memutuskan jika kondisi tidak mendesak, mereka tidak berencana untuk memberi tahu identitas asli Malcolm kepadanya.Siapa pun tidak tahu akibat dari membangk
Beberapa hari ini cuaca semakin cerah. Suhu udara juga mulai kembali tinggi.Chelsea sudah beristirahat beberapa hari di rumah. Hari ini dia kembali beraktivitas. Baru saja memasuki ruang kerja, Bella pun langsung memasuki ruangannya.“Bu Chelsea, ada kabar baru lagi dari Niady Jewelry.” Bella menyerahkan iPad ke hadapan Chelsea. Setengah jam lalu, akun resmi Niady Jewelry mengunggah kabar kerja sama mereka dengan Hannah. Para konsumen sungguh menantikan model perhiasan tema kuno hasil kolaborasi mereka.Kening Chelsea tampak berkerut. Waktu itu saat di pameran lukisan, Sonia ingin bertemu dengan Hannah demi masalah ini?“Kebetulan sekali, ‘kan? Tema produk baru kita pada musim kali ini juga adalah tema kuno. Sekarang Sonia mengumumkan berita ini, bukannya sama saja dia ingin merebut pasar kita?”Bella merasa tidak puas. Sebelumnya Niady Jewelry mempromosikan mereknya dengan menjual perhiasan berkualitas tinggi dengan harga murah. Perilaku Niady Jewelry telah merusak banyak bisnis perh
Tak lama kemudian, pelayan datang dengan mengantar 1 set peralatan makan ke dalam ruangan. Pelayan dapat merasakan suasana aneh di dalam ruangan. Selesai mengantar, dia segera meninggalkan tempat.Nada bicara Sonia terdengar ketus. “Tak disangka Bu Chelsea akan nggak tahu malu seperti ini demi berebut pekerjaan.”Chelsea tersenyum tipis. “Kalau soal nggak tahu malu, mana mungkin aku bisa mengalahkan Bu Sonia? Semua orang yang tahu diri pasti nggak akan menjebak Bu Hannah.”Raut Sonia seketika berubah. “Kenapa kamu malah sembarangan bicara?”“Aku hanya mengatakan kenyataan saja.” Salah satu tangan Chelsea diletakkan di atas meja. Dia bersandar di bangkunya menunjukkan sikap malas, tetapi masih kelihatan sangat berwibawa.Chelsea menatap Sonia dengan, lalu berkata, “Menurutmu, apa Bu Hannah tahu sekarang semua orang sudah tahu kabar kerja sama kalian di internet?”Saat mendengar ucapan itu, Hannah merasa kaget. “Apa?”“Ternyata Bu Hannah benar-benar nggak tahu, ya ….” Chelsea melengkungk
Respons Chelsea sangat cepat. Dia langsung meraih pergelangan tangan Sonia, lalu memutarnya.Sonia seketika merasa pergelangan tangannya dislokasi. Dia merintih kesakitan. “Chelsea! Lepaskan aku!”Ujung bibir delima Chelsea melengkung ke atas. “Lepaskan kamu buat pukul aku? Kamu kira aku bodoh?” Usai berbicara, Chelsea semakin kejam lagi, mempererat tenaga di tangannya.Seiring dengan bunyi “kretek”, suara jerit histeris Sonia terdengar di dalam ruangan VIP!Kali ini, Chelsea baru melepaskannya. Dia menatap Sonia yang jatuh duduk di atas lantai dengan tersenyum tipis.“Sonia, anggap saja ini pelajaran buat kamu. Lebih baik kamu berbisnis dengan jujur. Jangan selalu berpikir cara untuk melawan Soraya Jewelry. Dengan kemampuanmu, aku benar-benar nggak menganggapmu sebagai rival bisnisku.”Selesai berbicara, Chelsea membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi. Suara sepatu hak tinggi yang terdengar bagai sedang menginjak-injak harga diri Sonia saja.Sonia menatap bayangan punggung Chelsea d