Chelsea belum sempat bereaksi, tetapi lampu sorot di atas panggung sudah berfokus pada mereka.Ferdy menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan lantang, "Sebenarnya aku datang ke sini untuk mengumumkan dua hal penting. Pertama, aku sudah batalkan pernikahan dengan Diana."Sebelum Ferdy selesai berbicara, suasana di lokasi langsung riuh. Chelsea sendiri juga terkejut. Apa yang sedang dilakukan oleh Ferdy?Pria itu menatap mata terbelalak Chelsea dengan serius, lalu melanjutkan, "Kedua, aku ingin mengungkapkan niatku untuk mengejar Chelsea kembali. Aku ingin rujuk dengannya."Ucapan ini seperti bom yang meledak di dalam ruangan.Chelsea sontak kebingungan. Dia memarahi, "Ferdy, kamu gila?"Suasana hati Ferdy entah kenapa malah sangat baik. Selama ini, dia ditahan di rumah kakeknya. Setiap hari, dia terus-menerus memperkuat tekadnya. Kini setelah mengungkapkan semua hal di depan umum, beban di hatinya pun terangkat.Chelsea sangat kesal melihat tatapan gembira pria itu. Dia mendorong Ferdy
Keesokan paginya, Chelsea terbangun oleh suara bel pintu. Tak lama kemudian, Melvin melaporkan dari luar pintu, "Kak Chelsea, Kak Kendrian datang."Chelsea merasa agak frustrasi. Kendrian pasti sudah melihat trending topic semalam. Dia meminta Melvin untuk menyambut Kendrian, sementara dirinya turun dari ranjang untuk bersiap-siap.Begitu Chelsea turun tangga, Kendrian yang tidak bisa duduk diam terlihat berdiri di tengah ruang tamu. Dia telah membaca trending topic semalam dengan teliti. Foto Ferdy yang memeluk Chelsea membuatnya sangat terganggu. Ini pertama kalinya dia merasakan kegelisahan yang amat kuat hingga tidak bisa tidur sepanjang malam.Itu sebabnya, Kendrian langsung datang ke rumah Chelsea begitu pagi tiba. Dia sangat penasaran dengan pendapat Chelsea mengenai rencana Ferdy untuk rujuk.Namun ketika Chelsea turun tangga, Kendrian tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang ingin disampaikannya. Begitu Chelsea mendekat, dia akhirnya memaksakan diri untuk bertanya, "Apa kamu tid
"Kakek, aku setuju untuk batal nikah," ucap Diana.Mendengar itu, Antoni menatapnya dengan tidak percaya. Dia bertanya, "Kamu ... kamu bilang apa? Diana, apa kamu nggak salah?"Diana menahan rasa sakit hatinya. Dia menggeleng seraya berucap, "Aku serius. Karena Ferdy begitu nggak bersedia, kenapa aku harus memaksanya? Kakek, masalah perasaan nggak bisa dipaksa.""Bu ... bukan seperti itu. Kamu ...," ucap Antoni yang kebingungan. Dia jelas tidak bisa memahami maksud Diana. Selama ini, keinginan terbesar Diana adalah menikah dengan Ferdy. Dia bahkan sudah berkorban begitu banyak. Kenapa sekarang Diana bisa mengatakan bahwa dia ingin merelakan segalanya?Kini, hati Diana seperti teriris-iris, tetapi dia masih berusaha tersenyum. Wanita itu berucap, "Kakek, bukankah menyukai seseorang berarti kita berharap orang itu bisa bahagia?"Antoni tiba-tiba teringat dengan sesuatu. Dia segera bertanya dengan serius, "Apa bajingan itu mengancammu?""Nggak, ini keputusanku sendiri," jawab Diana. Dia m
Sejak menjelaskan waktu itu, Antoni tidak pernah mencari Ferdy lagi. Bahkan tidak ada satu pun anggota Keluarga Milano yang berani mengungkit masalah itu lagi, lantaran khawatir akan memancing emosi Antoni.Berbeda dengan Ferdy, dia malah kelihatan bagai tidak terjadi apa-apa saja. Dia melewati hari-harinya seperti biasa.Selama beberapa waktu ini, Ferdy hanya pernah menerima pesan dari Lindsey saja. Dia mendukung Ferdy untuk mengejar cinta sejatinya. Namun, tidak ada yang mengetahui bahwa Chelsea sudah memasukkan kontak Ferdy ke daftar hitam. Ferdy juga ingin memberi sedikit waktu untuk dirinya, baru pergi mencari Chelsea lagi.Siapa sangka, Timothy malah datang mencari Ferdy. Untung saja Irfan mengenali Timothy. Ketika resepsionis menelepon mengatakan ada seorang anak kecil ingin bertemu dengan Ferdy, respons pertama Irfan adalah putra kandung Ferdy telah datang.Irfan juga tidak berani mengulur waktu. Baru saja pintu ruang rapat dibuka, tercium aroma perseteruan sengit di dalamnya.
Sandy tidak merasa takut sama sekali. Dia membalas dengan nada ketus, “Karena sebentar lagi aku akan mendapatkan saham!”Lantaran Ferdy tidak menghormatinya di saat rapat tadi, Sandy merasa dirinya juga tidak perlu bersikap sungkan lagi!Sandy melangkah ke sisi Ferdy, lalu menunjukkan senyuman sinis. “Menurutmu, kalau Kakek tahu kamu membagikan 15% saham di tanganmu kepada Zenith, apa Kakek bakal marah?”Kening Ferdy seketika berkerut. Dia langsung mencengkeram kerah pakaian Sandy. “Siapa yang beri tahu kamu?”“Menurutmu?” Sandy pun tersenyum. Dia sungguh gembira ketika melihat Ferdy yang emosi itu. “Ferdy, kamu sendiri yang menyerahkan saham kepada orang lain, sudah seharusnya kamu mempersiapkan mentalmu untuk menanggung akibat dari perbuatanmu. Sekarang saham sudah nggak di tanganmu lagi. Kamu juga nggak bisa ikut campur saham itu akan jatuh ke tangan siapa.”Sandy mengangkat tangannya menepuk-nepuk lengan Ferdy. “Kalau kamu marah, kamu hanya akan kelihatan semakin bodoh dan nggak be
“Aku baca di internet, kamu ingin menikah kembali dengan mamaku.” Bola mata bulat Timothy menatap ke sisi Ferdy. Dia berkata dengan tegas, “Aku nggak setuju.”Kening Ferdy tampak berkerut. “Kamu masih kecil. Apa kamu berhak untuk menolak?”“Mamaku nggak akan menikah lagi sama kamu. Kamu itu orang jahat. Aku nggak suka sama kamu. Mama juga nggak suka sama kamu.” Suara Timothy terdengar sangat nyaring.Kali ini, raut wajah Ferdy semakin muram lagi. “Jadi, siapa orang baik di matamu? Kendrian?”“Iya!” balas Timothy dengan langsung. Dia kelihatan sangat tegas.Irfan langsung maju untuk melindungi Timothy. Kemudian, dia menatap Ferdy dengan ekspresi serbasalah. “Pak Ferdy, kamu nggak usah masukin ucapan anak kecil ini ke dalam hati.”Anak kecil ini adalah kesayangan Chelsea. Seandainya Ferdy emosi hingga turun tangan terhadap anak ini, bukannya masalah akan semakin parah lagi?Ferdy menyadari Irfan sedang mengisyratkannya untuk menenangkan diri. Dia segera memejamkan matanya, lalu menarik n
Saat Ferdy menerima panggilan dari Chelsea di larut malam, dia pun merasa gembira. Ferdy mengangkat panggilan. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. “Ada masalah apa?”Chelsea berterus terang. “Apa otakmu bermasalah? Kenapa kamu memberikan sahammu kepada Zenith?”Ferdy terbengong sejenak. Sepertinya bocah cilik itu sama sekali tidak mengindahkan kata-katanya di siang hari tadi.Lantaran tidak mendapat balasan, Chelsea lanjut bertanya, “Apa kamu pernah ketemu dengan Malcolm?”Selesai makan malam, Chelsea terus memikirkan masalah ini. Satu-satunya penjelasan Ferdy melakukan keputusan bodoh ini adalah dia telah melakukan transaksi dengan Malcolm.“Ferdy, jangan sok pintar, oke? Apa perlu kamu ikut campur dalam masalahku? Jangan kira dengan kamu mengeluarkan 15% sahammu, aku bakal berterima kasih kepadamu.” Chelsea sungguh merasa gusar. “Apa kamu nggak tahu kamu sudah jatuh ke dalam perangkap Malcolm?”“Aku tahu,” balas Ferdy dengan perlahan, “Tapi kalau aku diberi 1 kesempatan lagi,
“Aku hanya ingin ngobrol saja. Kenapa Bu Chelsea malah jaga jarak sama aku?”Sandy berjalan mendekatinya, lalu berkata dengan tersenyum, “Dengar-dengar Ferdy ingin nikah lagi sama kamu? Aku sungguh penasaran dengan pemikiranmu.”“Sepertinya pemikiranku nggak ada hubungannya sama Pak Sandy?” Sikap Chelsea memang dingin, tetapi dia tidak membuat Sandy menghentikan aksinya. Dia berjalan ke hadapan Chelsea, lalu menunduk untuk menatap wajah indah si wanita.Seketika tatapan Sandy menjadi muram. “Bu Chelsea, sebelumnya aku sudah pernah ngomong sama kamu. Kita bisa menjadi partner kerja sama yang sangat baik. Sampai saat ini, aku masih belum mengubah pikiranku. Aku terus menunggu Bu Chelsea. Kamu mesti percaya kalau aku sangat memprioritaskanmu. Aku sungguh nggak rela kamu melangkah ke jalan yang salah.”Sandy mengangkat tangannya hendak mengibaskan rambut panjang Chelsea ke belakang. Namun, tangannya tidak berhasil menyentuh apa pun.Chelsea melangkah mundur, lalu tertawa. “Jalanku salah a
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me