Suara langkah sepatu memasuki MD Corporation. Dengan langkah tegaknya, Rey memasuki kantor megahnya, bangunan tinggi yang mencerminkan kejayaan perusahaannya.Tak lupa pula, Rey memakai setelan jas abu-abu terang yang pas dengan sempurna pada tubuhnya yang atletis. Jas tersebut disempurnakan dengan dasi sutra warna biru muda yang dibuat sedemikian rapi, mencerminkan kecermatannya dalam segala hal. Di pergelangan tangannya, ia mengenakan jam tangan mewah yang mengkilap, menjadi sentuhan akhir dari penampilannya yang serba rapi.Rey melangkah dengan percaya diri melalui lorong kantor yang ramai, tatapannya tetap fokus pada tujuannya. Setiap orang yang melihatnya tak bisa menghindari untuk tertunduk patuh di hadapan kehadiran sang CEO. Beberapa di antaranya mengucapkan selamat pagi dengan suara lembut yang penuh penghormatan. Tak bisa dipungkiri, kehadiran Rey sungguh mengesankan. Raut wajahnya yang tegas, postur tubuhnya yang tegap, semuanya memancarkan aura kepemimpinan yang kuat. Set
Erlin melangkah maju mendekati Rey dengan hati yang berdebar. Ketika ia sudah berada di depan Rey, ia berbicara dengan suara lembut yang dipenuhi penyesalan, "Rey, aku menyesal, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu, Rey."Tiba-tiba, emosi Erlin tak terkendali, Erlin memeluk Rey dengan erat. Isakan tangisnya memenuhi ruangan, menggambarkan rasa sakit yang begitu mendalam. Setelah beberapa saat, dengan suara yang serak karena emosi, ia berkata, "Aku mencintaimu, Rey. Sampai kapan pun aku selalu mencintaimu."Di pintu, Delisha memandang pemandangan itu dengan hati yang berdegup tak teratur. Wajahnya merona merah, dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa yang tak terukur. Ia seakan terdorong untuk masuk dan mengakhiri momen ini. Namun, hatinya memberinya peringatan untuk tetap di tempatnya.Ketika Rey merasa bila ada seseorang di depan pintu. Tatapannya beralih cepat ke arah pintu, ternyata ia melihat keberadaan istrinya yang berada di ambang pintu."Delisha," gumam Rey lirih.Rey deng
Delisha menatap Rey dengan tatapan tulus. "Wanita mana yang tidak marah bila melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain, Rey," ujar Delisha dengan suara yang jujur. Namun, juga penuh dengan kekesalan. Ia ingin Rey mengerti betapa pentingnya kepercayaan dan komitmen dalam sebuah hubungan.Rey merasakan kehangatan dari kata-kata Delisha. Ia meraih tangan istrinya dengan lembut. "Aku minta maaf, Sayang. Aku akan memastikan bahwa hal seperti ini tidak terjadi lagi. Aku juga tidak tahu mengapa Erlin memeluk aku dengan tiba-tiba."Delisha menghembuskan napas kasarnya, entah bagaimana ia harus bersikap. Erlin selalu saja mengganggu Rey, itu yang membuatnya tak suka.Rey dengan lembut menyelipkan sehelai anak rambut Delisha ke belakang daun telinga istrinya. "Sayang, besok kita akan pergi ke butik," ujarnya dengan suara lembut.Delisha menatap Rey dengan rasa ingin tahu. "Untuk apa, Rey?"Rey tersenyum penuh semangat. "Kita akan fitting baju, karena besok lusa acara ulang tahun perusahaan
"Morning, Sayang," sapa Delisha dengan suara lembut, tersenyum hangat ketika melihat Rey yang baru terbangun di sampingnya.Rey membalas sapaan itu dengan senyum manis. Ia meraih tangan Delisha dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Morning," ujarnya dengan suara hangat, mengisi kamar dengan kehangatan cinta di antara mereka."Ayo bangun, kamu mandi dulu, aku akan buatkan sarapan untuk kamu," ujar Delisha dengan pelan, menyingkap selimut untuk mengajak Rey bangun. Namun, ketika ia hendak turun dari tempat tidurnya, Rey segera menahan tangannya."Tidak perlu, kan ada Bi Yanti. Biar dia saja yang menyiapkan sarapan," sela Rey, mencoba untuk mengurangi kerepotan Delisha.Delisha memandang Rey dengan penuh kehangatan. "Tapi aku ingin memanjakan suamiku hari ini. Biar aku yang menyiapkan sarapan untukmu."Rey tersenyum, merasa beruntung memiliki Delisha di sisinya. "Baiklah, Sayang. Aku akan menunggu sarapan spesial dari istriku tercinta." Mereka berdua tersenyum satu sama lain, merasa
"Sayang, ayolah cepat sedikit, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Anna," ujar Delisha seraya menarik tangan Rey agar segera masuk ke dalam mobil. Ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan sahabatnya.Matanya sudah berbinar-binar penuh antusias, raut wajahnya penuh kegembiraan karena akan dapat berbagi waktu bersama teman terdekatnya. Rey hanya bisa tertawa melihat semangat istri tercintanya, dan dengan senang hati, ia mengikuti langkah Delisha menuju mobil. "Sabarlah, Sayang. Seperti kamu tidak pernah bertemu dengan Anna saja," imbuh Rey. Mencoba memelankan langkah Delisha yang semakin mempercepat langkahnya. Rey hanya takut istrinya itu kenapa-napa, apalagi kini ia sedang mengandung benihnya. Rey juga takut bila istrinya akan masuk ke rumah sakit lagi."Meskipun aku setiap hari bertemu dengannya di kantor, tapi tetap beda saja, Rey. Kalau di kantor itu, kami sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing, sedangkan kalau di luar, kami bisa membahas apa pun itu," ungkap Del
Delisha berdiri di depan cermin, matanya memandang tajam pada bayangan dirinya yang mengenakan gaun malam elegan. Gaun berwarna biru tua itu memeluk tubuhnya dengan lembut, memberikan sentuhan kemewahan pada penampilannya.Dia memeriksa setiap detailnya dengan teliti, memastikan bahwa semuanya terlihat sempurna. Delisha bisa merasakan getaran kegugupan, tapi juga rasa bahagia yang mengalir dalam dirinya. Malam ini adalah momen spesial yang akan mengubah hidupnya.Delisha memilih aksesoris yang elegan untuk melengkapi penampilannya. Dia memakai anting-anting chandelier berwarna perak dengan batu-batu kecil yang berkilauan. Gelang tangan dengan desain minimalis juga turut melengkapi penampilannya. Delisha memilih cincin berlian yang simpel, namun elegan untuk mempercantik jari-jarinya.Untuk gaya rambutnya, Delisha memilih tatanan yang semi formal, namun tetap terlihat natural. Rambutnya diatur dengan gaya loose curls yang terurai indah di sepanjang bahunya. Beberapa helai rambut dibiar
"Rey," sapa Erlin.Deg!Rey terkejut mendengar suara Erlin memanggil namanya. Jantungnya berhenti sejenak. Ia menatap Erlin dengan penuh tanda tanya di wajahnya."Untuk apa kamu ke sini?" tanyanya dengan nada tegas."Rey, apa kamu lupa, bukannya setiap orang yang memiliki undangan boleh hadir di sini?" jawab Erlin dengan senyuman manisnya.Rey mendengkus kesal. "Tapi apa kamu benar-benar harus hadir di sini?"Erlin mengangguk cepat. "Ya, Rey. Aku punya hak untuk hadir di acara ini. Aku masih bagian dari perusahaan ini, bukan?"Rey menggigit bibir bawahnya dengan kesal. "Baiklah, terserah kamu. Tapi tolong jangan ganggu acara ini."Erlin hanya tersenyum misterius. "Tentu saja, Rey. Aku hanya ingin melihat sejauh mana acaramu kali ini."Rey mengangkat alisnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu Erlin tidak akan mengerti pesan apa pun yang ia sampaikan.Beberapa saat kemudian, Bella datang menghampiri Rey dengan segelas es jeruk di tangannya untuk Rey, karena tadi Rey menyuruhnya u
Emran memegang mikrofon lagi, wajahnya berseri-seri. "Sebelum kita lanjutkan ke acara selanjutnya, ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada semua orang. Saya ingin mengumumkan bahwa Rey, malam ini tidak datang sendirian, ia datang bersama menantu saya, yaitu Delisha Gesa Isna Wijaya adalah istri sah dari putra saya, Rey. Mari kita memberikan mereka dukungan dan cinta untuk masa depan yang cerah bersama-sama." Ketika Emran mengumumkan hal ini, suasana pesta menjadi semakin riuh. Para tamu memberikan tepuk tangan dan sorakan tanda persetujuan dan dukungan mereka kepada Rey dan Delisha. Sedangkan, diantara mereka ada yang tidak percaya akan hal itu.Erlin, ia begitu terperangah ketika mendengar nama Delisha yang disebutkan oleh Emran.Erlin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak mungkin. Rey tidak mungkin menikah dengan Delisha."Erlin membulatkan matanya, mencoba memproses informasi yang baru saja diterimanya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Seluruh renca