"Ih Papa, kepo aja," Mama Riri mengulas senyum menatap suaminya. "Yah, main rahasia-rahasiaan gitu. Oh ya, kapan nih makan malam di mulai, udah laper tahu," Papa Arkana terlihat mengelus perutnya yang buncit. "Iya, sebentar lagi kita mulai kok, tenang aja." jawab mama Riri dengan tenang, lantaran semua menu makanan sudah siap disajikan. Di kamar Tasya dan Dika justru masih dalam keadaan tegang, lantaran apa yang baru saja ingin mereka lakukan rupanya kepergok oleh sang mama, meskipun sebenarnya sudah menjadi hak milik, tetapi entah mengapa keduanya merasa begitu canggung. Klunting__Sebuah pesan masuk di ponsel Dika dan Tasya secara bersamaan, dan hal itu menyadarkan keduanya yang masih dalam keadaan yang sama. Dika pun meraih ponselnya, begitu juga dengan Tasya, yang fokus dengan pesan yang baru saja ia baca. [Malam Tasya, bagaimana kabarmu hari ini bersama Sauqi, apa cukup melelahkan? Apa kamu sudah istirahat dan makan?] Pesan yang dibaca Tasya sempat membuatnya mengukir senyum
Bruk! Saat Zahra sedang asik menikmati jalan-jalan seorang diri di sebuah mall, tiba-tiba ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria yang memakai jaket berwarna hitam, wanita itu berusaha mengambil cemilan yang baru saja ia beli, dan saat ia berusaha berdiri dengan tegap, ia menyadari pria yang sempat ia tabrak itu adalah Roy. Ingatan Zahra pun langsung tertuju pada malam panas yang pernah Roy lakukan padanya, dan ia mulai tidak memiliki respek lagi pada teman yang selama ini ia ajak kerja sama itu. Tanpa mengucapkan kalimat apapun, Zahra pun berniat untuk pergi dan meninggalkan tempat itu, namun dengan cepat Roy menangkap pergelangan tangan Zahra hingga membuat wanita itu terhenti. "Lepas!" wanita itu dengan kasar menepis tangan yang Roy. "Zahra, lo kenapa si judes banget kayak gini? Oh ya, ngomong-ngomong kita udah lama lo nggak ketemu, mumpung ada di sini, kita makan bareng yuk," ajak Roy seolah merasa tidak ada masalah apa-apa. "Sorry, gue nggak tertarik buat makan bareng
"Ayo sayang, ke sini," ajak Roy yang telah memapah Zahra menuju kamar yang sudah ia pesan sebelumnya. "Mau kau bawa ke mana aku, aku mau pulang," dengan posisi mabuk, Zahra masih bersuara dan menginginkan kepulangan. "Tenang lah, malam ini kita akan bersenang-senang lagi, kau tidak perlu khawatir. Aku akan membuatmu terbang ke surga dunia lagi." tukas Roy tertawa lepas, membawa masuk wanita nya itu dengan penuh nafsu dan gairah yang sudah tak tertahankan lagi. Saat itu Zahra masih berusaha memberontak, di tengah kelemahan tenaga yang tersisa, akhirnya wanita itupun kalah, Roy mengungkungnya dengan liar hingga membuat Zahra akhirnya pasrah. Di tengah permainan panas yang dilakuan oleh Roy, ia tak sadar jika pintu kamarnya itu dibuka oleh Cahyo, pria itu sengaja merekam vidio perbuatan mereka di kamar itu, agar suatu saat bukti yang ia miliki akan menjadi senjatanya nanti. Setelah itu Cahyo pun kembali menutup tersebut dan berlalu pergi. Hampir satu jam lamanya, permainan itu pun b
"M-mas Cahyo, jadi kamu supir taksi tadi? Apa-apaan ini, apa maksud mu, Mas!" Zahra cukup syok ketika menyadari bahwa yang membawanya ke tempat pilihannya adalah Cahyo. "Kenapa sayang, kamu terkejut ya saat mengetahui jika ini aku, tenang lah, aku hanya ingin ikut bersenang-senang denganmu," celetuk Cahyo mengulas senyum, tatapannya seolah memberikan sebuah arti yang mengerikan. "Mas, jangan macam-macam kamu ya, aku sudah tidak ada urusan apa-apa lagi dengan mu, kita sudah bukan suami istri lagi, jadi tolong jaga sikap mu!" bentak Zahra tidak suka. "Oh, hanya karena aku bukan lagi suamimu, jadi kamu tidak mau ditemani denganku, lalu siapa Roy? Pria yang dengan bebas menjamah dan meniduri mu kapan pun dia mau, lalu apa aku tidak boleh menginginkan hal yang sama?" tukas Cahyo mulai menatap nakal ke seluruh tubuh Zahra. Membuat Zahra risih dan jijik, ia pun merasa sangat kesal dengan ucapan Cahyo yang menyebut nama Roy, wanita itu mencoba untuk mengelak meskipun pada kenyataannya ha
Kepergian Cahyo saat itu membuat Zahra ketakutan, pukulan dan dan kekerasan yang dilakukan oleh Cahyo meninggalkan jejak yang begitu menyakitkan di sana, membuat wanita itu tidak bisa bergerak dengan bebas saking ngilu nya. Karena tidak tahan, akhirnya Zahra memutuskan untuk meminta bantuan pada Dika, ia menghubungi pria itu tanpa memperdulikan saat ini jam berapa. Sementara saat Zahra menelpon Dika dan Tasya sudah hendak tidur setelah berbincang ringan dengan keluarga, mereka masih berada di rumah mama Riri yang belum mengizinkan mereka pulang. Menyadari ponselnya berdering, pria itu langsung saja mengangkat dan mendengar suara suara Zahra yang sedang menangis. [Halo, ada apa?] tanya Dika yang saat itu tak berani menyebutkan nama Zahra, lantaran Tasya juga ikut penasaran dengan siapa suaminya itu sedang berbicara. [Mas, t-tolong aku, jemput aku mas, aku tidak tahan lagi, aku di aniaya mas Cahyo] ucap Zahra mengadukan semua nya pada Dika. [Apa! Sekarang kamu ada di mana? Beritahu
Mama Riri dan bu Nirma terlihat sedih saat tahu jika Tasya hari ini memutuskan pulang, mereka nampak masih tidak bisa melepaskan keluarga kecil itu dengan ikhlas, lantaran kehadiran Tasya, Sauqi, dan Dika menumbuhkan perasaan yang semakin membahagiakan. Serasa berat sekali saat Tasya justru tiba-tiba memberi kabar bahwa ia akan pulang pagi itu. "Tasya, kamu nggak mau nginep lagi di rumah mama untuk beberapa hari ke depan, Mama masih kangen lo sama kamu," ucap mama Riri mencoba untuk bernegosiasi. "Emmm, maaf ya Ma, Tasya harus tetep pulang dulu, lagian kasihan kan rumah di tinggal lama-lama," sahut Tasya beralasan. "Di mana Dika, kok Mama nggak ngeliat dari pagi?" tanya bu Nirma menyadari. Tasya nampak bingung ketika mendapatkan pertanyaan itu, tentu saja ia tidak mungkin berkata jujur jika Dika menginap semalaman di rumah Zahra, hal itu akan menimbulkan masalah jika semua keluarga tahu. "Mas Dika udah berangkat dari pagi Bu, dia pulang dulu ke rumah mengambil file yang tertingga
Dor! Dor! Dor! Terdengar gedoran pintu yang cukup nyaring, membuat Tasya sedikit terkejut, lantaran di rumah ia hanya seorang diri, bibi pergi ke pasar sementara sang suami baru saja pamit ke kantor, dengan sebuah tanya Tasya pun mendekati pintu lalu perlahan membukanya, betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat tamu yang datang ke rumahnya. Ya, wanita itu adalah Zahra. Sudah dua hari Dika tidak menjenguk keadaan Zahra, dan saat ini ia justru datang membawa sebuah koper yang membuat Tasya penuh tanya. "Zahra, ada apa? Dan mau ke mana kamu kok bawa koper?" tanya Tasya pun penasaran. Tanpa ada jawaban selama beberapa menit, Zahra tiba-tiba mendekap tubuh Tasya hingga membuatnya semakin bingung, karena melihat keadaan Zahra yang sepertinya cukup memperihatinkan akhirnya Tasya pun membawa wanita itu masuk. Tasya menyodorkan minuman dingin, dan meminta Zahra untuk meminumnya, tak lama kemudian Dika pun tiba setelah sebelumnya dihubungi oleh Tasya jika Zahra ada di rumah, tatapan Di
Untuk yang kedua harinya, kini Tasya sudah tidak bisa bersabar lagi saat melihat betapa manjanya Zahra pada suaminya. Wanita itu selalu mengambil kesempatan untuk bisa dekat dengan Dika yang jelas-jelas sudah menjadi miliknya. Pagi itu Zahra pergi ke meja makan, hendak membawakan nasi kotak untuk Dika yang tidak sempat sarapan, melihat tingkah Zahra yang membawa sebuah kotak bekal membuat Tasya akhirnya memberanikan diri untuk menegur wanita itu. "Zahra, untuk apa kotak nasi itu?" tanya Tasya penasaran. "Oh, ini untuk mas Dika, Tasya. Tadi mas Dika nggak sempet sarapan kan di rumah, jadi aku berniat untuk mengantarkan makanan ini ke kantor," ucap Zahra begitu berani. "Zahra, selama ini kalau mas Dika tidak sempat sarapan di rumah, dia akan makan di luar atau bisa saja dia memesan makanan pada karyawannya, kamu tidak perlu repot-repot membawakan bekal seperti ini ke kantor," celetuk Tasya merasa risih. "Tasya, nggak papa dong kalau aku punya niat baik untuk mengantarkan makanan in