"Mas, kamu udah cukup tenang?" tanya Zahra pelan. "Emm, sudah jauh lebih baik, terima kasih ya," ucap Dika mengulas senyum. "Sama-sama Mas, kamu bisa cerita sama aku apa yang membuat kamu seperti ini, karena selama aku kenal kamu, aku nggak pernah liat kamu kayak gini," sambung Zahra menatap sayu, tangannya ia letakkan di punggung tangan Dika saat itu, hingga membuat pandangan Dika pun tertuju ke arahnya. "Maaf, kamu merasa terganggu, aku akan melepaskannya." sambung Zahra mengulas senyum lalu mengangkat telapak tangannya. Dika terdiam, entah mengapa perlakuan Zahra begitu membuatnya tersentuh, ada rasa teduh dan tiba-tiba teringat dengan kisah mereka yang dulu. Zahra semakin membuat Dika terpana ketika tiba-tiba ia bersikap begitu manis, bahkan Zahra nampak sengaja mengingatkan kembali betapa serius nya dulu hubungan keduanya tanpa ia sadar jika sebenarnya ia sendiri yang telah mengkhianati. "Mas, maafin aku ya, karena aku udah nyia-nyiain kamu. Tapi perlu kamu tahu Mas, aku nye
Roy mulai menggerayangi tubuh sontal Zahra yang begitu terlihat menggoda malam ini, aroma tubuhnya yang wangi membuat Roy tergoda, ia benar-benar menginginkan wanita itu jadi miliknya malam ini, sementara Zahra sendiri terlihat tidak senang ketika Roy menatap dirinya dengan penuh nafsu. "Roy, apa-apaan si ini, lo jangan macem-macem ya sama gue," marah Zahra mendorong dada bidang pria itu. "Zahra, jangan pura-pura, lo sebenarnya juga menginginkan hal ini, kan? Ayo lah kita nikmati malam ini," ucap Roy penuh nafsu. "Roy, jangan asal bicara ya lo, gue masih punya harga diri, gue bukan wanita murahan seperti yang lo kira," cetus Zahra kesal. "Zahra, semakin lo menolak semakin gue menginginkan lo, ayo lah... Nggak akan ada yang tahu, di apartemen ini cuma ada gue dan lo." bisik Roy yang sudah tidak bisa menahan diri. Namun Zahra masih waras, tidak mungkin ia melakukan hal itu pada pria yang bukan suaminya, apalagi niatnya saat ini adalah ingin menggeser Tasya dari kehidupan Dika, tent
Bukannya turun, Cahyo justru menatap wajah Zahra dengan tatapan lekat, membuat Zahra semakin merasa risih. Karena tak kunjung turun, Zahra akhirnya memutuskan untuk keluar lagi dan membuka pintu bagian samping, tangan Zahra dengan cepat menarik pergelangan Cahyo supaya pria itu keluar. "Ayo Mas, keluar! Kamu nggak denger ya, apa yang aku suruh," marah Zahra terus menarik pergelangan tangan itu. Cahyo menyeringai senyum, tubuh Zahra yang kurus tentu saja kesulitan untuk membuat Cahyo benar-benar keluar dari sana, pria itu justru menarik kembali tangan Zahra hingga membuat tubuh Zahra jatuh dalam dekapannya, Zahra terkejut, kedua matanya mendelik ketika bibirnya hampir menyentuh bibir Cahyo. Bau aroma alkohol begitu menyengat, dan Zahra sangat membenci hal itu. Sejak Cahyo menjadi suaminya, Zahra sangat tidak suka dengan perlakuan kasar Cahyo. "Mas, lepaskan!" pinta Zahra berusaha melepaskan diri. "Tidak Zahra, aku tidak akan melepaskan kamu, kecuali kalau kamu mau mengantarkan aku
Ting... Tong... Suara bel berbunyi, Zahra yang sejak tadi menunggu balasan dari Dika itu akhirnya berdiri untuk membuka pintu, dan berapa terkejutnya wanita itu saat mengetahui bahwa yang datang bertamu adalah Dika. "Mas Dika, kamu datang ke sini," tatapan Zahra seorang tidak percaya. "Iya, bukannya kamu tadi bilang mau makan nasi goreng? Ini aku belikan," ucap Dika mengangkat sebungkus nasi kotak di tangannya. "Ya ampun, jadi kamu beneran beliin buat aku Mas, makasih banget ya Mas, aku dari tadi menunggu balasan dari kamu, tapi kamu nggak kasih aku balasan, rupanya kamu beneran datang ke sini." jawab Zahra tersenyum bahagia.Dika mengulas senyum, lalu segera di ajak masuk oleh Zahra, wanita itu pergi menuju dapur untuk menyalin nasi kotak itu ke sebuah piring, lalu ia kembali lagi dan duduk di samping Dika. Pria itu nampak kikuk ketika berada di ruangan yang sama dengan wanita yang pernah memenuhi hatinya itu, sementara Zahra sendiri justru menampakkan keberaniannya untuk mendek
"Tentu saja, mari kita lanjut lagi makannya," sahut Dika mengulas senyum. "Terima kasih banyak Mas. Oh ya, kalau boleh tahu kamu punya janji mau pergi ya sama Tasya?" tanya Zahra di detik selanjutnya. "Iya, aku ada janji mau ke rumah mama papa, mungkin mereka kangen sama Sauqi," seru Dika membenarkan. "Emmm, enak banget ya sekarang hidup kamu Mas, kamu sudah memiliki istri dan anak, sementara aku, aku harus gagal membina rumah tangga." lirih Zahra terlihat sangat sedih, ia memasang wajah memelas hingga menimbulkan rasa iba pada Dika. Dika mengulas senyum dan menepuk pundak Zahra, mendoakan agar wanita itu cepat mendapatkan pengganti dan bisa membina rumah tangga lagi dengan wanita yang tepat. Sementara Zahra sendiri hanya mengulas senyuman datar. Di tempat lain, Tasya sudah tiba di depan rumah kedua mertuanya, rumah yang sudah sangat lama sekali tidak ia kunjungi selama memiliki putra. Kedatangan Tasya itu disambut bahagia oleh Riri dan Arkana yang sudah menunggu sejak tadi. Sen
"Apa yang kau ingin kan?" tanya Dika menatap sayu ke arah Tasya. "A-aku sebenarnya haus, dan pengen minum," lirih nya memberi tahu. "Bukan masalah besar, aku akan ambilkan minum untuk kamu." jawab Dika mengulas senyum. Pria itu akhirnya bangkit untuk mengambilkan segelas air minum seperti yang diinginkan oleh Tasya, dan tak lama kemudian Dika pun kembali dengan membawa sesuatu yang diinginkan oleh Tasya. "Ini, minum lah," lirih nya seraya menyodorkan gelas itu padanya. "Makasih ya Mas," ucap Tasya tersenyum tipis. "Ya, sama-sama, apa kamu mau makan juga?" tawar Dika dengan suara lemah lembut. "Nggak Mas, aku masih kenyang." tolak wanita itu. Beberapa saat kemudian mereka terdiam cukup lama, Dika tidak berani menyapa lebih dalam, begitu juga dengan Tasya yang merasa sungkan, lantaran beberapa pekan terakhir memang komunikasi mereka sedang tidak baik. Tatapan Tasya yang begitu dingin itu entah mengapa tiba-tiba membuat Dika merasa rindu, bahkan saat ini ia sedang menatap liar ke
"Ih Papa, kepo aja," Mama Riri mengulas senyum menatap suaminya. "Yah, main rahasia-rahasiaan gitu. Oh ya, kapan nih makan malam di mulai, udah laper tahu," Papa Arkana terlihat mengelus perutnya yang buncit. "Iya, sebentar lagi kita mulai kok, tenang aja." jawab mama Riri dengan tenang, lantaran semua menu makanan sudah siap disajikan. Di kamar Tasya dan Dika justru masih dalam keadaan tegang, lantaran apa yang baru saja ingin mereka lakukan rupanya kepergok oleh sang mama, meskipun sebenarnya sudah menjadi hak milik, tetapi entah mengapa keduanya merasa begitu canggung. Klunting__Sebuah pesan masuk di ponsel Dika dan Tasya secara bersamaan, dan hal itu menyadarkan keduanya yang masih dalam keadaan yang sama. Dika pun meraih ponselnya, begitu juga dengan Tasya, yang fokus dengan pesan yang baru saja ia baca. [Malam Tasya, bagaimana kabarmu hari ini bersama Sauqi, apa cukup melelahkan? Apa kamu sudah istirahat dan makan?] Pesan yang dibaca Tasya sempat membuatnya mengukir senyum
Bruk! Saat Zahra sedang asik menikmati jalan-jalan seorang diri di sebuah mall, tiba-tiba ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria yang memakai jaket berwarna hitam, wanita itu berusaha mengambil cemilan yang baru saja ia beli, dan saat ia berusaha berdiri dengan tegap, ia menyadari pria yang sempat ia tabrak itu adalah Roy. Ingatan Zahra pun langsung tertuju pada malam panas yang pernah Roy lakukan padanya, dan ia mulai tidak memiliki respek lagi pada teman yang selama ini ia ajak kerja sama itu. Tanpa mengucapkan kalimat apapun, Zahra pun berniat untuk pergi dan meninggalkan tempat itu, namun dengan cepat Roy menangkap pergelangan tangan Zahra hingga membuat wanita itu terhenti. "Lepas!" wanita itu dengan kasar menepis tangan yang Roy. "Zahra, lo kenapa si judes banget kayak gini? Oh ya, ngomong-ngomong kita udah lama lo nggak ketemu, mumpung ada di sini, kita makan bareng yuk," ajak Roy seolah merasa tidak ada masalah apa-apa. "Sorry, gue nggak tertarik buat makan bareng