Beberapa hari kemudian, Stella di sebuah gereja kecil di pinggiran kota, mengenakan gaun putih sederhana.
Dia akan menikah hari ini. Dia akan menikahi seorang pria yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia tidak mau repot-repot menyewa gaun pengantin, karena dia tidak mau membayarnya. Stella harus mengumpulkan uang untuk membayar biaya operasi Hannah. Dia membeli bunga baby's breath putih di toko bunga dan meminta penjual untuk memberinya pita sutra putih tambahan untung mengepang rambutnya. Stella terlihat murni dan polos. Sudah waktunya untuk acara pernikahan, tetapi mempelai pria belum kunjung datang. Tempat pernikahan hampir kosong, dan hanya ada beberapa orang yang datang. "Jangan khawatir. Dia mungkin terjebak macet. kita tunggu saja." Ucap Johan untuk menghibur Stella. Napas Stella tersendat. Dia telah mendengar sesuatu tentang pria yang akan dinikahinya. Namanya Dirga Lester. Pria itu tidak memiliki pekerjaan yang layak dan seorang pemalas yang menghabiskan waktunya dengan bergaul dengan para anak jalanan sepanjang waktu. Memikirkan harus menikah dengan orang seperti itu, membuat perut Stella mual karena cemas, tetapi dia tidak punya pilihan yang lain. "Mengapa mempelai pria dan keluarganya belum datang?" Ucap Nora mengerutkan kening dan melirik ke arah beberapa orang di dalam gereja. Dia mengenakan gaun ungu yang cantik dan lembut. Riasan yang halus menonjolkan wajahnya, dia tampak mempesona. Tampaknya Keluarga Lester tidak menghargai pernikahan ini. Namun, Stella tidak ambil pusing. Dia hanya peduli dengan biaya pengobatan Hannah. Stella mencondongkan tubuhnya ke arah Nora dan berbisik, "Maukah kau memberiku uangnya segera setelah pernikahan ini selesai?" Stella telah berjanji kepada kedua orang tua angkatnya untuk menukar pernikahannya dengan uang untuk menyelamatkan nyawa Hannah. "Kita ini keluarga. Kenapa kamu terus-terusan bicara soal uang? jangan khawatir. Aku akan memberimu uang seperti yang sudah dijanjikan. Jangan terus menerus menanyakannya." Ucap Nora Tidak peduli seberapa lembut Nora berkata pada Stella, ketidaksabarannya terlihat jelas dalam suaranya. Sementara itu, Rebecca baru saja tiba. Dia berjalan memasuki gereja dengan pakaian mencolok dan perhiasan mahal, sambil memegangi lengan pacarnya. Dia melangkah ke arah Johan dan Nora sambil tersenyum puas. Dia telah merebut pacar Stella yang kaya raya, meninggalkannya untuk menikahi anak haram Keluarga Lester. Alis David berkerut saat melihat Stella menggunakan gaun pengantin. Rasa bersalah masih menghinggapi hatinya hingga saat ini. Itu semua salahnya. Gairah sesaat telah mengakhiri hubungannya dengan cinta yang paling dalam hidupnya. Dan sekarang malah melihat Stella menikah dengan orang lain. Dia tidak bermaksud menghadiri pernikahan ini. Rebecca yang menyeretnya datang kesini. Namun, dia tidak dapat menolak ajakan Rebecca setelah mengetahui bahwa Rebecca sedang mengandung anaknya. Sejak tiba di gereja, mata David selalu tertuju pada Stella. Rebecca tidak tahan melihat David selalu melihat ke arah wanita yang paling dia benci. Tidak ada yang berubah bahkan setelah bertahun-tahun. Stella berhasil memikat semua orang dengan pesonanya. Orang-orang selalu memperhatikannya, bukan Rebecca. Rasa cemburu muncul. Rebecca menjadi marah dan mulai berteriak pada David, terlepas dari situasinya. "Percaya atau tidak, aku akan mencungkil matamu. Apa sih yang begitu bagus dari wanita jalang itu? Kenapa kau menatapnya seperti itu?" Kemudian Rebecca berbalik dan mencibir. " Kenapa pengantin prianya belum datang? Pria itu terlambat menghadiri pernikahannya sendiri. Bagaimana bisa dia diandalkan? Keluarganya juga tidak datang. Sepertinya mereka tidak peduli dengan bajingan itu." Rebecca adalah seorang putri di rumah. Tidak akan ada yang menyalahkannya karena membuat komentar kasar seperti itu. Namun, mereka sekarang berada di tempat umum, dan dia adalah saudara perempuan dari pengantin wanita. Perilakunya yang lancang dan kasar telah menjadi topik dan gosip semua orang. Stella mengangkat ujung gaunnya dengan lembut dan melangkah maju. Stella telah menoleransi Rebecca, terlepas dari betapa sombong dan tidak berperasaannya dia di masa lalu. Namun sekarang dia tidak tahan dengan omong kosongnya. "Rebecca, jangan panggil siapapun bajingan! kamu sekarang di dalam gereja. Jaga bahasamu! Apa kamu tidak punya sompan santun?" Rebecca terkejut. Dia belum pernah melihat Stella seperti ini. Wanita itu selalu bersikap toleran padanya. Mendengar itu, suasana gereja menjadi sunyi. Tepat saat itu, suara pintu terbuka memecah kesunyian. Seorang pria tinggi melangkah masuk. Sinar matahari yang menyilaukan tampak menyinari tubuhnya yang ramping. Saat pintu gereja tertutup lagi, pria itu mendongak. Matanya yang dalam menyapu kerumunan, bibirnya mengerucut menjadi garis tipis. Dia mengancingkan jasnya dam merapikan mantelnya seolah-olah dia datang kesini dengan tergesa-gesa. Cahaya matahari menyinari wajahnya yang tampan. Sepertinya Tuhan telah bekerja keras untuk menciptakannya. Semua mata tertuju padanya seolah-olah dia telah memberikan mantra pada semua orang di dalam gereja.Semua orang memandang pria itu dengan tatapan kagum. Dia tampak memancarkan pesona yang alami dan maskulin.Melihat itu mata Rebecca langsung berbinar. Dia menduga pria tampan itu adalah salah satu dari dua kakak laki-laki Dirga. Keluarga Lester adalah salah satu keluarga paling berkuasa di kota itu. Bagaimanapun, Dirga adalah anak haram, Rebecca merasa dia tidak akan pernah punya kesempatan melawan satupun anggota keluarga bangsawan. Pria di hadapannya tampak menawan dan maskulin, jadi Rebecca langsung berpikir pria itu pasti pewaris sah keluarga itu.Ketampanan dan pesonanya sungguh mengejutkan, sekaligus membuatnya bergairah. Dia pikir David adalah pria yang tampan, tapi jika dibandingkan dengan pria yang baru saja tiba, David jelas tidak bisa dibandingkan dengan pria itu, perbandingannya sangat jauh antara keduanya.Rebecca lalu melangkah maju dan menyapa pria itu. "Apakah anda saudara laki-laki Dirga?" Hanya dengan menatap matanya saja sudah membuat wajahnya memerah. "Baiklah, ke
Melihat kerutan di wajah Stella, Dirga mengikuti tatapannya dan melihat jam tangannya. Beberapa saat kemudian, Dirga menyadari apa yang sedang dipikirkan Stella. "Ini barang tiruan yang kupinjam dari temanku. Biasanya aku memakainya agar terlihat keren, tetapi tidak menyangka kalau kau akan segera menyadarinya." Bisiknya ke telinga Stella.Dirga melepas jam tangan itu dan langsung memasukan ke dalam sakunya."Kelihatannya asli." gumam Stella. Lalu Stella tersenyum dan bergerak mundur untuk menutupi telingannya yang memerah.Dirga mencondongkan tubuhnya lebih dekat, dan Stella dapat merasakan nafas Dirga berhembus di telinga ketika dia berbicara.Saat Stella sedang memikirkan perkataan Dirga, dia menyadari bahwa wajar bagi pria seperti Dirga untuk memiliki teman jalanan yang menjual barang palsu.Stella menghela nafas lega. Sebelumnya Stella panik, mengira Dirga telah melakukan sesuatu yang ilegal untuk meraup untung yang besar.Dirga mengernyitkan alisnya. Dia pernah mendengar bahwa p
"Lebih baik kamu yang mandi dulu, aku bisa menunggu." Ucap Stella, lalu tanpa sadar dia melangkah mundur seolah-olah sedang melindungi diri dari musuh.Stella tampak seperti burung yang terperangkap dalam sangkar, berusaha keras untuk menyembunyikan kepanikannya.Dia belum tahu bagaimana caranya menghadapi apa yang disebut suami.Dirga berdiri di depan meja dan menatap Stella. Stella tampak seperti seekor rusa yang terjebak dalam lampu depan mobil.Dirga menatapnya dan terkekeh. "Jangan gugup. Aku tidak akan memakanmu. Aku hanya perlu membicarakan sesuatu denganmu." Stella menyilangkan lengan di dada dan dengan ragu berjalan menghampiri Dirga. Dia tidak ingin berhubungan dengan pria ini dengan cara apapun. Segalanya terjadi begitu cepat. Dia menikah dengan pria yang baru saja dia temui di pesta pernikahannya.Setelah berada di meja, Stella langsung berkata, "Apa itu?"Dirga mengambil kursi kayu dengan satu tangan dan meletakannya di depannya, lalu berkata, "Silahkan duduk dulu."Kemu
Stella terkejut. "Kalau aku ini bukan Rebecca Lind, menurutmu aku ini siapa? pertanyaan yang konyol." Ucapnya bercanda.Stella telah menikahi Dirga sebagai Rebecca Lind. Jika dia mengacaukan rencananya, Ibu tirinya tidak akan memberinya uang. Hanna masih di rumah sakit, menunggu uang untuk operasinya.Dirga mengerutkan keningnya, ada sesuatu yang tampak janggal. Seseorang yang sebelumnya sudah dia suruh untuk menyelidiki putri Keluarga Lind mengatakan kepadanya bahwa Rebecca adalah wanita yang sombong, keras kepala, tidak punya otak dan suka menggoda pria kaya untuk keuntungan pribadinya.Oleh karena itu, dia berpura-pura menjadi pecundang yang tidak punya uang di depan Stella. Mengira dia adalah Rebecca sehingga dia akan mengambil inisiatif untuk meminta cerai karena orang itu membenci orang miskin.Namun, wanita di depannya tampak sangat menerima keadaan keuangannya, juga tempat tinggalnya yang sederhana.Selain itu. kegugupannya tampak jelas meskipun dia berusaha sebisa mungkin unt
Stella jarang bermimpi indah. Namun, kali ini dia sedang bermimpi bahwa Hannah dirawat tepat waktu dan mampu pulih. Mereka berdua pulang bersama dan kehidupan tampak lebih cerah dan penuh harapan.Namun, tiba-tiba suara dering telfon mengganggu mimpinya. Stella bangkit dari tempat tidur dan menatap lingkungan yang aneh dengan linglung.Butuh waktu cukup lama bagi Stella untuk mengingat bahwa dia telah menikah. Dia belum bisa beradaptasi dengan perubahan yang tetlalu cepat ini.Begitu dia membuka pintu kamar tidur, tatapannya jatuh pada Dirga yang meringkuk di sofa sambil memeluk bantal. Sofa itu terlalu kecil untuk ukuran tubuhnya yang besar. Kakinya menjuntai keluar, dan selimut abu-abu melilit tubuhnya. Sinar matahari menyinari wajahnya tanpa cela, membuatnya tampak seperti Dewa Yunani.Stella senang mengetahui Dirga tidak mendekatinya tadi malam, jadi dia melonggarkan kewaspadaanya terhadap Dirga.Stella tersenyum sendiri dan langsung berjalan ke dapur. Ada telur, bacon, roti di le
Taksi berhenti di depan villa Keluarga Lind. Stella bergegas keluar dari dalam taksi dan langsung berjalan menuju rumah dan membunyikan bel pintu.Sekarang setelah dia menikahi Dirga seperti yang dijanjikan, Stella memutuskan untuk meminta uang kepada kedua orang tua angkatnya.Bagaimanapun, dia melakukan ini semua hanya untuk membayar biaya pengobatan Hannah. Nora sedang duduk di sofa, menyeruput secangkir kopi. Dia menatap Stella lalu tersenyum tipis."Bagaimana hubunganmu dengan Dirga? kamu baru saja menikah kemarin. Apa yang kamu lakukan disini? Bukankah kamu seharusnya berada di rumahmu? Apa terjadi sesuatu hingga kamu datang kesini?" Tanya Nora pada Stella.Nora tidak mengucapkan sepatah katapun tentang uang, seakan-akan antara dirinya dan Stella tidak pernah membuat sebuah kesepakatan.Stella menatapnya tajam, Lalu berkata. "Aku datang kesini untuk mengambil uangnya. Kamu berjanji akan memberiku uang itu segera setelah aku menikah dengan Dirga."Nora meletakan cangkir kopi di a
"Maaf aku baru datang. Ada sesuatu yang sebelumnya harus ku urus, itulah mengapa aku datang terlambat kesini." Ucap DirgaDirga berdiri di luar pintu, memancarkan aura yang kuat, membuat Stella mustahil untuk melangkah maju."Kenapa kau malah datang kesini? Aku ingin kembali. Minggirlah." Ucap StellaSuara Stella terdengar serak karena marah dan sedih.Melihat mata merah Stella berkaca-kaca, Dirga menatap semua orang di dalam ruang tamu. Kemudian Dirga dengan lembut menggenggam pergelangan tangan Stella."Tidak perlu terburu-buru." Ucap Dirga. Lalu dirga membawa Stella masuk ke dalam ruang tamu lagi. Alex meletakkan tas-tas yang telah dia bawa ke atas meja dan membukanya satu persatu.Setelah memajang semua barangnya di atas meja, Alex menyeka keringat di dahinya dan langsung berjalan mundur ke belakang Dirga.Alex cukup lelah setelag mengerahkan seluruh kekuaran fisiknya untuk membawa barang-barang bossnya.Mata Stella terbelalak melihat semua hadiah di atas meja. Perhiasan mahal, J
"Dirga, kamu pasti sudah salah paham. Aku tidak bermaksud memarahi putriku, aku hanya menegur dia." Ucap Nora sedikit panik.Walaupun sedikit panik, Nora menyembunyikan kepanikan itu dan tersenyum manis pada Dirga. Dan matanya masih tertuju pada hadiah-hadiah mahal itu."Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun." Ucap Dirga acuh tak acuh. Dia tidak ingin mendengarkan alasan bodoh mereka.Mendengar ucapan Bossnya, Alex langsung berjalan menuju hadiah-hadiah tersebut, mengemasi semuanya dan memasukan kembali ke dalam tas.Dirga lalu tidak berkata-kata lagi. Dia memegang tangan Stella lalu berjalan pergi meninggalkan Villa Keluarga Lind.Setelah keluar dari Villa Keluarga Lind, Dirga baru melepaskan tangan Stella. Wajah lembutnya menatap Stella dan berkata, "Mengapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu akan menemui kedua orang tuamu?"Stella ingin meminta uang kepada kedua orang tua angkatnya, jadi dia tidak bisa membawa Dirga bersamanya."Aku tidak berencana mengunjungi mereka sejak a
"Apakah aku menganggumu? Aku akan berusaha untuk tetap tenang bila menganggumu." Ucap DirgaStella terkejut, dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menatap Dirga dengan tatapan minta maaf.Dirga menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah tempat tidur Stella. Kemudian dia duduk di atas tempat tidur sambil menyandarkan kepalanya di lengannya, lalu dia memejamkan matanya."Apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat begitu senang?" Tanya Dirga pada Stella."Jangan tidur di atas tempat tidurku, Dirga." Ucap Stella.Pipi Stella menggembung saat dia mencoba menarik lengan Dirga. Dirga tinggi dan berat, Stella sudah sekuat tenaga menariknya tapi Dirga tetap tidak bergeming. Akhirnya Stella menyerah dan duduk di kursi samping meja."Aku bertemu dengan seorang klien yang kaya dan dermawan. Dia meminta padaku untuk mendesain untuknya. Aku hanya tinggal menyerahkan draf dan langsung dibayar." Ucap Stella.Mendengar ucapan Stella, Dirga langsung membuka matanya dan melihat Stella b
"Dua puluh ribu dollar?" Stella menatap komputernya dengan mulut yang menganga lebar. Dia segera mengetik pesan kepada klien, jari-jarinya menari-nari di atas keyboard.Ini akan menjadi klien besar pertamanya semenjak Stella lulus.Mengingat besarnya tawaran yang mereka buat, Stella menduga akan ada setumpuk instruksi ketat yang harus dia patuhi."Permisi. Bolehkah saya tahu apakah anda seorang pria atau wanita?" Tanya Stella terhadap kliennya.Situs web yang Stella gunakan berperan sebagai jembatan antara klien dan desainer lepas.Klien memiliki pilihan untuk menggunakan nama asli atau anonim, tetapi sebagian besar dari mereka menggunakan nama anonim di situs tersebut. Sebagian profil dari daftar tersebut memilih icon abu-abu default, dan sedikit susah bagi desainer mengetahui jenis kelamin klien tersebut."Pria." Jawab klien tersebut."Baiklah, Tuan. Apakah anda punya persyaratan khusus untuk desainnya?" Tanya Stella.Stella menunggu jawaban dari klien tersebut, dan mempersiapkan di
Ekspresi wajah Dirga membuat Stella ketakutan. Jantungnya berdebar dengan kencang. Stella lali mengambil selembar tissu dan menyeka bibirnya, berpura-pura tenang sambil berkata, "Mengapa kamu menghentikanku? Aku sangat membutuhkan uang sekarang, dan aku tidak punya pilihan lain selain melakukan ini."Mata Dirga melotot karena marah. "Berapa banyak uang yang kau inginkan? Aku adalah suamimu. Jika kau sedang mengalami masalah, mengapa kau tidak mengatakannya padaku? Mengapa kau sampai melakukan hal seperti itu?"Stella kekurangan uang sejak dia masih kecil. Air mata langsung mengalir di matanya. Stella lalu menarik nafas dalam-dalam dan berkata pada Dirga. "Kita hanyala pasangan suami istri di mata dunia luar. Kamu sudah bilang bahwa kita tidak boleh ikut campur dalam urusan kita masing-masing. Apa yang membuatmu berpikir aku akan menceritakan masalahku padamu dan bahkan meminta uang kepadamu?"Kata-kata Stella membungkam Dirga. Dia lalu mengusap alisnya dan dadanya terasa sesak karena
Setelah meninggalkan rumah sakit, Stella langsung menelfon Johan Lind dan Nora Duncan. Tapi keduanya tidak ada yang menjawab telfonnya. Stella tidak punya pilihan lain selain mengunjungi rumah keluarga Lind lagi.Setibanya di rumah Keluarga Lind, Stella langsung memencet bel pintu rumah dengan tidak sabaran.Beberapa menit kemudian, seorang pembantu membuka pintu dengan sedikit kesal karena Stella telah mengganggu tidurnya. "Kamu gila? Kenapa kamu terus-terusan memencet bel pintu?" Ucap pembantu tersebut."Biarkan aku masuk! Aku sedang mencari Johan dan Nora!" Ucap Stella."Seluruh keluarga sedang berlibur ke Maladewa. Mereka tidak ada dirumah." Jawab pembantu tersebut."Kapan mereka kembali?" Tanya Stella dengan cemas.Nora mengatakan dia tidak punya uang untuk membayar kesepakatan mereka berdua setelah Stella menikah. Bagaimana bisa mereka malah pergi berlibur ke Maladewa?"Aku tidak tau. Tanya saja pada mereka!" Ucap pembantu tersebut sambil menutup pintu dengan keras.Stella mena
Apa? seratus dollar sebulan? untuk apartemen seperti ini? itu sangat tidak masuk akal. Agen properti tersebut sangat tercengang mendengar tawaran harga dari istri bossnya. Akan tetapi, apartemen ini bukanlah miliknya, jadi dia tidak bisa menentukan harga sewanya, tapi seratus dollar dengan apartemen seperti ini sangatlah murah dan tidak masuk akal."Nyonya Lester, saya terkejut mendengar tawaran anda. Namun, rumah ini bukanlah milik saya. Saya perlu menanyakan kepada pemilik rumah terlebih dahulu." ucap agen properti.Agen properti tersebut langsung berjalan keluar rumah sambil membawa telfon dengan dalih ingin menelfon pemilik rumah.Mengambil kesempatan itu, agen properti tersebut langsung berkedip ke arah bossnya untuk meminta pendapatnya. Dirga yang melihat itu langsung mengangguk tanpa ragu. Stella yang sedang menunggu merasa sedikit gugup. Bagaimanapun, tawarannya jelas tidak dapat diterima. Beberapa menit kemudian, agen properti tersebut kembali sambil tersenyum."Saya sudah
Stella sibuk setiap hari di kantor dan jarang mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Waktu seakan-akan berlalu begitu cepat karena Stella disibukan dengan banyak pekerjaan."Kebeteulan sekali kita bertemu disini, Stella. Bagaimana kalau kita pulang bersama." ucap Christoper yang menghentikan Stella di depan lift.Sejak Stella bekerja di Larson Group, keduanya secara kebetulan sering bertemu setiap hari setelah selesai bekerja.Kadang-kadang meskipun Stella sedang lembur, dia juga akan bertemu Christoper di perusahaan."Chris, kenapa kita sering bertemu disaat kita akan pulang kerja?" tanya Stella sambil tersenyumMasalah terbesar Stella adalah sangat sulit untuk mengatakan tidak kepada orang lain. Tepat saat itu, ponselnya berbunyi di dalam tasnya. Dia mengambilnya dan nama Dirga muncul di layar. Karena itu, Stella langsung menjawab panggilan tersebut."Ada apa?" tanya Stella."Aku menemukan sebuah rumah. Aku berada di kafe yang bersebrangan dengan kantormu. Ayo kita pergi melihat rum
Dirga menjawab pertanyaan Stella" Aku menyewa mobil ini. Ini adalah hari pertamamu bekerja. Aku ingin menjemputmu dengan mobil ini.""Sewa mobil mewah untuk satu hari saja pasti biayanya sangat mahal. Dirga, aku tahu kamu melakukan ini untuk kebaikan, tapi kamu tidak harus melakukan ini untukku. Kita harus menerima kenyataan dan menjalani kehidupan dengan apapun yang kita miliki." ucap Stella sedikit menasehati Dirga.Stella bukanlah putri kandung Keluarga Lind, melainkan seorang gadis sederhana yang terbiasa hidup dalam kemiskinan.Stella telah bekerja keras untuk menabung guna membayar biaya pengobatan Hannah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.Meskipun Dirga tidak menggunakan uangnya, tetap saja hatinya sedikit tidak rela melihat Dirga menyia-nyiakan uangnya untuk kemewahan yang seharusnya tidak perlu.Setelah dipikir-pikir, Stella menyadari mungkin sulit untuk Dirga mengubah kebiasaannya karena sudah terbiasa hidup mewah. Stella jadi sedikit ragu untuk melarang Dirga melakukan hal
Stella menoleh ke arah suara itu dan menemukan sebuah BMW putih terparkir di tepi jalan tidak jauh dari sana. Dia mengenakan kacamata hitam dan gaun tanpa tali, dan orang itu adalah Rebecaa yang sedang duduk di dalam mobil.Rebecca lalu melepaskan kacamata hitamnya, dan mengunyah permen karet sambil menatap ke arah Stella dan Dirga."Apa kau mau ikut pulang bersamaku?" tanya Rebecca dengan nada malas. "Aku rasa tidak apa-apa kalau kalian ingin pulang bersama kami, tapi sebelum masuk ke dalam mobil pastikan dulu kalau sepatumu dalam keadaan bersih, kalau tidak nanti akan mengotori mobil baru kekasihku." lanjutnyaMendengar ucapan Rebecca, Stella langsung mengeluarkan telfonnya dan tanpa berkata apa-apa, dia berjalan mengitari mobil untuk mengambil foto nomer platnya. Ketika sudah selesai, dia langsung menunjuk rambu jalan di depannya."Apa kamu tidak lihat kalau kamu tidak boleh parkir disini? kalau kamu tidak segera pergi dari tempat ini, aku akan melaporkanmu pada polisi lalu lintas.
Dirga menghentikan langkahnya. Perkataan Stella membuatnya marah. Dia secara khusus meminta Garry untuk menangani masalah ini, dan pria itu malah menertawakannya. Namun pada akhirnya, Garry tetap melaporkan apapun yang dia tahu tentang Stella saat berada di perusahaan."Keluarga Christoper tidak cukup berkuasa untuk mempengaruhi keputusan perusahaan. Apa yang membuatmu berpikir bahwa Larson Group mempekerjakanmu karena dia atau apapun yang sudah dia katakan padamu." Ucap Dirga"Bagaimana bisa kau begitu yakin kalau bukan dia yang membantuku? Apa kamu mengenal baik tentang Larson Group?" Ucapan Dirga membuat Stella terkekeh. Stella lalu mendongak dan melihat kesedihan di wajah Dirga. Dirga ingin sekali memberi tahu Stella kalau yang membantu dia masuk ke dalam perusahaan adalah dirinya, namun dia tidak bisa melakukan itu."Aku sering bergaul dengan orang-orang yang bekerja disana, jadi aku tahu satu atau dua hal tentang tempat itu." ucap Dirga sambil menyembunyikan perasaan kecewanya.