Share

Lily Yang Malang

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lily melihat Ayesha tepat ketika pria itu menjambak rambutnya dan menariknya kasar. Penampilan tampak berantakan dengan eyeliner, belepotan tersapu air matanya.

Sungguh menyedihkan.

“Nyonya?”

Zain muncul karena merasa Ayesha sedikit lama tidak segera kembali. Dia cemas ada sesuatu dengan Ayesha.

Tak jauh dari sana, pemandangan seorang pria menyeret lengan perempuan membuatnya heran. Karena sang Nyonya terlihat membeku.

“Nyonya?” Zain memanggil kembali.

Ketika baru tersadar, Ayesha segera mengguncang lengan Zain.

“Zain, aku kenal wanita itu. Bisakah kau membantu melepaskannya dari pria yang menyiksanya tadi?” Ayesha tampak mendesak.

Zain juga keheranan. Ada kejadian seperti itu di tempat umum. Apa pria itu sudah gila? Dan lagi, kemana security tempat ini?

“Maaf, Nyonya. Itu bukan urusan kita. Lebih baik kita kembali ke depan.” Zain dengan tegas  menolak. Meski terlihat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Perintah Nyonya

    Melihat suaminya terdengar marah-marah pada Rahman, Ayesha urung membuka pintu ruang kerjanya. Pasti ada masalah serius. Mudah-mudahan bukan lagi tentang hak waris itu.Sejak dulu masalah warisan memang sangat sensitif. Keluarga bisa bercerai berai karena hal ini. Bahkan sampai terjadi pertumpahan darah untuk itu. Apalagi, sebagai satu-satunya anggota keluarga laki-laki yang memiliki banyak tanggung jawab di pundaknya, Hilbram mendapatkan hak yang istimewa.Ayesha cemas, itu hanya akan membuat hidup mereka tidak damai.“Sudah makan, Mas?” tanya Ayesha melihat suaminya baru keluar dari ruang kerjanya. Dia tahu dari pelayan rumah bahwa meja makan masih utuh tanpa ada yang berkenan untuk sekedar mencicipi.Ayesha dan Zain tadi sudah makan di luar. Tapi pria ini pasti belum.“Oh, aku tidak lapar!” Hilbram hanya mengusap kepala Ayesha dan berlalu meninggalkannya ke kamar.Ayesha mengikuti ke kamar. Melihat pria itu masih sibuk dengan sesuatu, Ayesha tidak berani mengganggu. Padahal dia ing

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menemui Teman

    “Hari ini aku boleh keluar menemui teman ya, Mas?” Ayesha meminta izin pada suaminya itu yang sudah rapi. Bilangnya mau mengunjungi kantor perusahaan di Kota ini.“Kau punya teman di sini?” Hilbram mengernyitkan keningnya. Ayesha bilang hanya pernah sekali dua kali ke kota ini, teman-temannya juga tidak banyak.“Nanti aku ceritakan, sepertinya Mas Bram terburu-buru.”“Aku tidak terburu-buru. Hanya kalau bisa menyelesaikan urusanku lebih cepat, nanti sore bisa mengajak istriku jalan-jalan.” Hilbram mencubit lembut pipi Ayesha yang kemerahan itu.“Hmm, baiklah kalau begitu. Aku juga akan segera menyelesaikan urusanku.” Ayesha memberikan senyum manisnya.Hilbram mencium bibir Ayesha dengan mesra sebelum berangkat. Diantar sang istri sampai depan, membuatnya sudah tidak sabar untuk kembali dari urusannya. Bahkan ini belum juga berangkat.“Apa Nyonya juga ingin keluar sekarang?” tanya Zain menghampiri sang nyonya.“Baik, Zain. Aku juga tidak ingin berlama-lama.” Ayesha ingat nanti sore Hil

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Kencan

    “Banci kamu, Ren!” Agnes memukul lengan Ren karena hanya diam melihatnya diancam Zain tadi.“Dia kan perempuan, aku mana bisa memukul perempuan!” Ren dengan mulut lamisnya beralasan.“Dasar mulut besar. Apa kau lupa kau selalu menyiksaku?” Agnes kembali melototi Ren yang pengecut itu.Agnes semakin kesal dengan pria yang tidak berguna itu. Dia jadi tidak mengerti dirinya sendiri. Sudah tahu sering dibuat kecewa dan sakit hati, tapi masih juga selalu peduli padanya.“Katakan padaku, jangan-jangan wanita itu bukan kiriman temanmu, tapi kamunya yang doyan!” Agnes mencecar Ren.Tidak terima saja kalau sudah bersusah-susah membantunya, sementara Ren justru main gila.Ini bukan pertama kali kekasihnya itu menyelingkuhinya.“I-itu tidak benar, Temanku memang yang menyuruh pelacur itu untuk merayuku!”“Pelacur?”Agnes baru teringat sesuatu. Dia kemudian menatap dari kejauhan tempat Zain—supir Ayesha itu menunggu seseorang.Sebenarnya siapa yang dia tunggu?Lalu, ada hubungan apa wanita itu

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menggelora

    Ayesha tidak bisa menolak ketika suaminya itu menarik tubuhnya hingga duduk di pangkuannya. Hilbram memundurkan jok duduknya ke belakang agar merasa lebih nyaman.Lalu, keduanya saling bercumbu.Kaca film mobil membuat apa yang mereka lakukan di dalam tidak ada yang tahu.Ayesha benar-benar tegang. Harus membiarkan Hilbram melepas jilbabnya lalu menurunkan resleting bajunya, untuk bisa menelusupkan jemarinya agar bisa bermain-main di dalam sana. Sementara suara klakson sesekali bersahutan mengagetkan keduanya.“Tuan, Hentikan....Engh!” Ayesha hendak protes agar suaminya tidak segila ini. Tapi perlakukan pria itu sudah membuatnya tak berdaya.Tidak tenang dan bibirnya mencoba menolak, tapi desahan dari mulutnya tak bisa membohongi kalau Ayesha benar-benar menikmati sentuhan suaminya itu. Agar tidak terus mengoceh, bibir Hilbram sudah menyumpal bibir Ayesha dengan ciuman intensnya.“Tidak, Tuan. Aku mohon!” Ayesha menahan Hilbram ketika menginginkan penyatuan.Sangat tidak etis melakuka

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menghadapi Preman

    Beberapa saat kemudian mereka tergelak melihat seorang wanita sok berani menantang mereka. Sementara ada pria yang berdiri di belakang, membiarkan seorang wanita melindunginya. “Apa priamu itu banci!” seloroh mereka. Membuat Bram mengepalkan tangannya. Tapi wanita yang di hadapannya itu sok melindunginya. Lihat saja, apa wanita sok jagoan ini bisa mengatasi preman itu? Selama preman-preman itu tidak menyentuh Ayesha, Hilbram akan biarkan saja Ayesha berubah menjadi wonder women. “Sha?” panggil Hilbram, tapi Ayesha tidak menghiraukannya dan malah mendorong dada Hilbram agar mundur. Hilbram hanya memutar bola matanya. Ayesha merasa tahu bagaimana menghadapi preman-preman itu. Dia akan berusaha mengambil hati mereka agar tidak menganggu. Dia sudah beberapa kali menghadapi gerombolan preman saat di pasar. Mereka biasanya hanya mau uang keamanan. Tapi--sama tidak ya, preman di pasar dan di kota besar ini? “Maaf Pak, ada apa ya?” “Kau tanya ada apa?” tanya pria gondrong itu te

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Surat Sahabat

    Balik ke Kota Surajaya, ada rasa tersendiri di hati Ayesha. Di melihat sepanjang jalanan yang dilaluinya. Mengenang serpihan-serpihan kenangan yang terus akan menjadi sejarah di hidupnya.Beberapa bulan yang lalu, dia hanyalah guru miskin yang berlari-lari mengejar bus agar tidak terlambat sampai ke sekolah tempatnya mengajar. Sekarang dia ada di mobil yang menuju sekolah itu untuk menghadiri rapat pelantikan pejabat struktural yang baru.Bukan sebagai guru, tapi sebagai pemilik yayasan. Ayesha juga melewati sebuah jalan yang di sana terdapat gang di mana awal hidupnya dipertaruhkan di rumah bordil itu.Di sanalah Ayesha akhirnya memulai hidup barunya setelah takdir manis Tuhan mempertemukannya dengan pria luar biasa seperti Hilbram.Menoleh ke gang kecil di sana, Tempat itu sepertinya memang sudah ditutup.“Kita langsung ke sekolahan, Nyonya?” tanya Zain melirik Ayesha yang duduk di belakang.“Benar, Zain. Pak Arif menyampaikan kalau pertemuannya di gedung sekolahan.”Zain tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Rumah Dijual

    Ayesha menangis sesenggukan membaca surat dari sahabatnya itu. Kenangan-kenangan sulit yang dilaluinya membuatnya sadar, bahwa Hanin adalah teman yang selalu ada untuknya.Hanin juga manusia biasa yang bisa saja terpeleset dalam kekhilafan. Seharusnya Ayesha bisa memahami hal itu lebih cepat.Tapi sekarang sudah terlambat. Hanin sudah meninggalkannya. Bahkan kontak pun tidak dia berikan.“Nyonya, apa ada hal yang mengganggu?” Momo memperhatikan sang nyonya yang hanya memainkan makanan yang disuguhkannya.“Tidak, Momo!” jawab Ayesha lirih.“Apa tidak berselera pada menunya?”Ayesha menatap Momo yang cemas itu. Ini bukan tentang makanannya, tapi tentang perasaan hatinya yang sedih. Dia sepertinya butuh menyendiri tanpa diganggu.“Masakanmu enak, Momo. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu sehingga kurang napsu makan,” ucap Ayesha lalu bangkit berlalu.Dia jadi ingin pulang ke rumahnya sendiri. Mengunjungi makam orang tuanya dan tidur barang semalam di sana. Sekalian mengenang kebersamaa

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Apakah Hilbram Marah?

    Ponsel berdering, tapi Ayesha tampak lelah sekali. Dia ingin beristirahat karena besok pagi-pagi harus segera balik ke Kota Pusat. Suaminya juga akan balik dari New York.Ayesha ingin lebih dulu sampai di rumah agar bisa menyambut suaminya pulang.Ketika paginya dia memeriksa panggilan dan pesan, Dia baru tahu bahwa Hilbramlah yang semalam terus menelponnya.Barulah dia membalas pesan.[Maaf, Mas, semalam tidak balas pesan. Ini baru akan berangkat pesawatnya] tulisnya dan mengirimnya pada Hilbram.Zain yang mendampingi Ayesha menyampaikan, “Tuan sudah datang sejak semalam di Kota Pusat, Nyonya.”“Oh, benarkah? Bukankah dia bilang hari ini baru pulang?” Ayesha masih ingat apa yang dikatakan suaminya itu saat akan pergi ke New York seminggu yang lalu.“Mungkin beliau sudah menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas pulang.”Ayesha tidak menyahut. Dia berharap agar lekas sampai dan menemui suaminya itu. Ada sedikit rasa bersalah karena harus menunda pulang. Hilbram pria yang sibuk, setelah

Bab terbaru

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status