"Apa? Jadi sidang skripsinya hari ini di tunda?" Sambil menuruni tangga istana Celine mengangkat telepon dari kampus. Padahal dia sendiri sudah siap untuk berangkat. Bahkan semua tugas sudah dia bawa bersama tas kecil yang dia tenteng di pundaknya.
Dari bawah Granella dan Marcel yang sedang berada di meja makan spontan memandangnya."Ada apa Kak? Sepertinya Kakak dalam masalah?" tanya Granella sambil mengunyah makanan di mulutnya."Kau tau Granella, susah payah aku mempelajari materi ini dari semalam, dan kini Pak Dekan mengatakan sidang skripsi di tunda dengan alasan para Dosen akan melakukan meeting. Menyebalkan, bukan?" Granella menghela nafas kasar ikut merasakan kesal seperti apa yang Celine rasakan."Kalau kau sendiri mau kemana hari ini, Gra?" Marcel yang bertanya pada adiknya."Hari ini aku akan mendatangi perusahaan ternama milik seseorang. Mega Jaya Company. Kakak tau perusahaan itu, bukan?" Nama perusahaan itu serasa tidak asin"Iya, sebentar saya sampai. Kalian siapkan sana file promosi terbaik. Nanti aku akan mengeceknya."Wanita yang kini memakai satu setel jas dan celananya berjalan begitu terlihat berkelas. Sambil mengangkat telepon, Granella di ikuti oleh asisten pribadinya mendatangi sebuah perusahaan yang tergolong besar.Alexander Duta Corpotation. Tertera nama di bagian atas gedung itu.Tanpa ragu Granella masuk ke dalam dan di sambut hangat oleh beberapa staf di perusahaan tersebut."Selamat siang, Nona Granella," ucap beberapa staf sambil menunduk memberi salam."Selamat siang. Dimana atasan kalian sekarang? Apa dia sudah tau kalau hari ini aku datang kemari?""Tuan Alex sudah menunggu anda di ruang meeting, Nona.""Alex?" Granella memicingkan matanya mendengar nama itu.Sepintas dalam otaknya kalau pemilik perusahaan ini adalah Axel yang dia kenal, namun Granella menepis sebelum melihatnya sendiri.Pasalnya bukan
"Selamat siang Tuan Alex. Silahkan, meja special sudah tersedia untuk anda."Manager resto menyambut Alex dan Granella datang. Granella mengangguk-angguk sambil memandang pemuda yang kini ada di sampingnya.Bahwa sosok Alex ternyata banyak di kenal di kalangan orang-orang penting.Alex mengangkat alisnya seolah bertanya "Kenapa?" "Oh, ok. Tidak masalah aku hanya mendapatkan kejutan yang tidak terduga hari ini" Alex melengos sambil menyembunyikan senyumnya."Apa kau mau tetap di sini? Makan siang sudah menunggu kita di dalam." Granella menggeleng sambil tersenyum.Alex kembali menggandeng Granella masuk ke dalam. Sebuah meja makan dengan dua kursi sudah tersedia, setangkai bunga mawar merah serta lilin kecil yang menyala di tengah-tengah meja membuat makan sing mereka terkesan romantis.Prok!Prok!Pelayan mendekat membawakan beberapa menu makan siang untuk mereka."Kita mulai sekarang."
"Dari mana saja kau? Apa kau tak tau kalau hari ini Mama operasi?" Baru saja sampai di rumah sakit, Zack sudah marah-marah kesal terhadap adiknya.Granella memang tidak tau karena mereka menentukan keputusan hari itu juga dan dokter pun melakukan operasi hari itu juga. Salah satu dari kakaknya tidak ada yang memberi tahu sebelumnya.Andai Granella tau tentu dia akan menunda untuk bertemu dengan CEO Alexander Duga Company."Maaf, Kak. Aku baru saja selesai meeting! Kenapa tidak ada yang memberitahuku sebelumnya?" Mereka terdiam mengiyakan, kenapa dari mereka lupa untuk memberitahu Granella."Gra, lebih baik kau di sana, temani Kak Marcel bicara." Granella mengangguk dan menghampiri kakak ke duanya.Dari pada Zack terus memarahi adik bungsunya, lebih baik Celine menggantikan posisi dia di dekat Zack. Biarlah dia yang menjadi sasaran kemarahan pria ini."Tu-Tuan apa Tuan mau saya buatkan kopi panas?" "Tidak perlu. Aku tid
"Astaga, suara apa itu?" Diri yang semula sudah terpejam mau tidak mau Celine kembali keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.Dari lantai atas dia memandang ke bawah dan mendapati pecahan botol miras tersebar berantakan di atas lantai."Astaga, Tuan Zack!" Tanpa ragu Celine menuruti tangga dari lantai atas, dan saat itu juga Zack spontan menoleh ke arahnya.Dia tersenyum sendiri melihat Celine yang menuruni tangga."Tuan, apa yang Tuan lakukan? Mari biar aku bantu kau masuk ke dalam.""Mau apa kau kemari, wanita jalang! Aku bisa sendiri. Aku tak butuh bantuannya!" gumamnya dengan suara khas orang yang lagi mabuk.Kendati demikian, Celine tetap mendekat dan memapah tubuh sempoyongan itu masuk ke dalam kamar."Awas, hati-hati, Tuan. Upas!" Susah payah Celine membantu Zack naik ke atas kasur dan membaringkannya.Melepas sepatunya, jaketnya dan ...kini pakaian Zack sudah tergantikan dengan yang bersih
"Hari ini aku akan ke rumah sakit. Katakan pada Celine nanti setalah dia pulang, suruh dia menyusul-ku ke sana.""Oh, baik, Tuan. Saya akan sampaikan pesan ini pada Nyonya muda." Zack mengangguk.Tanpa menunggu waktu lama Zack segera di rumah sakit. Dimana kedua adiknya itu duduk bersama, wajah mereka terlihat pucat setelah semalaman begadang."Kalian pulanglah. Biar aku yang jaga di sini.""Kak Zack serius?" tanya Granella begitu senang. Lagi-lagi Zack mengangguk."Ayok, Kak, kita pulang sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin mandi. Tubuhku sudah sangat bau." Granella menarik tangan Marcel dan mengajaknya pulang saat itu juga.Sementara Zack masuk ke dalam dan duduk di kursi samping dimana Veronica terbaring.Zack terus memandangi wanita yang kini terbaring lemah dengan mulut menganga terpasang selang yang masuk ke dalam mulutnya.Zack menelungkupkan wajahnya ke telapak tangannya sendiri sambil memejamkan mata.
Zack kembali menyusul Celine ke dalam. Dia mendengar sendiri bagaimana tulusnya wanita ini terhadap Mamanya.Mengajaknya bicara walau tanpa respon dari mamanya sekalipun, Celine tidak putus asa.Wanita itu tampak duduk di samping Veronica terbaring sambil menggenggam tangannya, perlahan Zack menghampirinya."Apakah ada kemajuan dari Ibu, Tuan?" tanya Celine tanpa menolehkan pandangannya dari Veronica."Belum. Mama masih sama seperti sekarang ini.""Astaga!" Celine memikirkan hal buruk yang dokter Bardo katakan.Sepertinya yang dia katakan itu benar, jika dalam satu Minggu Veronica belum juga sadar, maka semua alat bantu akan di lepas yang berarti menandakan kalau Veronica telah tiada.Selama ini mereka harap-harap cemas menunggu kesadaran dari wanita paruh baya ini."Em, Tuan. Aku mau bicara denganmu!"Tanpa sadar Celine berani menggandeng tangan Zack dan tidak ada penolakan darinya, Zack mengikuti kema
Pagi harinya Celine menguak sambil mengulur tubuhnya yang terasa pegal. Dia tidak menyadari kalau semalaman tidur di atas dada bidang suaminya.Setelah sadar dan melihat siapa yang tidur bersamanya, Celine spontan berteriak."Aarrgghh!"Teriakan itu spontan membangunkan Zack dari tidurnya."Astaga, apa yang kau lakukan! Kenapa kau suka sekali berteriak.""Ma-maaf, Tuan." Saat itu juga Zack tersadar, dia pun melongo, mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan semalam dengan wanita ini."Aku tidak apa-apakan dirimu, bukan?" Celine mengerutkan alisnya. Jika memang Zack melakukan itu padanya, lantas kenapa? Bukan kah status mereka kini suami istri?"Nggak. Nggak, Tuan. Aku baik-baik saja. Astaga, aku sudah terlambat sekarang." Secepat mungkin Celine masuk ke dalam kamar mandi.Waktu yang semakin mepet membuat dia buru-buru. Di saat Celine keluar dari kamar mandi, tiba-tiba ...Slarak!Bruk!
"Syukurlah, sidang skripsi sudah selesai,sekarang tingga nunggu bagaimana hasilnya. Semoga aja hasilnya bisa membuat aku senang." Sambil berjalan pulang Celine berbicara sendiri. Dan ketika dia sampai di halaman kampus, Leo sudah menunggu duduk di atas motornya.Sengaja pemuda itu menunggu untuk menanyakan sesuatu atas informasi yang dia dapatkan dari luar."Leo, sedang apa kau di sini?""Menunggumu. Ada yang mau aku bicarakan denganmu." Suara bas itu terdengar sangat serius.Sambil bertanya-tanya dalam hati Celine naik ke boncengan belakang Leo. Celine mulai curiga. "Jangan-jangan Leo sudah tau semuanya."Pemuda itu membawa Celine ke suatu taman kota, duduk di tengah-tengah taman tersebut."Kau mau menanyakan apa, Le?""Ada hubungan apa antara kau dan Zackly Welyoston?"Sungguh tidak Celine sangka kalau ternyata Leo mengenal Zack. Padahal selama ini dia menyembunyikan statusnya hanya agar Leo tidak me