Adrian yakin bahwa Alia sudah selesai membuatnya kesal, namun Adrian mengencangkan telapak tangannya di pinggangnya untuk terakhir kalinya, sebelum dia menarik tangannya ini adalah hukuman untuk wanita itu.Mata Alia berkaca-kaca dengan air mata, rasa sakit itu benar-benar menyiksa, air mata mengalir dari sudut mata Alia, dan pipinya menjadi basah.Alia memelototinya, tapi tidak mengatakan apa-apa, Adrian menatap Alia yang sedang menangis di hadapannya, dia merasa sedikit kesal, bibirnya yang tipis mencibir dengan jijik."Apa kamu menangis karena sakit? atau apa kamu menangis karena kamu ingin mendapatkan simpatiku?" ucap AdrianAlia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Adrian, lalu ia mengatakan dengan marah "Aku tidak menginginkan apa-apa darimu!"Begitu selesai berbicara, Alia langsung berjalan menuju Ruang tamu utama Mansion Denaswara, Adrian mengerutkan kening saat dia mellihat Alia perlahan menghilang dari pandangannya.Kemudian, Adrian mempercepat langkahnya dan mengejar Ali
Setelah Bastian menyelesaikan kata-katanya, Rina berkata "Ayolah Bastian, Adrian tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, Ervan harus disalahkan karena tidak mengutarakan pikirannya dengan kalimat yang benar, terlebih kamu jelas tahu bagaimana temperamen Adrian, bagaimanapun juga, kita adalah Keluarga, jangan dianggap serius"Meski Ervan yang memulai konflik, tapi dia malah menjawab dengan senyum santai "Aku sama sekali tidak menganggapnya serius"Ervan mengulurkan tangannya dan mengacak-ngacak rambut Dira "Kak Ervan, sudah cukup, hentikan itu" ucap Dira kesal dengan tingkah Kakak angkatnya itu.Wajah Rina berubah menjadi gelap setelah mendengar kata-kata ejekannya, Adrian bangkit dari sofa dengan tenang lalu berkata "Kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian, aku akan pergi menemui nenek"Alia segera berdiri dari duduknya, lalu berkata "Aku akan pergi bersama dengan Adrian"Adrian melirik Alia, tapi tidak mengatakan apa-apa, melihat mereka, Rina menganggukkan kepalanya da
Ketika Adrian dan Alia hendak melangkah pergi, suara provokatif Ervan terdengar dari belakang, "Kak Adrian, kamu sama sekali tidak percaya diri pada dirimu sendiri, kamu bahkan tidak mengizinkanku untuk berbicara dengan Kak Alia"Adrian biasanya tidak keberatan dan tidak ambil pusing dengan provokasi seperti itu, namun dia tidak tahan diprovokasi seperti itu di depan wanitanya, ia bukan tipe Pria yang bisa mentolerir hal-hal seperti itu, Adrian menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat ke arah Ervan, "Apa? apa maksudmu dengan mengatakan ucapan itu?" ucap AdrianErvan bertanya dengan senyum ringan dan lembut di wajahnya "Aku ingin tahu apa Kakak takut bagaimana hidupnya akan berakhir jika Alia memilihku dibanding Kakak?"Dira tersentak saat mendengar kata-kata Kakaknya yang tidak pantas, dia menarik lengan baju kakaknya dan berkata "Kak Ervan, Kakak seharusnya tidak mengatakan itu""Dira, jangan ikut campur urusan di antara laki-laki, berdiri saja di samping dan lihatlah" ucap
Dira yang berdiri di samping Ervan menolehkan tatapannya ke arah Ervan lalu berkata "Kak Ervan, kenapa Kakak sangat ingin memprovokasi Kak Adrian"Ervan melirik sekilas Gadis yang ada di sampingnya dan tertawa kecil, "Dia berpura-pura tidak peduli dengan siapapun atau apapun, untuk alasan ini, sandiwaranya ini menggangguku, aku yakin bahwa dia tidak bersikap acuh tak acuh seperti yang terlihat, dia hanya orang yang terlalu rumit dan sedikit berpikiran buruk""Aku telah bertemu macam-macam orang, aku tahu bagaimana mereka" ucap Ervan menambahkan"Tapi aku merasa sulit untuk memercayai kata-katamu" ucap Dira membalas dengan raguErvan mengangkat alisnya, menatap Dira dan berkata "Hei, jadi apa kamu lebih percaya padanya dibanding padaku?""Tentu saja tidak, aku percaya padamu" ucap Dira"Bagus, anak yang baik" ucap ErvanSetelah Alia dan Adrian menghilang dari pandangan Ervan, rasa bersalah mulai menggerogoti perasaan Alia, dia khawatir Adrian akan marah padanya karena terlalu banyak bi
Adrian menatap Alia balik dan berkata "Nenek memintamu untuk datang ke sini, kenapa kamu malah menatapku?"Alia mulai merasa takut padanya, Dia berjalan ke arah wanita tua itu, dan dengan lembut berkata "Nenek...""Hei, kemari dan duduk di sebelahku" ucap Nenek Sekar"Terima kasih Nenek" ucap Alia, kemudian Alia mengambil tempat duduk di sampingnya,"Gadis yang cantik, kalian berdua adalah pasangan yang luar biasa, aku sudah sangat menyukaimu sayang" ucap Nenek Sekar sambil memegang tangan Alia dengan tersenyum"Aku juga menyukaimu Nenek" ucap Alia sambil tersenyumWanita tua itu memang langsung menyukai Alia, namun Adrian malah mencibir saat para wanita ini sedang berbicara, Alia menatap Adrian dengan ekspresi kaget"Ada apa denganmu" ucap Nenek Sekar sambil menepuk pundak Adrian"Nenek, wanita yang duduk di sebelahmu tampaknya telah menjadi cucu menantu kesayanganmu, tapi izinkan aku memberi tahu Nenek bahwa dia bukan wanita yang ingin kunikahi, aku tidak mengerti kenapa Nenek malah
Alia hanya bisa tersenyum canggung sebagai tanggapan atas kata-kata Nenek, Alia sama sekali tidak menganggap dirinya memenuhi syarat untuk menerima hadiah yang begitu berharga, lagipula, dia hanya merupakan pengantin Pengganti.Selain itu, sebagai Orang modern yang hidup di abad 21, Alia tidak bisa mempercayai kata-kata Wanita tua itu, Alia tidak mempercayai takhayul-takhayul seperti itu."Alia, kamu harus percaya pada Nenek, dulu Nenek tidak terlalu menyukai Kakek Adrian saat menikah dengannya, saat itu kami dijodohkan dan hanya bisa menurut kepada Orang tua, setelah menikah, tetap tidak ada cinta, meskipun kami berdua saling menghormati" ucap Nenek Sekar yang sepertinya sudah bisa menebak apa yang ada di dalam benak Alia"Namun, begitu Kakek Adrian mengalami kecelakaan serius dan terluka parah, saat itulah Nenek menyadari betapa Nenek peduli padanya, Nenek ingat apa yang dikatakan Ibu Nenek ketika beliau memberiku gelang Giok itu" lanjut Nenek Sekar"Nenek berharap dengan sungguh-su
"Di sini sangat panas" ucap Alia, sambil melangkah maju dan melepaskan tangannya dari telapak tangan Adrian, lalu ia mengipasi dahinyaMenurut Alia, seharusnya dia dan Adrian tidak berjalan sambil bergandengan tangan, Alia melihat tidak perlu bagi Adrian untuk memegang tangannya.Adrian menatap tajam Alia, bahkan pandangannya itu seperti menusuk ke dalam mata Alia,Alia berjalan dengan langkah yang dipercepat, sekitar 10 meter dari Adrian, Adrian melangkah ke depannya dan menghalangi jalannya, mereka tiba-tiba hampir bertabrakan karena Adrian berhasil mengejar Alia, namun Alia tidak menyadari Adrian yang sudah berada di dekatnya"Ada Apa?" ucap Alia sambil menatap Adrian"Apa yang Nenek katakan padamu saat aku naik ke atas?" ucap Adrian dengan rasa penasaran."Nenek bilang bahwa dia sangat menyukaiku" ucap Alia berpikir sejenak"Nenek sudah mengatakan hal itu saat aku masih di sana, apalagi yang Nenek katakan padamu" ucap Adrian sambil mengernyitkan dahinya"Hmm, kurasa Nenek mengulan
Seluruh Keluarga telah berkumpul di Ruang makan untuk Makan malam bersama, Rina memang terlihat sangat menyayangi Putranya, begitu melihat Adrian sudah menghabiskan bubur yang ada di depannya, Rina dengan cepat meminta Pelayan untuk membawakan makanan lainnya untuk Adrian.Adrian yang sedang tidak mood untuk berbicara hanya menganggukkan kepalanya ketika Pelayan menghidangkan bubur di depannya, lalu ia memakan bubur itu dengan lahap seperti tidak menghiraukan apapun.Alia yang tidak begitu akrab dengan semua yang ada di meja makan ini hanya bisa diam saja sepanjang acara makan malam berlangsungErvan menatap Alia selama makan malam itu, ia tidak tahu apakah Ervan sengaja atau tidak, tapi hal itu membuat Alia merasa canggung terus ditatap seperti itu, ternyata bukan hanya Alia yang memperhatikan tatapan Ervan, Adrian juga memperhatikan tatapan Ervan kepada Alia, dan ini cukup membuat Adrian merasa kesal sampai akhirnya ia bangkit dari duduknya di tengah-tenah makan malam"Ayah, ini sud
Alia melihat nama yang ada di layar ponselnya itu, lalu dia mengangkatnya "Maria"Maria adalah Putri kandung dari Orang tua angkatnya, dia berusia dua tahun lebih muda dari Alia, bisa dikatakan mereka tumbuh besar bersamaNamun Alia tidak pernah benar-benar di terima olehnya, Alia tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan Saudaranya, hubungannya dengan Maria tidak pernah baik sama halnya dengan Alina, oleh karena itu dia benar-benar terkejut ketika melihat Maria meneleponnyaBegitu panggilan itu tersambung, suara Maria terdengar dari ujung telepon yang lain "Alia, kamu sekarang bahagia di Keluarga Bratakusuma kan? saking senangnya sampai-sampai kamu telah melupakan orang-orang yang membesarkanmu? kenapa lama sekali tidak pulang ke Rumah?"Alia membuka pintu dan keluar dari mobil sambil memegang ponsel di telinganya, dia berjalan menuju lift dan berkata dengan acuh tak acuh "Maria, kamu bahkan tidak pernah menyukaiku, jadi kenapa kamu meneleponku?""Alia, apa kamu ingin mengabaik
Alia berpikir di dalam hati "Tidak mungkin dia menyukaiku, dia mungkin menikah denganku dan berhubungan intim layaknya Suami Istri pada umumnya, tapi semua itu tidak bisa mengubah fakta bahwa orang yang dia cintai adalah Alina, apalagi Alina adalah Adik kandungku, aku tidak bisa bersikap tidak tahu malu dengan mencuri seorang Pria darinya"Alia meletakkan tangan di mulut Adrian untuk menghentikannya,Ya, mereka berciuman, tapi Alia jarang melakukannya dan bahkan tidak tahu bagaimana melanjutkannya, setelah bibir merahnya menekan bibir Adrian dia tidak melanjutkan lebih jauhBeberapa detik kemudian, Alia memalingkan wajahnya dari Suaminya dan berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar "Adrian, aku ingin bangun"Namun Adrian mengabaikan permintaannya, sebaliknya dia menolehkan kepala Alia ke arahnya dan membungkam bibir merah yang ingin dia miliki lagi, Alia menciumnya dengan sangat lembut, seolah-olah memberinya kesempatan untuk menanggapinya, tentu saja Alia mencoba untuk menang
"Aku baru saja mendorongmu menjauh, apa kamu tidak mengerti apa artinya tindakan itu?" ucap Alia sambil mengangkat alisnya kembali, meniru nada malas Adrian dan tersenyum membuat Adrian terkekeh melihat tingkahnya"Apa yang kamu tertawakan? bisakah kamu menjelaskannya padaku agar aku bisa mengerti? dengan cara ini aku bisa tahu lebih banyak tentang Suamiku" ucap Alia dengan nada sarkastik sambil menatap Adrian"Berhentilah berpura-pura bodoh" ucap Adrian sambil menyipitkan matanya"Aku tidak berpura-pura bodoh, bagaimana kamu bisa menuduhku dengan kata-kata seperti itu" ucap Alia, ia sama sekali tidak merasa malu dengan kepura-puraannya walaupun dia merasa jijik dengan tindakannya ini, itu karena dia berpikir bahwa metode ini mungkin yang paling efektif untuk menghadapi Adrian, dan caranya yang mencoba untuk mengendalikannya"Kamu tahu, apa yang kamu lakukan sekarang sangat tidak bijaksana untukmu" ucap Adrian dengan nada peringatan sambil terkekehAlia mengangkat alisnya dan bertanya
"Mengapa kamu harus mengkhawatirkan itu? tidak usah terlalu dipikirkan, kalau kamu ingin tahu sesuatu mengenai Ray, kamu bisa bertanya pada Adrian, aku pikir dia..." sebelum Alia bisa menyelesaikan ucapannya Adrian memotong ucapannya sambil menggertakkan giginya dan memanggil "Alia""Habislah aku" pikir Alia sambil mengerutkan keningnya, "Sepertinya dia tidak mau bekerja sama lagi denganku" pikir Alia dalam hatinyaNamun di luar dugaan, kata-kata yang keluar dari mulut Adrian berbeda dari yang dia harapkan, "Turunkan sikumu dari atas meja, makanan Meta sudah datang" ucap Adrian setelah ituNamun Situasinya menyadarkan Alia dan dia menganggukkan kepalanya sebelum dia buru-buru menyesuaikan posisinya, setelah Pelayan meletakkan makanan di atas meja, Alia diam-diam menghela napas lega, dia benar-benar mengira Adrian akan memarahinya,Meta diam-diam memperhatikan interaksi Alia dan Adrian, dan tiba-tiba dia mengerti sesuatu, lalu dia memandang Alia sambil tersenyum, lalu melambaikan tanga
"Tanggalnya belum di konfirmasi" ucap Adrian menjawab dengan cepat"Meta, aku pikir mereka akan mengumumkan hubungan resmi pada hari pertunangan itu, tapi sekarang Ray masih seorang Pria single jadi jangan bersedih dulu, bukan tidak mungkin kalau terjadi sesuatu di antara mereka sebelum pertunangan itu berlangsung yang akan membuat mereka tidak jadi bertunangan bukan?" ucap Alia mencoba untuk membuat Meta tenang"Tapi kejadian apa yang mungkin akan terjadi untuk mengubah kejadian itu" ucap Meta dengan murung"Mungkin hal-hal seperti Putri dari Keluarga Limandara ternyata tidak ingin bertunangan dengannya" ucap Alia, ia tidak menyadari kalau Adrian sudah menatapnya dengan curiga ketika mendengar ucapan Istrinya itu, namun Adrian masih memperlihatkan ekspresi tenangAlia mengumpulkan keberaniannya lalu berbisik di telinga Meta "Sama seperti Alina, jika bukan karena dia melarikan diri, aku juga tidak akan menikah dengan Adrian, bukankah begitu?" ucap Alia sambil menggeserkan badannya set
"Yah, um... Adrian mentraktirku, jadi cepatlah kesini sekarang" ucap Alia sambil melirik Adrian sebentar lalu ia menutup mulutnya sambil berbisik di telepon "Mungkin kita bisa menanyakan sesuatu tentang Ray kepada Adrian, cepat kesini"Mendengar apa yang Alia katakan Meta langsung heboh "Oke, aku segera ke sana sekarang" ucap MetaSetelah menutup telepon, Alia meletakkan ponselnya di sudut meja, bersamaan dengan Pelayan yang mulai menyajikan hidangan yang mereka pesan, semua hidangan itu tampak sangat mewah dan lezat, menunjukkan bahwa kokinya mengerahkan semua kemampuan terbaiknya,Alia merasa kagum, tapi dia tidak menatap hidangan tersebut terlalu lama untuk menghindari rasa malu, tanpa ia sadari Adrian terus menatap Alia dari tadi lalu dia bertanya "Kamu ingin memesankan makanan untuk Temanmu atau dia pesan sendiri saja nanti?"Setelah berpikir beberapa saat Alia menjawab "Dia bisa memesan sendiri nanti ketika dia datang""Baiklah" ucap Adrian sambil menganggukkan kepalanya dengan
Alia melihat sekeliling interior Restaurant, tapi tidak menjawab pertanyaan Adrian, dia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan"Aku lapar, bukankah kamu bilang kamu akan mentraktirku makan malam? apa kamu akan membiarkanku makan hanya jika aku jatuh sakit karena kelaparan?" ucap Alia sambil tersenyumSenyum Alia seolah-olah membuyarkan amarah Adrian, tapi ada beberapa kata yang tidak bisa diabaikan, Adrian melirik tangan Alia yang menggenggam tangannya, dan menemukan dia tidak mengenakan cincin kawin.Seorang Wanita yang sudah menikah tanpa cincin kawin di jarinya, membuat Adrian menjadi merasa bersalah melihatnya,Alia mengikuti arah pandangannya dan bertanya, "Apa yang sedang kamu lihat?""Kita sudah menikah, tapi kita tidak punya cincin kawin" ucap Adrian"Itu bukan masalah, aku sama sekali tidak peduli dengan hal-hal seperti itu" ucap Alia sambil mengepalkan jari-jarinya"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini padaku?" ucap Alia lagi"Kamu menginginkannya atau tidak" ucap A
Di dalam perjalanan Alia menatap Adrian yang diam sambil terkekeh pada dirinya sendiri, membuat Alia menatapnya dengan bingung"Ada apa?" ucap Alia"Kamu menganggapku sebagai Sopirmu?" ucap Adrian meliriknya sekilas dan mengutarakan pikirannya"Hah? tidak" ucap Alia mengerutkan kening ketika dia menatapnya, Alia tidak mengerti kenapa Adrian berpikir seperti itu"Lalu, mengapa kamu tidak menyapaku? kamu hanya mengencangkan sabuk pengamanmu sebelum memberitahuku bahwa kita bisa pergi sekarang, jika perilaku seperti itu tidak mengartikan bahwa kamu menganggapku sebagai Sopir, lalu apa?" ucap Adrian melanjutkan dengan tenang"Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang mengemudikan mobil? jadi kamu tidak akan berpikir bahwa kamu adalah Sopirnya" ucap Alia"Kamu tahu aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu" ucap Alia lagi melihat Adrian tetap diamLalu Alia memandangnya dalam-dalam dan bertanya "Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya bahwa aku sama sekali tidak menganggapmu sebaga
Namun akhirnya Alia menarik napas dalam-dalam setelah Adrian benar-benar pergi, matanya tanpa sadar jatuh ke sofa tempat Adrian memeluknya barusan, pada saat itu, dia merasa sangat gugup karena dia dipaksa untuk duduk di atas kakinya untuk waktu yang lama, belum lagi pipinya memanas karena dia bahkan bisa merasakan suhu tubuh Pria itu.Bagaimana mungkin dia tidak merasa linglung ketika dia mengalami situasi seperti itu?Alia memejamkan matanya sambil menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan adegan itu dari dalam benaknya agar imajinasinya tidak lepas kendali,Dia mulai bekerja untuk mengalihkan apa yang ada di pikirannya,Lalu ia melihat email dari departemen HRD, email itu berisi mengenai daftar CV dari beberapa kandidat yang harus dia pilih untuk menjadi Asistennya.Manager HRD, juga menanyakan apakah dia lebih suka mempromosikan Karyawan yang sudah bekerja di dalam Perusahaan atau merekrut kandidat baru, ia telah mensortir beberapa CV, baik dari internal maupun eksternal.Ta