Chelsea menoleh untuk menatap Sonia. Keningnya sedikit berkerut. Kenapa bisa bertemu dia di sini?Sonia dapat menebak pemikiran Chelsea. Ujung bibirnya melengkung ke atas. Dia berkata dengan nada bangga, “Ini pameran lukisan Hannah. Kamu saja boleh ke sini, kenapa aku nggak boleh? Kebetulan kurang 1 lukisan di rumah baruku dengan Sandy. Coba bantu aku untuk melihatnya.”Saat mendengar ucapan itu, orang yang tidak tahu apa-apa mengira kehidupan Sonia sangat bahagia. Chelsea malah sangat jelas. Dia merasa Sonia sangat polos dan juga malang.Chelsea mengangkat-angkat alisnya. “Oh? Kenapa Pak Sandy nggak datang bersamamu? Memangnya cuma kamu saja yang tinggal di rumah baru itu? Kenapa dia malah nggak perhatian?”Sonia terdiam sejenak. Rautnya kelihatan muram. “Namanya dia dengar semua ucapanku. Yang penting aku suka.”“Oh, ya?” Chelsea tersenyum.Amarah di hati Sonia seketika meluap. Saat dia hendak bersuara, tampak seorang staf menarik Chelsea. Staf itu berbisik di telinga Chelsea, “Bu C
Saat Chelsea hendak bertanya lebih lanjut, tiba-tiba ada suara ketuk pintu dari luar sana.Hannah tersadar dari bengongnya. Dia hampir saja menjatuhkan cangkir teh di samping tangannya. Percikan teh itu mengenai punggung tangannya. Tangannya sedikit gemetar lantaran merasa kepanasan.Hannah spontan menarik tisu untuk mengusap tangannya. Dia menatap Chelsea, lalu segera menjelaskan, “Bu Chelsea, mungkin kamu salah cari orang. Anaknya Erma telah meninggal tak lama setelah dia dilahirkan karena demam tinggi.”“Aku yang menemaninya untuk mengantar anaknya ke rumah sakit. Anaknya malah sudah kehilangan napasnya sebelum diobati. Erma nggak bisa menerima kenyataan ini. Dia membiarkan jasad anaknya menemaninya hingga membusuk, baru aku menemaninya untuk mengkremasi anaknya. Kamu pasti salah cari orang.” Hannah merasa sangat yakin.Suara ketuk pintu masih terdengar. Chelsea menatap Hannah dalam beberapa saat. Dia juga tidak tahu harus berkata apa lagi.Ini adalah pertama kalinya Chelsea bertemu
Sonia tidak memiliki suasana hati untuk menjalin hubungan dengan Hannah lagi. Dia segera meninggalkan pameran.Saat perjalanan pulang, tiba-tiba muncul sebuah pemikiran di benak Sonia. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sandy.Baru saja panggilan diangkat, suara Sandy bagai telah membangunkan Sonia dari mimpinya saja. Aura dingin seketika menyerang. Dia spontan mematikan panggilannya.Sekujur tubuh Sonia gemetar. Tangan yang memegang setir dilepaskan. Tiba-tiba mobil menyimpang. Mobil di belakang tidak sempat menghindar, langsung menabrak mobil Sonia.Pada saat ini, Sonia segera menginjak pedal rem. Tubuhnya seketika menghantam setir mobil. Dia masih merasa linglung.Pengemudi dari mobil belakang menuruni mobil, lalu mengetuk jendela mobil. “Gimana cara kamu nyetir mobil? Kalau kamu ingin belok, kenapa kamu nggak nyalain lampu sen? Kamu ….”Seiring dengan jendela mobil diturunkan, Sonia menatap pengemudi mobil dengan raut datar. “Apa 6 juta cukup? Berikan nomor rekeningmu, bi
Malam harinya, Chelsea duduk bersila di atas ranjang sembari terbengong menatap kartu nama di depannya. Ucapan Hannah di siang hari tadi tak berhenti mengitari benak Chelsea. Pemikiran yang awalnya jernih malah dikacaukan oleh Hannah. Saat Chelsea merasa sakit kepala, tiba-tiba ponsel yang diletakkan di samping berdering. Dia pun tersadar dari lamunannya.Ketika melihat nama Ferdy di atas layar ponsel, Chelsea menghela napas lega. Dia mengangkat ponselnya sembari bersandar di kepala ranjang.“Ada urusan apa mencariku?” Saat ini, Chelsea bagai sebuah bola yang mengempis saja. Suaranya terdengar lemas.“Emm?” Ferdy bertanya, “Ada masalah apa?”“Tadi aku pergi menemui teman lama Erma. Dia beri tahu aku, putranya Erma sudah meninggal sejak dulu.” Chelsea menekan keningnya. “Aku sudah menyelidiki masalah ini dalam waktu lama. Pada akhirnya, aku malah diberi tahu bahwa aku salah sasaran. Semua kerja kerasku selama ini sia-sia, dong.”Ferdy terdiam sesaat, lalu membalas, “Mungkin kamu nggak
Berdasarkan alamat yang diberikan Hannah, Chelsea menemukan sebuah kedai teh yang tersembunyi di dalam gang. Dia membuka tirai pintu, lalu mengendus aroma wangi teh di dalamnya. Sekarang sedang musim hujan, aroma wangi itu membuat suasana hati terasa sangat nyaman.Di bawah arahan pelayan, Chelsea dibawa ke luar ruangan VIP yang direservasi Hannah. Pelayan meninggalkan tempat. Chelsea mengetuk pintu, lalu memasuki ruangan.Saat ini, Hannah baru saja selesai menuang teh. Dia mengangkat kepalanya menatap ke sisi Chelsea. “Kamu datang tepat pada waktunya. Aku kira kamu akan terlambat karena hujan.”“Aku berangkatnya agak cepat. Sebagai seorang junior, mana mungkin aku enak hati membiarkan seorang senior menunggu lama?”Chelsea duduk di hadapan Hannah, lalu mengambil cangkir teh dengan kedua tangannya. Setelah itu, dia berterima kasih dengan suara lembut.“Kamu nggak usah merasa kaku.” Hannah tersenyum. “Dipikir-pikir, dulu aku itu karyawannya Soraya Jewelry. Sementara, kamu itu cucunya bo
“Pada malam hari itu, Erma menelepon kakekmu. Kakekmu hanya mengangkat sekali, tapi nada bicaranya sangat nggak sabaran. Dia bilang nggak ada gunanya untuk mencarinya. Erma disuruh untuk mencari dokter.”“Erma mengatakan anaknya sudah nggak bernapas lagi. Dokter nggak bersedia untuk menyelamatkan anaknya. Tapi kakekmu hanya mengatakan ….”Kening Hannah tampak berkerut. Dia mengulangi kembali apa yang didengarnya pada waktu itu. “Anak kita nggak seharusnya dilahirkan. Bagus juga kalau dia meninggal.”Hingga saat ini, Hannah masih mengingat kejadian malam hari itu. Dia merasa dirinya bagai pernah mengalami sebuah mimpi buruk saja.Hujan pada malam hari itu sangat deras. Erma menggendong jasad anaknya duduk di koridor rumah sakit sembari menangis histeris. Meski tidak air mata lagi yang bisa diteteskan lagi, dia masih saja menjerit dengan histeris.Suara Erma dipadukan dengan suara hujan terdengar di dalam koridor terdengar sangat memilukan hati.“Nggak! Nggak mungkin!”Chelsea menggebrak
Di sisi lain, Chelsea sudah berjalan keluar kedai teh. Dia menengadah kepalanya melihat awan di atas langit. Wajahnya dibasahi oleh rintik-rintik hujan. “Nona, apa kamu nggak bawa payung?” tanya seorang pelayan dengan penuh perhatian.Chelsea segera memalingkan kepalanya untuk menatap si pelayan. Pelayan tersenyum, lalu menyerahkan payung kepadanya. “Diambil payungnya. Kamu tamunya Bu Hannah. Nggak mungkin kami membiarkanmu pulang dengan kehujanan.”“Belakangan hari ini cuaca memang agak buruk. Ingat bawa payung sebelum keluar rumah,” pesan pelayan dengan suara lembut.Chelsea mengambil payung sembari menatap pelayan yang berjalan menjauh. Tiba-tiba dia kepikiran dengan kakeknya. Sudah lama Chelsea tidak berziarah ke makamnya. Hanya saja, Chelsea tidak tahu bagaimana menghadapi Albert kali ini. Perasaannya terasa kalut.Setelah pulang ke rumah, Chelsea langsung masuk ke kamar, bahkan tidak menyantap makan malamnya.Semua di rumah juga menyadari ada yang aneh dengan Chelsea. Sepertinya
Ferdy tidak bertanya lagi, melainkan melewati sisi Timothy, berjalan ke lantai atas.“Aku masih belum selesai bicara. Kamu jangan pergi cari ….” Belum sempat Timothy menyelesaikan bicaranya, dia pun menyadari isyarat mata Ardi yang sedang mendorong kursi rodanya. Ardi mendekati Timothy. “Kalau kamu merasa Pak Ferdy telah membuat mamamu kesal, sudah seharusnya dia menyelesaikan masalah itu sendiri.”Timothy mencemberutkan bibirnya. Dia bergumam dengan kesal, “Iya.”Justru karena Timothy mengerti, dia baru mengundang Ferdy ke rumah. Dia tidak tega melihat ibunya mengurung diri di kamar, apalagi tidak makan dan tidak minum.Kepikiran hal ini, Timothy melihat ke lantai atas sembari berpikir, ‘Semoga saja cowok itu bisa membujuk Mama. Kalau nggak, aku nggak bakal lepasin cowok jahat itu!’Di dalam kamar, Chelsea mendengar suara ketuk pintu. Dia mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut, lalu membalas, “Aku nggak pengen makan. Kalian makan saja. Nggak usah panggil aku.”Kemudian, suara ketu
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me